Mohon tunggu...
Septiani
Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Yogyakarta

Saya suka membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menembus Batas Gender dalam Pendidikan

8 Januari 2024   20:26 Diperbarui: 8 Januari 2024   20:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring waktu, desa kecil itu menjadi contoh bagi desa-desa sekitarnya. Banyak masyarakat dari tempat lain datang untuk belajar dari pengalaman mereka dalam mengatasi ketidaksetaraan gender. Desa itu kini dikenal sebagai desa yang mampu menembus batas gender dalam pendidikan, menciptakan ruang di mana setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Akhirnya, Anisa memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di tingkat yang lebih tinggi. Dukungan dari keluarga, masyarakat, dan sekolah memberikan kekuatan padanya untuk meraih impian tersebut. Seiring dengan itu, semangat perubahan terus berkobar di desa kecil itu, membawa harapan bagi masa depan yang lebih adil dan setara bagi generasi mendatang.

Dengan semangat perubahan yang terus berkobar, Anisa melangkah ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun tantangan masih ada, tetapi tekadnya tidak pernah luntur. Anisa berhasil diterima di sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota besar. Kegembiraan tidak hanya dirasakan oleh Anisa dan keluarganya, tetapi juga oleh seluruh desa yang bersatu untuk mengubah paradigma dan mendorong pendidikan yang setara.

Namun, perjalanan Anisa di perguruan tinggi tidak selalu mulus. Di tengah masyarakat yang lebih maju, stereotip gender masih menjadi penghalang bagi sebagian orang. Anisa merasa bertanggung jawab untuk tidak hanya meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga membuka pintu untuk generasi perempuan berikutnya. Anisa aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa yang memperjuangkan kesetaraan gender dan inklusivitas. Bersama teman-temannya, mereka membentuk kelompok advokasi untuk menyoroti isu-isu diskriminasi gender di lingkungan kampus. Dengan mendekati pihak administrasi dan melibatkan mahasiswa lainnya, mereka berhasil mendorong implementasi kebijakan yang lebih inklusif di perguruan tinggi mereka.

Sementara itu, Ibu Sri terus berperan sebagai agen perubahan di desa kecil. Melihat kesuksesan Anisa dan dampak positif yang dihasilkannya, Ibu Sri menjadi semakin termotivasi untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia melibatkan lebih banyak warga desa dalam program-program kesetaraan gender dan membuka diskusi terbuka untuk mendengarkan berbagai pandangan masyarakat. Dengan berjalannya waktu, desa kecil tersebut benar-benar berubah menjadi komunitas yang inklusif dan setara. Perubahan tidak hanya terjadi dalam sektor pendidikan, tetapi juga mencakup bidang-bidang lain seperti ekonomi dan politik. Wanita-wanita di desa tersebut mulai terlibat dalam berbagai kegiatan, membuktikan bahwa ketidaksetaraan gender bukanlah takdir yang tidak bisa diubah.

Suatu hari, Anisa kembali ke desanya setelah menyelesaikan pendidikannya. Dia membawa pengalaman dan pengetahuannya untuk memberikan motivasi kepada anak-anak di desa yang bermimpi besar. Bersama Ibu Sri, mereka mendirikan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk memberikan akses pendidikan yang berkualitas kepada semua anak, tanpa memandang jenis kelamin.

Desa kecil tersebut menjadi pusat perhatian, dan berbagai penghargaan diberikan atas upaya mereka dalam menembus batas gender. Anisa dan Ibu Sri menjadi inspirasi bagi banyak komunitas di seluruh negeri. Mereka terus berjuang untuk menyebarkan pesan kesetaraan gender dan merangkul perubahan positif dalam masyarakat. Dengan gigih dan tekad, Anisa dan Ibu Sri membuktikan bahwa ketika kita bersatu untuk mengubah norma-norma yang tidak adil, kita dapat menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan yang sama bagi semua. Desa kecil itu bukan lagi hanya tempat kelahiran Anisa, tetapi telah menjadi lambang perjuangan dan keberhasilan dalam menembus batas gender dalam pendidikan.

Cerita Anisa membuktikan bahwa perjuangan untuk keadilan gender dalam pendidikan bukanlah hal yang mustahil. Melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan nyata, sebuah masyarakat dapat berubah dan menciptakan peluang yang setara bagi semua anak, tanpa memandang jenis kelamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun