Kearifan lokal ialah cara pandang hidup dan ilmu pengetahuan yang disertai berbagai strategi kehidupan dalam bentuk aktivitas dan kebiasaan masyarakat dalam kehidupannya. Kearifan lokal merupakan bentuk -- bentuk kebijaksanaan yang dilandasi nilai-nilai kebaikan yang dipercayai, diterapkan dan dijaga keberadaannya secara turun menurun oleh suatu kelompok orang di wilayah yang menjadi tempat tinggalnya[1].
Kearifan lokal merupakan kebenaran yang sudah menjadi tradisi atau ajaran ajeg di suatu daerah. Di dalamnya terkandung nilai kehidupan yang baik, yang perlu dipahami dan dilestarikan agar bisa menjadi pegangan hidup. Kearifan lokal juga sebagai bisa berasal dari interaksi masyarakat terhadap lingkungan atau pada interaksi antar manusia.
Salah satu bentuk kearifan lokal adalah lagu yang berasal dari puisi jawa lama atau biasa disebut Tembang. Menurut KBBI, kata Tembang diartikan sebagai syair atau puisi yang dinyanyikan. Tembang berisikan rangkaian kata yang diiran bunyinya dan mengedepan harmonisasi, kata-kata itu tidak hanya terdengar indah namun memiliki pesan dan maksud yang ingin pengarang sampaikan kepada pendengarnya[2].
Mengenal Tembang Ketawang Ibu Pertiwi
Tembang Ketawang Ibu Pertiwi dikarang oleh Ki Nartosabdo, beliau adalah seorang Dalang dan seniman musik dari jawa tengah. Salah satu karyanya adah tembang Ketawang Ibu Pertiwi. Berikut sepenggalan liriknya
Ibu Pertiwi
Paring boga lan sandhang kang murakabi
Peparing rejeki manungsa kang bekti
Ibu Pertiwi... Ibu Pertiwi...
Sih sutresno, mring sesami
Ibu Pertiwi
Kang adil luhuring budi
Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi
Yang memiliki arti
Ibu Pertiwi
Memberikan makanan dan sandang yang mencukupi
Memberi rezeki pada manusia yang berbakti
Ibu Pertiwi... Ibu Pertiwi...
Yang selalu memberikam kasihnya kepada sesama
Yang adil luhur budinya
Ayo berbakti kepada Ibu Pertiwi
Pada tembang ini kata Ibu Pertiwi yang dimaksud adalah alam. Alam digambarkan seperti seorang ibu yang memberikan cinta bagi anak-anaknya. Alam yang memberikan manusia nan, sandang bahkan rumah tempat kita bernaung dari hujan dan panas. Dia akan memberikan balasan sesuai bagaimana dia diperlukan, Â sudah sepantasnya kita berbakti pada Ibu Pertiwi.
Tembang Ketawang Ibu Pertiwi Dalam Pertanian Berkelanjutan
Sekarang mari kita telaah tembang ini dengan sudut pandang pertanian. Petani sudah menganggap alam ini sebagai tempat mereka mencari kehidupan, mereka mendapatkan nan, baju yang dipakai dan rumah yang ditinggali berasal dari alam. Mereka sadar bahwa pertanian sangat bergantung pada kondisi alam.
Namun sadarkah kita para petani bahwa kita sudah merusak alam ini, layaknya anak yang nakal kita selalu meminta dan terus meminta tanpa pernah memberikan balasan yang setimbal pada alam kita. Kita berusaha mengambil hasil maksimal dengan mengesampingkan resiko jangka panjang.
Pertanian berkelanjutan memiliki peran dalam menjaga keberlanjutan pertanian di tengah pertumbuhan populasi, perubahan iklim dan menurunnya sumber daya alam yang mendukung. Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu langkah agar pertanian ini dapat memberikan hasil yang tidak hanya bisa dimanfaatkan saat ini namun bisa terus berlanjut di masa depan dengan memperhatikan aspek-aspek didalamnya [3].
Terdapat tiga pilar dalam pertanian berkelanjutan yaitu,
Ekonomi (Profit)
Dalam tembang digambarkan bahwa alam memberikan rezeki berupa nan dan bahan pakaian yang dapat memenuhi kebutuhan pangan serta dapat dijual. Alam memberikan keuntungan yang dapat dipakai petani untuk memenuhi kebutuhannya.
Lingkungan (Planet)
Pada tembang dikatakan Ibu Pertiwi(alam) selalu adil dalam memberikan kasihnya, sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan. Saat alam sudah rusak dapat menyebabkan bencana yang merugikan. Misalnya tanah, saat tanah sudah rusak dapat menyebabkan penurunan hasil panen dan bencana seperti longsor, banjir dan kekeringan. Sumber air yang rusak juga berdampak bagi tanaman, hewan dan manusia yang memanfaatkannya.
Sosial (People)
Tembang ini menggambarkan bahwasanya manusia tidak bisa berbuat acuh tak acuh pada alam. Seperti peribahasa ' Siapa yang menanam, Dia yang akan menuai'  perlunya kesadaran bahwa apapun yang di perbuat ke alam  dia akan membalasnya dengan setimpal.
Apa Yang Bisa kita Lakukan?
Sebagai petani yang berhubungan langsung dengan alam, sudah saatnya meninggalkan cara -- cara bertani yang masih merusak alam. Pertanian masih dapat dilakukan dengan cara yang selalu memperhatikan kelestarian alam. Sebagai contoh, menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetik dan beralih ke pupuk dan pestisida organik. Penggunaan pestisida sintetik tidak hanya membunuh hama yang merugikan, justru juga membunuh serangga-serangga yang bermanfaat dan mengganggu ekosistem alami yang ada.
Perlindungan hutan juga harus dilakukan, terutama hutan- hutan disekitar sumber air agar ketersediaan air dapat terjaga. Perlunya juga tindakan -- tindakan konservasi agar kerusakan akibat pertanian dapat diminimalkan dengan berbagai macam cara baik secara fisik, kimia dan biologi.
Wasana Basa
Setiap orang membutuhkan makan, pendapat itu sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Sudah seharusnya kita membalas apa yang sudah alam berikan dengan cara melestarikan dan melindunginya, agar hasil alam ini tidak hanya dapat dinikmati saat ini namun bisa sampai pada generasi masa depan. kita berhutang pada alam.
sumber Pustaka
[1] Njatrijani, R. (2018). Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota Semarang. Gema Keadilan, Edisi Jurnal, Vol 5 (1): 16-31.
[2] Rahman, F & Anto, P. (2015). Analisis Lirik Lagu dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa serta Puisi di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 1(1: 9–14.
[3] Siregar, F. A. (2023). Pengembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan Untuk Mencapai Keberlanjutan Pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H