Saat sudah duduk di busway, ringtone smartphone-nya sekali lagi berdering. Joni segera menyahut sambil melirik beberapa penumpang lain yang duduk di deretan kursi yang berhadapan dengan deretan kursinya. “Halo selamat pagi, ini Joni.”
“Hai, Sayangku.” kata suara merdu nan menggemaskan dari seberang. “Apa kabar Sayangku hari ini?”
“Halo, Rin. Aku terlambat lagi masuk kantor.”
“Buset, Jon. Kapan kapoknya kamu ini? Sudah kita bicara nanti saja. Daghh… .”
Joni menyimpan smartphone-nya di tas ranselnya, lalu berdiri karena busway sudah memasuki halte Central Park, salah satu mal terbesar Jakarta Barat di mana kantor Joni berada.
Pukul setengah tujuh petang, Joni tiba kembali di rumah setelah seharian bekerja keras di kantor mengerjakan berbagai kover novel dan kumpulan cerpen yang menumpuk di redaksi penerbitan tempat Joni bekerja. Saatnya istirahat di rumah dalam weekend ini. Rina tadi menelpon saat dia berada di busway, tampaknya dia akan datang sebentar lagi. Sial, Joni tadi lupa membeli makan malam dan kini perutnya keroncongan.
Bel rumahnya berbunyi. Joni yang tengah merebahkan diri di sofa ruang tamu perlahan bangkit dan membuka pintu. Mulut Joni menganga melihat Rina berdiri di hadapannya dengan gaun malam hitam yang membalut tubuhnya yang cantik dan seksi. "Kau langsung dari kantormu dengan berdandan begini, Rin?"
Rina menggelengkan kepala, lalu memeluk erat Joni. "Boleh aku masuk, Sayang?"
"Tentu, Rin. Ayo jangan sungkan-sungkan. Kau bawa apa itu?"
"Tahu Pong Harmoni dan Martabak Manis Pecenongan untuk makan malam kita berdua."
"Kau tidak makan nasi, Rin?"