Mohon tunggu...
Septianingsih Fitriasari
Septianingsih Fitriasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menuju Generasi Emas: Stop Stunting, Bangun Masa Depan Bangsa

16 Januari 2025   23:42 Diperbarui: 16 Januari 2025   23:42 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia Gencarkan Upaya Cegah Stunting Demi Masa Depan Bangsa

Indonesia tengah mempercepat langkah dalam mengatasi stunting, sebuah tantangan kesehatan yang masih menjadi perhatian serius di Asia Tenggara. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting pada balita berhasil turun menjadi 21,6%, dibandingkan 24,4% pada tahun sebelumnya. Namun, target ambisius Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020--2024, yakni menurunkan stunting menjadi 14% pada 2024, masih membutuhkan kerja keras.

Dampak Stunting terhadap Kesehatan dan Masa Depan Anak
Stunting, yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, dapat menghambat pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Dampaknya meliputi penurunan kemampuan belajar, daya tahan tubuh yang rendah, serta risiko penyakit kronis seperti diabetes dan stroke di usia dewasa. Faktor utama yang memicu stunting mencakup kurangnya asupan gizi, pola asuh yang tidak memadai, sanitasi buruk, serta minimnya pendidikan dan pengetahuan orang tua.

Langkah Strategis Pemerintah dalam Penanganan Stunting
Pemerintah meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, dengan fokus pada kelompok rentan dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia di bawah dua tahun. Selain itu, perempuan usia subur, remaja, dan anak usia 24 hingga 59 bulan juga menjadi target intervensi.

Lima pilar utama menjadi panduan, yaitu:

  1. Komitmen pemerintah pusat dan daerah,
  2. Kampanye perubahan perilaku masyarakat,
  3. Koordinasi program dari pusat hingga desa,
  4. Pemenuhan gizi dan ketahanan pangan,
  5. Monitoring serta evaluasi berkala.

Peran Pendidikan dan Layanan Kesehatan
Peningkatan pendidikan ibu diyakini mampu mengurangi angka stunting. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pemahaman lebih baik tentang nutrisi dan pola asuh. Selain itu, akses layanan kesehatan, seperti puskesmas dan posyandu, menjadi kunci untuk memantau tumbuh kembang anak dan memberikan intervensi gizi yang dibutuhkan.

Pentingnya Sanitasi dan Air Bersih
Sanitasi dan air bersih menjadi elemen penting dalam mencegah gangguan pertumbuhan. Pemerintah terus membangun infrastruktur sanitasi dan menggelar kampanye pola hidup bersih untuk mencegah infeksi berulang yang dapat menghambat penyerapan nutrisi.

Menuju Indonesia Emas 2045
Penurunan prevalensi stunting dianggap sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi muda yang sehat dan produktif. Dalam visi Indonesia Emas 2045, pemerintah optimis bahwa kolaborasi antara berbagai pihak akan mewujudkan sumber daya manusia unggul yang mampu bersaing di tingkat global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun