Setahun kemudian, ...
Nama asli Jomblo adalah Joni dan nama asli Seksi yaitu Rina. Keduanya kini tinggal di kota Bundar, masih di Indonesia tentunya. Kota Bundar adalah kota kecil yang masih sejuk dan asri di mana penduduknya saling mengenal dan juga ramah-ramah serta sangat menjaga sopan santun antar sesama. Di kota Bundar ada aturan tertulis dari Bapak Walikota Rahmat Basiyo bahwa kendaraan umum seperti bus kota menjadi prioritas daripada kendaraan pribadi entah motor atau mobil.Â
Joni dan Rina sangat menyetujui aturan ini, begitu juga dengan para penduduk kota Bundar lain. Hanya satu orang penduduk baru yang sangat menentang aturan ini yaitu seorang trilyuner bernama Antonio Trujillo Stangoto alias Tony Stang. Trilyuner ini berdarah campuran Indonesia Meksiko, sangat licin dan cerdas, lihai dalam 10 bahasa termasuk Indonesia bahkan bahasa Arab juga. Tony Stang ini punya empat istri dan dia merasa belum cukup dan masih ingin menambah lagi. Usia Tony Stang 40 tahun, jangkung atletis dan tampan, kulitnya coklat terang, matanya biru dan rambutnya keriting hitam dan rapi sekali. Dia juga berewokan tapi enak terpandang. Pokoknya dengan uang yang dia punya, Tony Stang bisa melakukan apapun yang dia mau, termasuk bertindak semena-mena terhadap semua orang, kecuali Joni dan Rina, terutama Rina yang membuat Tony Stang tergila-gila.
"Tetanggaku yang satu itu tak tertandingi dalam segala hal, bahkan empat istriku pun bukan tandingan Rina. Karena itu Joni harus kutendang jauh keluar dari planet bumi supaya Rina bisa jadi milikku."
Maka dari itu, Tony Stang pun menyusun rencana untuk merebut Rina dari tangan Joni. Suatu malam di awal bulan Februari yang tengah hujan deras, Tony mengirim empat orang suruhannya untuk mendatangi rumah Joni dan Rina yang hanya berjarak lima ratus meter sebelah tenggara mansion mewah miliknya. Instruksi Tony pada empat bawahannya itu sangat jelas, tendang Joni ke luar bumi dan gaet Rina pulang ke Stang Mansion!
Terus empat bawahan Tony Stang yang semuanya pria muda di bawah 25 tahun tapi di atas 20 tahun itu berangkat dengan mobil Mazda kelabu gelap terbaru tanpa nomor polisi ke rumah joni dan Rina yang memang  tak berpagar. Karena memakai mobil, maka hujan deras pun bukan halangan bagi mereka berempat. Pukul sembilan malam, mobil Mazda mendecit berhenti tepat di depan rumah Joni dan Rina yang terang benderang dengan pintu depan terbuka. Empat bawahan Tony Stang saling nyengir satu sama lain, lalu serempak keluar mobil dan berjalan cepat menuju pintu rumah.Â
"Selamat malam." kata bawahan pertama yang berdiri paling depan. Perlu kita ketahui sedikit bahwa empat bawahan Tony Stang ini semuanya memakai baju dan celana serta jaket warna merah dan juga berambut coklat belah tengah semua. "Kami bawahan Tony Stang ingin bertemu Bapak Joni dan Ibu Rina."
Rupanya Joni tengah memijat Rina di ruang tamu. Rina berbaring secara natural layaknya orang pijat, berbaring di kasur putih empuk dengan senyuman cantik yang membuat empat bawahan langsung kebelet pipis. Joni tak kalah mengumbar senyum lalu menjawab begitu tenang. "Silahkan duduk. Maaf ini saya baru mijat istri. Itu ada minuman ringan dan kue-kue di stoples. Selamat menikmati sepuasnya sambil saya menyelesaikan pijatan untuk istri saya ini."
Empat bawahan buru-buru memasuki ruang tamu dan duduk manis di sofa tak berkedip menyaksikan Joni memijat Rina. Tak satupun dari mereka yang tertarik menyentuh kue di stoples dan minuman ringan. Mereka berempat makin kebelet saja.
"Maaf," salah satu bawahan mengangkat tangan karena sudah tak tahan. "Boleh ke WC?"
Joni tersenyum. "Silahkan pipis di halaman. Subur kok."
Sambil meneriakkan terima kasih, empat bawahan Tony Stang langsung keluar rumah dan pipis beramai-ramai di halaman. Saat itu, lewatlah patroli satuan pengamanan kota Bundar. Tak pelak lagi, empat bawahan Tony Stang langsung terjaring razia karena pipis sembarangan.
Joni selesai memijat Rina yang masih berbaring dan setengah tertidur karena begitu enaknya pijatan suami tercintanya itu. "Emh, nikmatnya Sayangku. Lho tadi mana tamunya?"
"Eh tak tahu, tadi mereka kusuruh pipis di luar."
"Bukannya Pak Walikota Rahmat setiap hari melakukan razia ya, Sayang?"
Joni mengangkat bahu. "Mungkin?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H