Mohon tunggu...
Santi Septiani
Santi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Di setiap kata yang tertulis, terbentang dunia yang tak terhingga

Seorang perempuan yang sedang berusaha menciptakan jejak bermakna dalam perjalanan hidupnya menuju impian sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu memberi inspirasi dan wawasan untuk banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lorong Penyesalan

23 Maret 2024   12:31 Diperbarui: 23 Maret 2024   12:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di dalam lorong kelam, rasa sesal merayap, 

Seperti bayang yang tak kunjung pergi, terpaku rapat. 

Hatiku terkungkung dalam penjara penyesalan, 

Membisu dalam luka yang tak terucapkan.

Setiap detik bergulir, menghimpit kepedihan, 

Mengurai benang rindu yang tak kunjung berakhir. 

Bunga-bunga masa lalu layu di taman hati, 

Menyisakan reruntuhan kenangan yang terkikis.

Tiap langkah terasa berat, terbelenggu oleh dosa, 

Membawa beban yang tak tersingkirkan dari jiwa. 

Air mata menjadi saksi bisu akan penyesalan, 

Menyiratkan cerita pilu yang tak mampu terungkapkan.

Namun di balik kabut kelam, masih ada kilau cahaya,

Menyulut harapan di ujung terowongan yang gelap. 

Meski terkungkung oleh kesalahan yang menghimpit, 

Tiada yang mustahil untuk menebus kembali masa lalu yang telah tercipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun