3. Persiapan nutrisi: Membuat nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dapat dibuat sendiri dengan melarutkan nutrisi dari hasil paten.
4. Penanaman bibit kentang: Menanam bibit kentang pada box aeroponik yang telah disiapkan dan disemprot dengan nutrisi secara teratur.
5. Pengaturan lingkungan tumbuh: Menjaga lingkungan tumbuh yang terkontrol, seperti greenhouse, untuk memastikan kondisi pertumbuhan yang optimal.
6. Pemeliharaan tanaman: Melakukan pemeliharaan tanaman secara teratur, seperti penyiraman dan pemangkasan.
7. Pemanenan bibit kentang: Memanen bibit kentang setelah mencapai umur yang optimal, yaitu minimal 80 HST - 100 HST.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, produksi bibit kentang melalui teknologi aeroponik dapat meningkatkan jumlah benih kentang dan menghasilkan bibit kentang yang berkualitas tinggi.
Kelebihan teknologi aeroponik:
- Hemat lahan
- Mutu hasil tanaman yang dihasilkan terjamin kualitasnya
- Hasil lebih optimal
- Hama dan penyakit lebih terkendali
Secara keseluruhan, produksi benih kentang menggunakan aeroponik melibatkan penggunaan sistem tertutup, larutan nutrisi, dan pendinginan zona perakaran untuk memastikan pertumbuhan dan hasil yang optimal. Penggunaan aeroponik memungkinkan produksi benih kentang berkualitas tinggi yang bebas dari penyakit dan hama yang ada
Referensi:
[1] Sumarni, E. 2013b. Pengembangan zone cooling system untuk produksi benih kentang secara aeroponik di dataran rendah tropika basah. Disertasi. Mayor Ilmu Keteknikan Pertanian. IPB. Bogor.
[2] Sumarni, E. 2016. Produksi Benih Kentang Sistem Aeroponik dan Root Zone Cooling dengan Pembedaan Tekanan Pompa di Dataran Rendah. J. Agron Indonesia. Vol 44(3): 299-305