“Halo, Joni. You sudah bangun?”
“Memang kenapa kalau aku tak bisa tidur?”
“Saya tanya you sudah bangun atau belum malah balik bertanya sih? Bos ingin you segera menghadap ke kantor. Sekarang.”
“Sepagi ini?”
“You tak melihat jam rupanya? Sudah jam sepuluh pagi dan you terlambat lagi. Too late, Joni. Too late!”
Joni memutus sambungan smartphone-nya, lalu meletakkannya begitu saja di tepi ranjang. Ini hari Jum’at tanggal 1 Januari 2016 yang artinya semua kantor pasti libur, tapi Joni malah mendapat jatah masuk hari ini. Kenapa juga dia harus masuk? Suka-suka dia meliburkan diri di rumah, tapi karena Joni seorang karyawan baik hati dan taat aturan, dia pun segera mandi.
Joni hanya mandi sekitar 20 menit dan tidak mau terlalu lama. Kembali ke kamar dan berganti pakaian rapi termasuk memakai wewangian, minyak rambut dan segala tetek-bengek penampilan, kini Joni telah siap masuk kantor. Terlebih dahulu Joni menatap kaca sambil bersiap mengkritik penampilannya sendiri.
Penampilan Joni terlihat jelas di kaca, tinggi 175 cm, berat 68 kg yang berarti ideal, lalu apalagi? Kulit kuning kecoklatan di seluruh tubuh dan banyak tahi lalat, rambut hitam licin mengkilat yang cepak ala bintang favorit Joni yaitu Keanu Reeves saat bermain di film Speed dahulu. Kedua alis Joni tebal, Joni tak berkumis, tak juga berjenggot, kupingnya cukup normal, hidung mancung, tubuh juga atletis.
Kini Joni mengenakan kemeja biru kotak-kotak kecil lengan pendek, celana eksekutif hitam, kaos kaki hitam serta sepatu converse warna coklat. Joni tak lupa memakai jam tangan hitam merek tidak ternama di tangan kirinya, sementara sabuk perak juga melingkar tepat di celana eksekutif hitamnya. Joni sudah siap sedia kini pergi ke kantor.
Setelah mengenakan tas ransel ungunya yang berisi berbagai berkas kantornya, Joni keluar dari rumahnya, mengunci pintu, lalu menyimpan kuncinya di tas ranselnya. Sebagai tambahan informasi, Joni juga menyimpan smartphone dan dompet di tas ranselnya itu juga, alasan Joni adalah karena celana eksekutifnya tidak memiliki kantong belakang beritsleting untuk menyimpan dompet.
Joni telah berjalan menjauhi rumahnya kira-kira dua ratus meter saat dia melirik jam tangan di tangan kirinya, sudah pukul sebelas kurang seperempat. Joni mempercepat langkahnya menuju jalan utama yang berdekatan dengan halte busway Slipi Kemanggisan ketika smartphone-nya berbunyi dengan ringtone Love Me Like You Do dari Ellie Goulding. Joni membiarkan smartphone-nya terus berbunyi saat dia memasuki halte dan dengan kartu flazz membayar tiket secara online, tepatnya mengurangi saldo kartu flazz miliknya itu.
Saat sudah duduk di busway, ringtone smartphone-nya sekali lagi berdering. Joni segera menyahut sambil melirik beberapa penumpang lain yang duduk di deretan kursi yang berhadapan dengan deretan kursinya. “Halo selamat pagi, ini Joni.”
“Hai, Sayangku.” kata suara merdu nan menggemaskan dari seberang. “Apa kabar Sayangku hari ini?”
“Halo, Rin. Aku terlambat lagi masuk kantor.”
“Buset, Jon. Kapan kapoknya kamu ini? Sudah kita bicara nanti saja. Daghh… .”
Joni menyimpan smartphone-nya di tas ranselnya, lalu berdiri karena busway sudah memasuki halte Central Park, salah satu mal terbesar Jakarta Barat di mana kantor Joni berada.
Pukul setengah tujuh petang, Joni tiba kembali di rumah setelah seharian bekerja keras di kantor mengerjakan berbagai kover novel dan kumpulan cerpen yang menumpuk di redaksi penerbitan tempat Joni bekerja. Saatnya istirahat di rumah dalam weekend ini. Rina tadi menelpon saat dia berada di busway, tampaknya dia akan datang sebentar lagi. Sial, Joni tadi lupa membeli makan malam dan kini perutnya keroncongan.
Bel rumahnya berbunyi. Joni yang tengah merebahkan diri di sofa ruang tamu perlahan bangkit dan membuka pintu. Mulut Joni menganga melihat Rina berdiri di hadapannya dengan gaun malam hitam yang membalut tubuhnya yang cantik dan seksi. "Kau langsung dari kantormu dengan berdandan begini, Rin?"
Rina menggelengkan kepala, lalu memeluk erat Joni. "Boleh aku masuk, Sayang?"
"Tentu, Rin. Ayo jangan sungkan-sungkan. Kau bawa apa itu?"
"Tahu Pong Harmoni dan Martabak Manis Pecenongan untuk makan malam kita berdua."
"Kau tidak makan nasi, Rin?"
"Tahu pong lebih baik bagiku. Aku rindu udang. Kau memasak nasi tidak?"
Joni mengangguk, lalu menutup pintu dan menguncinya. "Weekend besok kau mau pergi ke mana, Rin?"
Rina yang berjalan anggun memasuki ruang tengah berhenti sejenak lalu mengerling manja kepada Joni. "Ke mana saja asal bersama kamu, Sayang. Makan yuk?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H