Joni yang sudah sekuat tenaga menahan nafsu, membuka mata lalu menatap istrinya itu lekat-lekat. “Kita bisa istirahat sejenak mala mini, Rin? Aku lelah.”
Rina tersenyum, lalu mengangguk, serta menarik tangan kanannya menjauh dari penis Joni. “Kamu lelah, Sayangku? Aku juga begitu.”
“Segar sekali kau mandi tadi, Rin? Pakai air dingin atau hangat?”
“Joni, kamu harus tahu kalau aku ini penyuka air dingin, jarang memakai air hangat apalagi panas. Cuaca panas begini juga susah bagiku dan kalau tidak mandi dingin tidak segar begitu.”
“Kau harum sekali, Rin. Sabunmu apa sih?”
“Sabun yang biasa kamu pakai juga, Sayangku. Kupikir kamu terlalu berlebihan dalam memujiku.”
Joni memeluk Rina erat. “Kita tidur saja sekarang, Rin, supaya besok bisa bangun lebih pagi.”
“Aku setuju, Joni.” kata Rina mencium bibir Joni begitu penuh dan lembut. Perut Rina langsung bergolak karena dia sangat terangsang, lalu dia tanpa ampun langsung menindih Joni begitu penuh semangat. “Aku … tak tahan lagi, Joni. Cepat kita selesaikan ini … cepat!”
Joni mencoba protes. “Kataku tadi…”
“Oh, lupakan katamu tadi, Sayangku.” kata Rina penuh desahan gelora. “Ayolah, Sayangku. Kurang seksi apa aku hah? Ayo, Joniku. Golkan segera, jebol gawangku ini hih Joniiihhh… .”
Sudah kepalang tanggung, Joni menuruti permintaan Rina. Mengambil posisi di atas, Rina bagai koboi menunggang kuda berayun secara luar biasa dan mencapai orgasme ganda sambil menjerit penuh kepuasan, lalu tumbang di tubuh suaminya yang sangat perkasa, Joni Bong.