Mohon tunggu...
Septian Indra
Septian Indra Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Lakukan apapun selagi bisa

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mudahnya Pencairan Modal Usaha UMKM di Fintech Lending

26 Januari 2024   08:38 Diperbarui: 26 Januari 2024   08:39 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran layanan keuangan berbasis teknologi (Fintech) adalah sebuah keniscayaan yang membawa perubahan besar pada industri jasa keuangan. Bahkan perkembangan Fintech saat ini mampu membuka akses masyarakat yang selama ini belum tersentuh layanan keuangan dari perbankan dalam hal mendapatkan pinjaman dana. 

Platform Fintech Pendanaan Bersama atau Peer-to-Peer (P2P) Lending pun kini telah menjadi solusi bagi mereka yang masuk dalam golongan unbanked dan underserved untuk mendapatkan pinjaman dengan mudah, karena aksesnya yang terjangkau, syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi si peminjam (borrower), serta proses pencairan yang relatif cepat.

Fintech P2P Lending ini tentunya bisa memberikan manfaat yang begitu besar bagi kesejahteraan masyarakat apabila digunakan secara positif, seperti untuk modal usaha atau kegiatan produktif lainnya yang menghasilkan. Saat ini semakin banyak para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merasa terbantu oleh kemudahan yang diberikan Fintech P2P Lending.

Salah satu cerita berasal dari Linda Sintiya, Pemilik Toko Pondok Grosir. Linda mengaku bahwa usaha grosir sembako miliknya banyak terbantu pendanaan dari platform Fintech P2P Lending, yakni Pinjam Modal. Selama 1 tahun terakhir menggunakan Pinjam Modal, Ia merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan dan juga kemudahan serta kecepatan proses pencairan yang kurang dari 24 jam. Secara total, Toko Pondok Grosir telah mendapatkan pendanaan sebesar Rp 6 miliar dari Pinjam Modal.

"Awalnya saya hanya berjualan minyak curah yang dikemas sendiri di rumah. Sedikit-sedikit berkembang dan akhirnya bisa punya toko yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok rumah tangga. Dari situlah mulai kenal dengan tim sales dari Pinjam Modal yang datang ke grosir untuk menawarkan pinjaman. Saat itu plafon pertamanya Rp 300 juta, kemudian naik jadi Rp 500 juta dan sekarang bisa pinjam Rp 750 juta. Syarat-syaratnya mudah, apalagi sekarang tinggal ajukan di aplikasi, kendala juga tidak pernah ada sama sekali," katanya saat diwawancara oleh penulis.

Linda menambahkan, pendanaan yang diberikan Pinjam Modal sangat membantunya untuk mengembangkan usaha dengan menambah stok barang lebih banyak, terlebih ketika permintaan sedang meningkat. Kini omset usaha Toko Pondok Grosir bisa mencapai Rp 4-5 juta dalam sehari dari yang sebelumnya hanya kisaran Rp 1 juta. "Ada rencana (buka cabang) sekarang lagi cari tempat. Stok barang di sini juga sudah penuh jadi harus dibagi dua. Harapannya ke depan semoga plafon dari Pinjam Modal bisa ditambah lagi dan bunganya lebih kompetitif," tambah Linda.

Penulis pun mengkonfirmasi kepada Devina Mulya, Marketing Manager Pinjam Modal. Ia mengungkapkan Pinjam Modal hadir sejak 2017 dengan komitmen untuk menyediakan layanan keuangan yang mudah diakses, khususnya bagi UMKM atau pelaku usaha yang membutuhkan pembiayaan di sektor produktif. Proses pengajuan di Pinjam Modal sendiri sangat mudah seperti KTP, bukti kepemilikan usaha, syarat usaha minimal 6 bulan berjalan, lalu dilakukan BI Checking dan survey ke pelaku usaha sebagai standar pasti. Pinjam Modal hingga kini telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 6 triliun dengan persentase lebih dari 95% pendanaan kepada sektor produktif.

Pinjam Modal fokus di 3 produk yaitu Pinjam Modal Toko, Pinjam Modal Usaha, dan Pinjam Modal Inventory yang menggambarkan mimpi kami untuk memajukan UMKM. Kami ingin ada seperti Ibu Linda yang lain, dari yang usahanya kecil dengan plafon hanya Rp 300 juta sekarang sudah Rp 750 juta. Bukan tidak mungkin jika sudah besar lagi dan sudah menjadi PT akan mendapatkan plafon sampai Rp 2 miliar. Pinjam Modal ingin membantu pelaku usaha dari yang skalanya kecil, ke menengah, sampai menjadi besar. Jadi kita tumbuh bersama-sama, baik dari sisi ekonomi pelaku usahanya hingga memberikan dampak secara nasional," ungkap Devina.

Gunawan Sutisna, Pemilik Toko Ikan Hias Holly Betta Central yang menggeluti bisnis ikan cupang aduan dari tahun 2006 turut bercerita. "Jadi saya memang mulainya dari hobi, suka ikut kompetisi. Setelah makin dikenal akhirnya saya putuskan untuk mulai bisnis ikan cupang yang awalnya di rumah, pindah ke pasar di pinggiran, sampai sekarang bisa sewa kios. Suka dukanya saya dulu pernah sampai bangkrut. Akhirnya coba mulai lagi, dan tahun 2018 mulai kenal dengan platform Fintag yang plafonnya awalnya Rp 3 juta dan sekarang sudah Rp 7,5 juta. Saya gunakan untuk membeli bibit ikan yang bagus, setelah saya rawat 2 minggu lalu dijual," tutur Gunawan kepada penulis.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Gunawan yang kini aktif sebagai pengurus komunitas ikan cupang aduan di Jakarta dan sering ditunjuk sebagai juri pada kompetisi-kompetisi di tingkat Jabodetabek menyebut, meskipun tidak seramai ikan cupang hias, namun ikan cupang aduan memiliki peminat setianya sendiri. Setelah mendapatkan pendanaan dari Fintag, kini Gunawan bisa menjual sebanyak 200-300 ekor ikan cupang aduan dengan rata-rata omset Rp 10 juta dalam sebulan. Harga yang ditawarkan pun beragam, untuk ikan lokal dengan kualitas standar biasanya dihargai Rp 100 ribu untuk tiga ekor, atau Rp 250 ribu per ekor untuk yang kualitasnya bagus. Sedangkan ikan cupang impor harganya bisa mencapai Rp 500-750 ribu. "Fintag sangat membantu usaha saya dari 2018 yang awalnya pengajuan masih konvensional dan sekarang bisa lewat aplikasi. Jadi sangat mudah. Saya sudah lama ada rencana ingin tambah kios, semoga bisa terus dapat dukungan dari Fintag," lanjut Gunawan.

Henu Prakarsa, Business Development Manager Fintag mengatakan pihaknya fokus untuk memberikan pendanaan kepada sektor produktif seperti halnya usaha yang dilakukan oleh Bapak Gunawan. "Beliau sudah 5 kali mengajukan dan selalu tepat waktu pembayarannya. Kami juga secara rutin melakukan visit untuk memonitor usahanya agar tahu apa yang bisa kami bantu lagi. Terbukti sampai sekarang usahanya terus berjalan yang berarti prospeknya masih bagus," kata Henu.

Sejak didirikan pada 2018, Fintag telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 25,6 miliar kepada 5.991 total borrower. Untuk menjaga kenyamanan borrower Fintag juga senatiasa memegang teguh prinsip penagihan yang beretika sesuai dengan Code of Conduct (CoC) yang telah diatur Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "80% borrower aktif Fintag berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Seperti halnya di Kupang sendiri ada sekitar 700 borrower aktif, di mana kita juga punya representatif di sana. Tetapi kalau dari segi jumlah penyaluran pendanaanya memang masih lebih besar di pulau Jawa," pungkas Henu.

Jika kita melihat data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai dengan September 2023, outstanding pembiayaan yang disalurkan Fintech P2P Lending tumbuh 14,28% yoy menjadi Rp55,70 triliun. Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas risiko pembiayaan yang terjaga dengan Tingkat Wanprestasi (TWP 90) 2,82%. Dari jumlah tersebut, porsi yang disalurkan kepada UMKM mencapai 36,57%. Penyaluran pembiayaan Fintech P2P Lending kepada UMKM tersebut menunjukkan besarnya potensi kebutuhan pembiayaan dari UMKM nasional.

Maju terus UMKM Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun