Mohon tunggu...
Septian Bayu Kristanto
Septian Bayu Kristanto Mohon Tunggu... Dosen - Educator

Saya bukan ahli, hanya ingin berbagi. Bukan pula ilmuwan, hanya seorang relawan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sampai Gadget Memisahkan Kita?

27 Mei 2019   23:20 Diperbarui: 27 Mei 2019   23:25 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akar masalah yang pertama, gadget dan medsos memberikan kesenangan pribadi dan menyita waktu bersama. Banyak dari pasutri, yang bekerja maupun yang tidak bekerja, tertarik dan menggunakan sebagian waktu produktifnya untuk berinteraksi di medsos. Untuk beberapa alasan, kondisi dianggap wajar jika mengacu pada perkembangan teknologi. 

Disisi lain juga ada pembelaan menggunakan gadget dan medsos sebagai alternatif penghilang stress. Namun, ada bahaya tersembunyi yang juga rawan muncul. Waktu berinteraksi dengan gadget dan medsos terkadang, bahkan seringnya, menjadi sumber masalah pasutri. Waktu yang harusnya bisa digunakan untuk bersama-sama (quality time), menjadi berkurang karena sibuk berinteraksi di dunia maya. 

Di beberapa kota besar bahkan bisa dijumpai kondisi dimana sekeluarga yang duduk makan bersama, tidak ada komunikasi, hanya sibuk dengan gadget dan medsos masing-masing. Dalam rentang waktu yang panjang, kondisi ini akan memperburuk cara berkomunikasi di dalam keluarga, khususnya sebagai pasutri. Menjaga komunikasi langsung dan memberikan waktu khusus untuk menggunakan gadget dan medsos, misalnya 1-2 jam sehari, masih menjadi altenatif solusi yang relevan.

Akar permasalahan yang kedua, gadget dan medsos menciptakan ruang privat yang tersembunyi dari pasangan. Saat ini kasus perselingkuhan pasutri banyak terjadi karena masalah tersebut. Para suami atau bahkan para istri, bisa memiliki ruang privat dengan rekan-rekan masa lalunya, dan terjebak dengan situasi nostalgia. 

Berkaca dari masalah kesetaraan, saat ini perselingkuhan tidak lagi didominasi oleh laki-laki, tetapi seimbang dengan perempuan. Bahkan dari beberapa konseling pastoral, perempuan terbukti lebih rapi dalam menjaga perselingkuhan dibandingkan laki-laki. Sebagai pasangan, semestinya tidak ada sekat atau ruang privat di dalam komunikasi. Dengan menjaga keterbukaan, maka masalah ruang privat dan perselingkuhan bisa diatasi.

Akar permasalahan yang ketiga, gadget dan medsos membuat ruang baru yang bebas tanpa batas, antara informasi personal dan publik. Ya, semua informasi yang kita posting di medsos memiliki rekam jejak digital. Sekalipun dengan mode privat, vendor medsos masih memiliki akses karena anda menggunakan aplikasi mereka. 

Masalah perundungan dan pornografi bisa muncul dari situasi ini. Pola relasi manusia yang cenderung "lebay" menggunakan gadget dan medsos, suatu saat bisa menjadi serangan balik bagi yang bersangkutan. Berusaha bijak dalam menggunakan gadget dan medsos diyakini masih menjadi solusi terbaik saat ini. Demi menjaga privasi dan kemungkinan buruk di lain hari.

Akar permasalahan yang terakhir, gadget dan medsos menciptakan aktivitas baru yang berisiko tinggi. Trending Video Call Sex (VCS) dan gaming menjadi pemicu masalah ini. Banyak pihak yang menyalahgunakan penggunaan teknologi, yang semestinya bisa untuk hal-hal yang positif, menjadi konten negatif. 

VCS adalah tantangan nyata yang perlu dihadapi saat ini, baik oleh pria maupun wanita. Pasutri perlu menyikapi dengan baik, karena ini berkaitan dengan hal kekudusan dalam relasi. Terlebih lagi anak-anak kita atau generasi saat ini. Banyaknya konten porno dan iklan porno menjadi tantangan bersama antara orang tua dan anak untuk dihadapi di era teknologi. Belum lagi pola gaming saat ini. Yang juga mengarah ke konten pornografi atau bahkan kekerasan. 

Anak-anak dengan mudahnya mengakses game online dan cenderung meniru karakter yang ditemukan. Dengan cara dialog yang baik, terbuka, dan mengawasi penggunaan gadget dan medsos pada anak, niscaya masalah ini bisa diredam. Namun, sebagai orang tua, pasutri juga perlu memberikan teladan dengan konsisten melakukan hal serupa. Anak akan lebih terbuka dan paham jika orang tua memberikan contoh teladan yang sama dan selalu konsisten.

Empat pilar Penopang Pernikahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun