Edwin mengacungkan jempol pada Elsa, lalu segera melajukan mobilnya ke arah Karangkajen yang letaknya tidak jauh dari Pasar Tela sekitar wilayah Mergangsan. Tak berapa lama kemudian, mobil taksi itu berhenti di sebuah rumah bercat hijau, berpagar hitam yang cukup besar di tepi jalan Haji Djawad Faqih. Seorang pria gagah dan tampan berpeci hitam yang mengenakan baju koko putih dan celana hitam membuka pintu pagar hitam sambil berteriak kegirangan. "EDWIN BULE!!!"
Edwin dan Elsa keluar dari taksi, lalu Edwin memeluk pria itu sambil tertawa girang. Keduanya saling menepuk pundak, meninju bahu dan menabok punggung masing-masing. Elsa tampak malu-malu menyaksikan keduanya, lalu menepuk kap mesin taksi. Edwin menoleh, lalu menggamit lengan Elsa. "Elsa, kenalkan ini Hardiman, sobatku yang paling tampan dan jenius!"
Hardiman tersenyum ceria sambil mengatupkan kedua tangan di dadanya sendiri dan menatap hormat pada Elsa yang tersipu-sipu. "Edwin Bule sudah banyak cerita tentangmu dan sungguh definisi bidadari surga itu ada padamu."
Elsa memeluk punggung Edwin, menyembunyikan rasa malunya yang teramat sangat karena pujian selangit itu. Edwin lalu berkata pada Hardiman tentang maksud kedatangannya. Hardiman mengangguk penuh antusias sambil meminta Edwin dan Elsa menunggu di luar. "Mobilmu wis siap, Bule Jawa. Hahahaha!"
Hardiman berjalan cepat sekitar seratus meter jauhnya menuju bengkel mobilnya. Edwin dan Elsa pun segera mengikuti. Hardiman menoleh pada Edwin dan Elsa, lalu menyuruh mereka berdua masuk ke halaman bengkel miliknya. Hardiman menunjuk ke arah kerukupan mantel besar yang menutupi sesuatu. "Itu mobil pesananmu, Bule. Tenane iki arep tok lunasi saiki?"
Edwin menoleh pada Elsa. "Travel bag?"
Elsa berlari menuju taksi kuning, lalu membuka pintu belakang. Dia menjinjing dua travel bag dengan berjalan cepat sampai kembali di bengkel Hardiman, lalu memberikan travel bag milik Edwin. Travel bag terbuka oleh kedua tangan Edwin yang tak sabaran lalu tampak oleh Hardiman sekarung uang beribu lembar merah yang menggiurkan. "Tuntas lunas, Dab!" desis Edwin kegirangan.
Hardiman sejenak merasa dunianya berwarna hijau, lalu dia mengedipkan mata pada Edwin, sambil menyerahkan kunci mobil yang bentuknya dan ukurannya mirip smartphone. "Ini kunci ajaib mobilmu, Bule. Kau mau langsung pulang ke Jakarta?"
"Ho'oh, Dab."
Edwin dan Hardiman berpelukan. "Ati-ati neng ndalan yo, Bule. Kowe nggowo bidadari surga soale. Nggih to, Diajeng Elsa?"
Elsa kini sudah bisa menyembunyikan rasa malu bin senangnya, lalu menggandeng tangan Edwin menuju kerukupan mantel besar itu. Hardiman bergerak cepat membongkar kerukupan mantel besar itu sambil tersenyum pada Edwin dan Elsa. "Kupersembahkan mobil super ini kepada kalian berdua."