Namun, dari profesi inilah saya bisa mengamen sampai ke Surabaya dan Bali, tentunya tanpa modal. Cukup naik-turun bus luar kota arah Surabaya, kemudian ke Banyuwangi, sebelum menyeberang ke Gilimanuk. Perjalanan ini saya lakukan selama 5 hari. Bali adalah destinasi saya. Dan saya pulang kembali dengan menggunakan uang hasil mengamen.
Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan dari mengamen. Begaul dengan anak punk, teman-teman yang mengkonsumsi narkoba, sampai ditolak di Gereja karena pakaian lusuh. Ternyata Masjid lebih bisa menerima siapapun dan dari agama manapun. Tapi ya itu hanyalah bangunan dan sekelumit aturannya.
Kuliah, masa indah untuk dikenang. Profesi ketiga saya lanjutkan disini, sembari mengisi tabungan masa kuliah. Mengamen dengan cara yang lebih cool, yaitu di kafe. Setiap malam minggu, saya habiskan mengamen di  Kafe, dengan bayaran Rp. 50.000,- per manggung. Hasil yang lumayan kala itu.
Tapi musisi jalanan ini juga mengais rejeki dari bermain musik di Gereja. GBI, GIA, GpdI, dan GKJ jadi tujuan saya. Tiap bermain musik pun saya dibayar Rp. 50.000,- tiap ibadah. Sungguh malu rasanya, diberi talenta tapi masih dibayar juga.. Bertobatlah saya segera..
Profesi keempat yang saya jalani juga selama masa kuliah, sebagai Auditor dan Peneliti. Lembaga Pemerintah yang menjadi jaminan dalam berprofesi. Menjadi auditor saya anggap bisa membantu perusahaan dan orang lain yang ingin tahu informasi perusahaan. Maklumlah, jurusan Akuntansi.
Profesi ini saya jalani sampai kuliah selesai. Bayarannya pun tidak tentu, per Project.
Kuliah membuat saya melakukan profesi saya kelima, Pengajar. Disini saya menjadi asisten dosen, dibayar per pertemuan, dengan tujuan mulia: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Hahahaha....
Di profesi inilah saya ingin menambatkan diri dan profesi. Sampai akhirnya saya bertemu dosa di profesi keenam, yaitu GHOST WRITER. Inilah profesi yang menjamin uang kuliah saya, uang jajan saya, uang saya pacaran, dan lain-lain hahahaha, Setiap pengerjaan laporan, dibayar Rp. 6.000.000,- merupakan nominal gila saat itu (sebagai mahasiswa ngekos). Sesuai dengan prinsip ekonomi, High Risk High Return, profesi ini juga menyediakan risiko tinggi bila tertangkap. Drop Out mengintai saudara-saudara.
Sampai pada akhirnya, lulus kuliah membawa sedikit pencerahan kepada saya. Dalam pengerjaan skripsi yang terseok-seok (anomali bagi seorang Ghost Writer), saya memutuskan ingin menjadi Dosen.
Menurut Analisis Saya (kata Butet K.), Dosen bisa membantu siapa saja, dan profesi apa saja. Saya belajar banyak dari dosen-dosen saya. Mereka bukanlah mahluk tercerdas dan termulia, tapi mereka sanggup menginspirasi siapa saja. Akhirnya saya putuskan menjadi DOSEN, Pengajar di Universitas.
Saya rasa inilah profesi ketujuh dan terakhir saya.. Memang passion saya ingin menolong orang. Tapi sebelum saya menolong orang, saya tolong diri saya terlebih dahulu.