Mulai dari Senin kemarin tepatnya 30 November 2015, acara yang biasa di bilang rutin diadakan di alun-alun utara Yogyakarta ini sedikit mengalami perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari penataan wahana permainan hingga dagangan yang terjejer banyak di sana sampai pelaksanaan jangka waktu acara sekaten pasar malam tersebut.
Jika datang dari perempatan titik nol Jogja yang biasa di kenal dengan sebutan 0 KiloMeterlalu menuju selatan terlihat alun-alun mengalami perbedaan . Bisa diamatai di sekeliling trotoar yang dbuat melingkari alun-alun terdapat tambahan besi besi yang dpasang memutar di pinggir trotoar tersebut, pelindung besi tersebut difungsikan agar saat pasar malam berlangsung moror dan sepeda tidak parker sembarangan dan lebih tertata , mengingat tahun-tahun sebelumnya kendaraan beroda dua parkir naik di atas trotoar , bahkan sepeda motor bebas masuk ke area pasar malam yang tentu saja mengganggu kenyamanan dan keamanaan pengunjung yang tentu saja berjalan kaki menikmati berbagai permainan. Pada bagian lapangan nya juga beberapa hari sebelum di laksanakan pasar malam petugas kebersihan menyisir seluruh sampah yang berserakan di area alun-alun, namun sangat di sayangkan karena masih banyak sampah plastic yang tetap ada lagi setiap hariny karena kurangnya kesadaran pengunjung maupun warga yang lalu lalang di sana.
Tersiar kabar sebelumnya bahwa pasar malam akan di tiadakan tahun ini ,namun pada nyata nya masih berlangsung, tetapi pelaksanaan pasar malam yang biasanya 40 hari ini berubah menjadi 30 hari , info tersebut saya dapat dari wawancara singkat pedagang makanan dan tukang balon di area alun-alun. Jumlah wahana yang di didirikan juga lebih sedikit dari sebelumnya, seperti bianglala (sangkar burung) yang dulu biasanya berjumlah tiga ,sekarang hanya dua saja dan berbagai wahana lain yang tak sebanyak tahun lalu. Dari semua wahana yang menjadi pusat atau tujuan utama pengunjung terutama para muda-mudi yaitu wahana ombak banyu dan kora-kora, karena wahana itu cukup memacu adrenalin mulai dari anak kecil ,pemuda pemudi yang pacaran hingga ibu dan bapak yang mendampingi anaknya.
Untuk orangtua yang mau membawa anak dbawah umur atau balita disediakan kereta mini yang berjalan sesuai rute yaitu mengelilingi wahana di dalamnya, jadi bagi pengunjung yang malas berjalan kereta mini ini sangat di minati . Penataan wahana yang biasanya terletak memisah dan rata ke semua area kini berjejer cukup rapi hanya pada tengan alun-alun ,sedangkan pada pinggiranya didirikan deretan penjual pakaian bekas yang biasa disebut awul-awul . Namun pengunjung yang datang tak sepadat biasanya, mungkin karena banyak wahana permainan yang tidak didirikan atau publikasi mengenai pengadaan pasar malam yang belum tersebar sebab kesimpang siuran kabar sebelumnya bahwa skaten pasar malam tidak ada lagi .
Untuk kenyamanan saya rasa pasar malam skaten tahun ini lebih tertata karena hanya pejalan kaki yang dapat masuk kedalam area alun-alun , namun ada dampak lain yang kurang di perhitungkan yaitu tempat alternative untuk memarkirkan kendaraan pengunjung yang membludak. Karena dengan tidak ada nya lahan parkir sama saja pengunjung akan memaksakan menaruh kendaraan nya di depan Bank BI atau parkiran Benteng Vredeburgh yang berada di utara alun-alun. Acara pasar malam ini tetap harus ada karena menjadi acara tahunan yang banyak di tunggu dan menjadi daya tarik wisatawan maupun penduduk sli Jogja sebgai acara untuk menunggu acara inti yaitu grebeg gunungan atau ‘’skaten’’.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H