Mohon tunggu...
SEPTIANI NURJANAH
SEPTIANI NURJANAH Mohon Tunggu... Guru - "Many of life's failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up".

GURU KELAS_SDN TRIMULYO 01 JUWANA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aksi Nyata Modul 1.4 "Budaya Positif"

22 Juli 2023   20:20 Diperbarui: 22 Juli 2023   20:27 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia selalu, Bapak/Ibu Guru Hebat

Judul Kegiatan : Penerapan Budaya Positif  di SDN Trimulyo 01 melalui Keyakinan Kelas

Oleh : Septiani Nurjanah, S.Pd.

CGP Angkatan 8 Kabupaten Pati

whatsapp-image-2023-07-22-at-19-38-06-64bbcddca0688f08bc6b0cb3.jpeg
whatsapp-image-2023-07-22-at-19-38-06-64bbcddca0688f08bc6b0cb3.jpeg
Dok. Pribadi

A. LATAR BELAKANG

Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun” anak, pendidik sebagai pamong/pendamping diberi kebebasan, dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pendidik dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar dan mencapai tujuan belajar. Ki Hajar menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan memfasilitasi anak untuk berkembang sesuai zamannya tanpa harus kehilangan akar budaya daerahnya.

Penanaman karakter dan pembiasaan yang kuat melalui penanaman budaya positif di sekolah menjadi hal yang sangat krusial. Walaupun pada dasarnya secara umum semua warga sekolah sudah memiliki nilai-nilai positif. Peran keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama dalam pembentukan budi pekerti dan karakter anak. Namun, kita perlu menerapkan pembiasaan-pembiasaan baik tersebut di lingkungan sekolah sebagai langkah nyata membentuk budaya yang positif sebagai penguat pondasi karakter dari pendampingan orang tua di rumah.

Budaya positif pada hakekatnya adalah perwujudan nilai-nilai kebajikan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif terbentuk dari karakter-karakter baik, karakter baik tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan baik, dan kebiasaan baik bermula dari lingkungan yang positif, yaitu lingkungan yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, dan saling bekerja sama. Guru merupakan sosok yang paling bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan positif tersebut.

Budaya positif di sekolah ditandai dengan adanya disiplin positif yaitu disiplin yang bertujuan untuk menanamkan motivasi internal pada murid. Adanya perubahan paradigma tentang solusi terhadap murid yang melakukan kesalahan/ melanggar kedisiplinan, bukan dengan hukuman atau konsekuensi melainkan dengan restitusi terdiri dari tiga langkah yang disebut segitiga restitusi. Menghindari pemberian penghargaan yang bisa berdampak negatif kepada murid. Penerapan posisi kontrol guru terhadap murid yang tepat, yaitu sebagai manajer. Dan penerapan nilai-nilai kebajikan universal dalam bentuk keyakinan sekolah/ kelas yang diwujudkan dalam kesepakatan kelas.

Hal yang mendasari saya membuat rancangan tindakan ini yaitu saya ingin menerapkan disiplin positif dengan membuat keyakinan kelas secara bersama-sama. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan budaya positif di kelas yang mana nantinya dapat mewujudkan nilai-nilai kebajikan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong Royong, dan Kreatif. Budaya positif membantu murid untuk melakukan hal positif sehingga dapat membentuk karakter baik yang kelak akan bermanfaat untuk mereka.

Selain itu, saya juga ingin menumbuhkan motivasi intrinsik murid dalam melaksanakan budaya positif ini. Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga dapat menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan (Diane Gossen, 1998). Melalui penerapan keyakinan kelas ini dapat menumbuhkan motivasi internal setiap murid untuk benar-benar “merdeka” yaitu mereka dapat cakap memerintah diri sendiri dalam melakukan disiplin positif di kelas dan juga di lingkungan sekolah.

B. TUJUAN

Penerapan Budaya Positif di SD Negeri Trimulyo 01 memiliki tujuan diantaranya :

  • Mewujudkan Merdeka belajar pada peserta didik dengan memberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat mengenai keyakinan-keyakinan kelas apa saja yang mereka inginkan dan menuangkan ide, pendapat dan gagasan mereka secara terbuka dan demokratis.
  • Mewujudkan Disiplin Positif peserta didik yang kemudian menjadi budaya positif dimana peserta didik menjalankan keyakinan kelas yang disepakati bersama dengan kesadaran diri dan tanpa tekanan.
  • Membentuk karakter positif pada peserta didik melalui kebiasaan-kebiasaan positif, perilaku positif dan keteladanan dari semua warga sekolah (Guru dan Murid)
  • Menumbuhkan motivasi intrinsik peserta didik terhadap penanaman nilai-nilai kebajikan.

C. TOLAK UKUR KEBERHASILAN

  • Adanya perubahan perilaku murid ke arah yang lebih baik dalam melaksanakan disiplin positif sesuai dengan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah.
  • Suasana kelas kondusif dan menyenangkan dalam mendukung proses pembelajaran.
  • Semua komponen sekolah dapat berperan aktif dalam melaksanakan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah dalam mewujudkan budaya positif.
  • Semua komponen sekolah dapat berkolaborasi dalam menerapkan budaya positif sehingga terwujud nilai-nilai kebajikan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

D. LINIMASA TINDAKAN YANG DILAKUKAN

  • Meminta dukungan dari kepala sekolah untuk membuat aksi nyata tentang budaya positif di sekolah.
  • Menyusun rencana pelaksanaan pembuatan kelas impian dan keyakinan kelas secara bersama-sama dengan semua murid di kelas.
  • Menyepakati keyakinan kelas yang telah dibuat.
  • Melaksanakan keyakinan kelas yang telah dibuat secara bersama-sama.
  • Membersamai rekan guru  dan berbagi praktik sederhana untuk membuat keyakinan kelas yang sudah pernah di praktikkan di kelas.
  • Menanamkan dan menumbuhkan kebiasaan dalam aksi nyata menjadi pembiasaan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah.
  • Melakukan refleksi secara kontinue terhadap keyakinan kelas demi perbaikan kedepannya.

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

  • Bahan dan Alat: Poster, video, Kertas karton, spidol, kertas post it (untuk membuat keyakinan kelas), laptop dan LCD untuk sosialisasi budaya positif.
  • Kepala Sekolah dan Rekan Sejawat (Dukungan dalam menerapkan keyakinan kelas dalam mewujudkan disiplin positif guna membentuk budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah). Saya akan berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan Rekan Guru untuk meminta izin melaksanakan dan mempersiapkan kegiatan aksi nyata ini.Murid
  • Murid sebagai subjek pembelajaran yang berkolaborasi bersama dengan guru dalam membuat keyakinan kelas secara bersama-sama.
  • Dukungan dari seluruh warga sekolah termasuk pemangku kepentingan agar dapat melaksanakan aksi nyata dengan lancar.
  • Orang Tua/Wali Murid Berperan aktif dalam melanjutkan budaya positif di lingkungan keluarga dan juga lingkungan rumah murid.

F. HASIL DARI AKSI NYATA

Respon semua murid tentu saja merasa senang dan apresiatif. Mereka bersemangat melakukan perubahan aturan-aturan kelas. Bersemangat untuk menyepakati draft keyakinan kelas karena motivasi intrinsik untuk menjadi lebih baik. Tantangannya adalah ketika ada beberapa murid yang mengisikan usulan kelas impian dengan menyalin ulang apa yang diusulkan oleh temannya sehingga ada beberapa usulan kelas impian yang sama. Dari beberapa usulan kelas impian tersebut kemudian guru bersama murid menyalinnya menjadi sebuah keyakinan kelas yang disepakati bersama antara guru dan murid dengan membubuhkan tanda tangan ke dalam draft keyakinan kelas.

Penanganan studi kasus yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan segitiga restitusi, diharapkan guru dapat memposisikan dirinya sebagai manajer dengan melakukan tahapan dimulai dari Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan yang Salah dan Menanyakan Keyakinan. Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna yang membuat murid menjadi lebih mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab. Dampak dari penerapan segitiga restitusi diantaranya :

  • Murid menjadi lebih kuat secara pribadi.
  • Membuka wawasan murid agar dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri.
  • Murid juga semakin percaya diri, mandiri dan merdeka.

G. REFLEKSI

Dalam pelaksanaan berbagi ini banyak teman yang antusias untuk bertanya. Dan kami semua menyadari ternyata selama ini kami banyak melakukan kesalahan dalam penanganan studi kasus, yang dulu kami mengambil posisi sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah, seperti pemberian hukuman, konsekuensi, maupun penghargaan, maupun posisi kontrol guru terhadap murid. Sekarang dengan adanya diseminasi atau pengimbasan budaya positif, rekan guru lebih memilih untuk berada dalam posisi manajer. Setelah pelaksanaan berbagi praktik baik, banyak teman guru yang akhirnya berusaha untuk menerapkan budaya positif. Seperti membuat keyakinan kelas/ kesepakatan kelas, Menerapkan restitusi jika ada murid yang melakukan kesalahan/ pelanggaran, menerapkan posisi kontrol yang tepat terhadap murid, dll. Tentunya hal-hal baru yang kami lakukan ini merupakan upaya untuk melengkapi hal-hal baik yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga karakter baik akan semakin terbentuk sebagai penunjang utama terciptanya budaya positif.

Melalui rangkaian pembelajaran tentang modul 1.4 Budaya Positif menjadikan saya lebih paham dengan penerapan budaya positif dilingkungan terutama dilingkungan sekolah. Budaya positif seyogyanya dilaksanakkan secara kolaboratif dengan seluruh warga sekolah. Saya akan berusaha untuk terus memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pembelajaran sebagai modal kita dalam mendidik murid disekolah dan tentunya berkolaborasi bersama rekan sejawat, kepala sekolah beserta wali murid. Budaya positif perlu ditanamkan sejak dini dan dilatih secara terus menerus sehingga dapat menjadikan kebiasaan baik tercipta di lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar.

H. DOKUMENTASI KEGIATAN

Berikut ini tautan link YouTube Aksi Nyata Diseminasi atau Pengimbasan “Budaya Positif” https://youtu.be/GVFBvzCdjGg

Demikian pemaparan diseminasi atau pengimbasan budaya positif yang sudah saya implementasikan di sekolah.

Semoga Bermanfaat, Terimakasih.

Salam Guru Penggerak Tergerak Bergerak Menggerakkan.

Guru Bergerak Indonesia Maju

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
“You can teach a student a lesson for a day; but if you can teach him to learn by creating curiosity, he will continue the learning process as long as he lives.” –Clay P. Bedford 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun