Mohon tunggu...
Septian Putro
Septian Putro Mohon Tunggu... -

Pendidik di Bizsmart School Depok

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pria Solo Itu, Kini Tak Lagi Solo

25 Maret 2015   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia lahir dari keluarga sederhana, bahkan miskin mungkin—tapi yang pasti dia bukan keturunan Cina. Joko Widodo namanya, lulusan kehutanan, wirausaha mebel, sampai akhirnya menjadi walikota. Ia saya kenal pertama kali dari artikel di Warta Kota. Ketika itu ia masih menjabat menjadi walikota Solo. Ia memperkenalkan mobil Esemka pada publik nasional.

Karirnya sebagai walikota Solo terbilang cukup sukses. Terlihat dari berbagai penghargaan yang ia peroleh. Sukses di Solo, ia dilirik oleh empunya partai untuk mencalonkan menjadi gubernur Jakarta. Fauzi Bowo yang kala itu menjadi petahana berhasil ia kalahkan. Mulus ia melenggang ke Jakarta.

Kurang lebih dua tahun ia di Jakarta, beberapa perubahan yang ia lakukan. Mulai dari penanganan masalah banjir dengan merapikan bantaran atau situ sampai segala bentuk kartu saktinya yang disukai orang miskin namun amat dibenci orang kaya (baca:dokter). Setiap blusukan-nya selalu mengundang sensasi. Media seolah tak henti memberitakan hal tersebut. Bahkan katanya ada wartawan yang sengaja dibayar olehnya untuk ‘nongkrong’ di depan balai kota supaya bisa langsung memberitakan apa yang ia lakukan—katanya lho!

Menjelang pilpres pria Solo ini digadang-gadang akan dicalonkan sebagai presiden oleh empunya partai. Tapi jawabnya singkat, “saya tidak mau membahas itu, saya ingin fokus benahi Jakarta.” Entah mantra apa yang digunakan oleh sang empu sampai akhirnya ia berhasil membujuk Gubernur Jakarta ini untuk maju pada pilpres 2014.

Pilpres 2014, pilpres paling ramai, paling busuk, paling lucu, paling, pokoknya paling deh. Kali ini lawan pria Solo adalah mantan komandan Kopassus, Prabowo Subianto. Terjangan kampanye hitam terus mengikis keyakinan orang terhadap sang pria Solo. Saya ingat beberapa bulan sebelum pilpres, Jaya Suprana (ketua MURI) pernah berkata, “Jika Jokowi naik menjadi calon presiden, saya jamin tidak akan ada yang bisa mengalahkannya, jadi buat calon yang lain lebih baik tidak usah mencalonkan diri, daripada buang-buang uang.” Tapi yang terjadi tidak demikian, Prabowo Subianto adalah lawan yang tangguh. Ya walaupun pada akhirnya kemenangan tetap berpihak pada pria Solo. Ia kemudian memilih Jusuf Kalla sebagai wakilnya.

Beberapa pekan setelah ia dilantik, media ramai memberitakan kisruh perebutan kekuasaan di DPR, kontroversi kementrian yang ia rancang, sampai pengangkatan wanita perokok dan bertato sebagai menteri. Beberapa prestasi diraih oleh satu, dua menterinya. Salah satunya adalah keberanian menteri Susi menenggelamkan kapal pencuri ikan. Korban Lapindo yang bertahun-tahun tak jelas nasibnya, akhirnya mendapat ganti rugi dari pemerintah. Namun, berbagai masalah juga muncul setelah beberapa bulan pasca pelantikannya. Dua hal yang paling saya ingat adalah kenaikan harga BBM dan kisruh KPK vs Polri.

Kebijakan pria Solo menaikkan harga BBM, dianggap oleh sebagian orang tidak pro rakyat. Padahal dulu ia selalu berkampanye menggunakan kata merakyat. Yang paling disoroti adalah kegamangannya dalam menyelesaikan masalah KPK vs Polri. Ia dianggap tidak menepati janji kampanye untuk berada di garis terdepan melawan korupsi. Rakyat kecewa, mahasiswa jengah. Sampai terjadilah demo di berbagai tempat untuk melengserkannya. Benar-benar berubah 180⁰ ketika di awal ia menjabat sebagai gubernur.

Entah apa yang terjadi pada pria Solo ini, ia tak lagi solo seperti ketika memimpin Solo dan Jakarta. Ia seolah sedang dikendalikan oleh sang empu. Seperti yang ditakutkan dulu ketika kampanye, ia seperti presiden boneka. Tak terdengar lagi kegiatan blusukan-nya yang dulu ramai diberitakan media, tak muncul lagi gagasan-gagasannya yang pro rakyat, tak terlihat lagi ketegasannya seperti kala memecat kepala sekolah dan pegawai yang korup dan malas.

Mahasiswa sudah menjatuhkan tempo sampai tanggal 20 Mei, jika tak ada perubahan dari pria Solo ini, maka mereka akan melengserkannya. Ayolah pak, rakyat merindukan Anda yang dulu. Bergerak independen dan bekerja untuk rakyat. Rakyat tidak butuh presiden boneka, rakyat butuh presiden independen pak!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun