Setelah siswa membaca buku, hasil bacaan mereka dibagikan ke grup WhatsApp kelas. Dengan pelaporan ini, membuat siswa yang lain pun terdorong untuk membaca dan melaporkan hasil bacaannya.
3. Diskusi Literasi
Diskusi literasi ini dilakukan melalui Grup WhatsApp dan beberapa kali pertemuan virtual. Pertemuan pertama dilakukan sosialisasi kegiatan Bimbingan Literasi sekaligus memulai Literasi Baca tulis. Pertemuan kedua literasi numerasi, pertemuan ketiga, literasi sains, dan begitu seterusnya secara berulang selama sebulan.
4. Pembuatan Naskah dan Podcast Puisi.
Pembuatan naskah puisi ini dilakukan dengan metode mind mapping atau akar pohon. Pada saat membuat naskah puisi, para siswa dibimbing datu persatu. Mereka diarahkan untuk membuat satu kata, hingga seterusnya dari kata tersebut bisa bercabang menjadi kata demi kata hingga akhirnya terbentuklah berbait-bait puisi.Â
Bimbingan pembuatan naskah puisi ini memakan waktu dua jam. Dengan pembimbingan yang asik, para siswa tidak merasa stres. Setelah menyelesaikan satu naskah puisi, diharapkan mereka membuat rekaman puisi tersebut untuk dijadikan podcast puisi. Melalui bimbingan pembuatan puisi, ternyata bisa terlihat jelas kreativitas mereka dalam menciptakan kata-kata.
5. Pembuatan Pohon Literasi.Â
Pembuatan pohon literasi ini dilakukan secara luring di sekolah. Namun, tidak semua siswa bimbingan yang ikut, hanya tiga orang saja. Karena untuk mengantisipasi penularan Covid-19 jika berkerumun dengan banyak orang. Isi dari pohon literasi ini adalah hasil bacaan siswa Bimbingan Literasi di hari itu. Â
Program Bimbingan Literasi ini disambut hangat oleh pihak sekolah, karena sebelumnya belum ada program yang sejenis. Apalagi sekarang di seluruh satuan Pendidikan ada program ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) yang diluncurkan pada tahun 2019 oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim sebagai pengganti UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).Â
ANBK ini terdiri dari tiga bagian, yakni AKM, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Pada bagian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), ini bertujuan untuk  mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif. Maka dari itu, menurut guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut, pengadaan program Bimbingan Literasi ini diharapkan bisa membantu siswa dalam program ANBK.
Terhitung tiga puluh hari, minat baca para siswa cukup meningkat. Mereka menjadi aktif bertanya dan diskusi perihal buku bacaan. Meskipun tidak semua siswa kelas 9 berminat mengikuti kegiatan di Bimbingan Literasi, tetapi para siswa yang tergabung di dalam grup kemungkinan bisa menjadi kader agar literasi tetap digaungkan di sekolah MTs Al-Musyawarah.