Mohon tunggu...
Septian Maulana
Septian Maulana Mohon Tunggu... -

Jadilah kita seperti prajurit-prajurit yang tak gentar di depan musuh. Ketika berjuang dan menang akan mati syahid. Melawan segala tantangan lebih terhormat dari pada mundur demi alasan keselamatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memberantas Korupsi? Mungkin Ini Cara Paling "Jitu"

12 September 2013   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:00 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pemerintah” sekali saja kata itu terucap maka pembahasan masyarakat kita pasti bermuara kepada “Korupsi”. Sudah seperti pasangan kata naik-turun, pagi-siang, panas-dingin, korupsi selalu dipasangkan dengan pemerintah. Berbagai kasus korupsi yang melanda Negara kita yang menjadikan pemerintah sebagai aktor utama menjadi pemicu dari terciptanya pasangan kata tersebut. Pandangan tersebut sekiranya memang perlu kita garis bawahi. Karena jika bicara realita, memang kasus korupsi yang terjadi banyak melibatkan para pejabat elit pemerintahan, namun selayaknya kita pun harus berpikiran positif bahwa tidak semua orang yang berada dalam pemerintahan melakukan korupsi. Entah jumlahnya lebih banyak atau tidak, yang jelas pasti ada orang-orang yang tetap setia berjalan di atas kebenaran.

Layaknya air yang menjadi sumber kehidupan, korupsi pun telah menjadi sumber kesengsaraan, terutama kesengsaraan bagi kehidupan rakyat kecil. Bagaimana tidak, uang yang seharusnya menjadi penyambung kesenjangan sosial yang ada, malah menjadi penyambung kekayaan demi kekayaan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Rasanya buku setebal apapun tidak akan mampu menuliskan panjangnya cerita di balik kasus-kasus korupsi yang ada. Tak akan ada habisnya pembahasan mengenai hal tersebut jika terus kita bahas. Sebagai seorang rakyat biasa yang awam tentang pendalaman masalah korupsi, saya mencoba menuangkan sebuah imajinasi, keleluasaan berpikir yang saya miliki terhadap sebuah pertanyaan, “bagaimana caranya memberantas atau bahkan membumi hanguskan korupsi yang terjadi di Negara kita ini?

Izinkan saya untuk sedikit mengambil beberapa contoh sebagai referensi pembahasan. Pertama, dari tayangan yang disajikan oleh media televisi. Contoh kasusnya adalah sinetron. Coba perhatikan, banyaknya sinetron yang ditayangkan hampir dikatakan seluruh jalan ceritanya berkisah tentang pemeran utama yang mengalami berbagai penderitaaan dalam hidupnya. Katakanlah dari 100 episode yang dibuat, episode yang mengandung kebahagiaan mungkin hanya ditayangkan di akhir. Dengan kata lain 99 penderitaan berbanding 1 kebahagiaan. Ini perbandingan yang sangat jauh. Mungkin benar istilah "berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian". Namun dalam konteks keseharian masyarakat, tanyangan tersebut sangatlah berdampak besar bagi pembentukkan pola pikir. Menjadikan tayangan tersebut seakan-akan sebagai kejadian nyata yang mereka alami sehari-hari. Mereka selalu menjadikan dirinya sebagai "pemeran utama" yang mengalami berbagai macam penderitaan layaknya dalam sebuah sinetron. Inilah yang membuat pola pikir masyarakat sulit untuk berpindah ke hal yang lebih baik.

Kedua, saya akan mengambil sebuah pernyataan menarik yang ada di masyarakat “peraturan dibuat untuk dilanggar”, “semakin banyak peraturannya semakin banyak pelanggarannya”. Pernyataan-pernyataan tersebut bukanlah celotehan semata. Perlu kita ketahui, kebiasaan masyarakat kita melanggar justru pada suatu hal yang dilarang. Contohnya, “jangan buang sampah sembarangan”, nyatanya sampah berserakan di mana-mana. “Dilarang merokok”, bukannya semakin berkurang, jumlah perokok malah semakin banyak. Dan masih banyak contoh lainnya. Ini benar-benar sangat mengkhawatirkan.

Mungkin sebagian pembaca bertanya-tanya, mengapa ada pembahasan di atas? Sepertinya ini di luar dari pembahasan utama mengenai korupsi. Tentu saja saya pun telah memperkirakan pertanyaan tersebut. Namun tenang saja, saya sudah menyiapkan jawabannya. Jadi dua contoh di atas sebenarnya menjadi sebuah gambaran bagaimana sebuah kebiasaan yang dilihat pada lingkungan sekitar dapat mempengaruhi pola pikir yang ada. Terbentuknya pola pikir untuk melakukan korupsi tidak sedikit pengaruhnya disebabkan oleh tayangan-tayangan di televisi tentang kasus korupsi, mungkin memang sangat besar. Semakin banyak pemberitaan tentang korupsi yang ditayangkan, maka akan semakin tertanam di pikiran masyarakat tentang korupsi. Semakin banyak undang-undang, peraturan, pelarangan tentang korupsi, semakin penasaran juga masyarakat untuk mengetahuinya. Dan parahnya, beberapa diantara masyarakat yang sedikit memiliki kesempatan lebih dari yang lainnya bahkan memanfaatkan perkembangan pola pikirnya untuk melakukan korupsi. Karena inilah realitanya, sesuatu yang dilarang di Negara kita adalah yang sangat sering dilakukan dan sering dilanggar.

Lalu dari pembahasan itu saya berpikir, mungkin cara yang paling jitu untuk memberantas korupsi adalah dengan cara menciptakan sebuah generasi yang hidup di suatu lingkungan yang sama sekali “kosong” akan pemberitaan negatif. Di mana lingkungan tersebut hanya ada beberapa orang yang memiliki pemikiran “positif-bersih”. Generasi tersebut hanya diajarkan hal-hal positif dari semenjak mereka dilahirkan. Tentunya hal itu dilakukan secara berkesinambungan. Jika diilustrasikan lingkungan ini terletak di sebuah pulau yang berada di tengah-tengah lautan luas. Jauh dari akses canggihnya media informasi. Mungkin kembali seperti jaman purba.

Itulah cara yang sempat terlintas di pikiran saya mengenai cara pemberantasan korupsi yang terjadi. Ini hanya sebatas pemikiran yang mungkin saja kurang tepat atau sama sekali tidak tepat. Pasti akan menimbulkan banyak pro dan kontra di kalangan pembaca. Namun harapan kita tentang korupsi yang terjadi di Negara tercinta ini pastilah sama. Kita berharap Negara kita ini dapat menyembuhkan penyakit “ter-akut-nya”. Sehingga kelak kehidupan yang jauh lebih sejahtera dari hari ini akan di dapatkan oleh seluruh masyarakat. Semoga saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun