Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bumi Manusia

3 Januari 2024   09:12 Diperbarui: 3 Januari 2024   09:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usiamu  semakin menua

Kulitmu yang keriput, tandus, lalu terbakar

Jelaslah sebagai sebuah pertanda

Permulaan bencana

Semua ulah kita, aku, kamu, kami

Manusia

Kami tlah durjana dan muslihat pada diri sendiri

Membela dan merusakmu sekaligus ialah hasil edukasi

Sedang melindungi dan memeliharamu

Merupakan janji hingga detik ini yang belum terpenuhi

Semesta hanyalah menjadi wahana kompetisi dan kerakusan

Inilah kami sifat masyarakat industri

Seperti yang sudah-sudah

Rekayasa, sesal dan saling menyalahkan

Terlebih jika kau tak lagi seramah dulu

Hingga detik ini kami tak juga takut atau pun malu

Mungkin sampai semuanya musnah dan runtuh

Selepas itu tertunduk sekarat dan lesu

Lantaran nafsu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun