Mohon tunggu...
Septiana rizqi putri
Septiana rizqi putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa ilmu politik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Film "Parasite" dan "Squid Game" dengan Menggunakan Pendekatan Ekonomi Politik

23 November 2021   22:22 Diperbarui: 23 November 2021   22:52 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Setelah kita mengamati dan mengulas film yang disutradarai oleh Boong Joon-ho ini dalam sudut pandang ekonomi politik berdasarkan buku "Politics" (2013) oleh Heywood dan beberapa pandanga para ahli, kita juga akan membahas apa itu sebenarnya ekonomi politik dalam sudut pandang teori Caporaso dan Levine pada tahun 1992 yang masih sangat relevan higga saat ini. Teori Caporaso dan Levine ini adalah sebuah teori yang membahas khusus teori mengenai ekonomi politik dan tentu juga teori perpolitikan di dunia.

Berdasarkan teori Caporaso dan Levine (1992), terdapat tiga unsur utama dari dunia politik, yakni akses non politik ke pemerintah, publik non politik, dan kekerabatan otoritas non politik, yang apabila ketiga unsur tersebut dipadukan menjadi satu, maka menjadi unsur otoritas pemerintahan sektor publik. Ekonomi dan politik adalah 2 unsur bagian dari aspek kehidupan yang tidak bisa dipisahkan, karena situasi ekonomi juga bergantung kepada fenomena politik yang sedang terjadi. Angka pertumbuhan ekonomi di Asia yang tumbuh demikian pesatnya, khususnya Korea Selatan, justru berkontribusi begitu besar tepatnya pada meningkatnya jumlah angka kemiskinan yang semakin menyoroti ketidaksetaraan antar kelas kasta.

Ketidaksetaraan kelas kasta ekonomi tersebut disebabkan oleh adanya reformasi neo-liberal di Korea Selatan yang memperlambat pertumbuhan ekonomi, mengurangi stabilitas pekerjaan, dan memiliki pendapatan yang optimal, pemecatan hubungan kerja, serta mengurangi norma perlindungan hukum pekerja, yang sangat memperlemah produktivitas pekerjaan seumur hidup karena menurunnya mobilitas sosial, sehingga menghasilkan rasa frustasi yang dirasakan juga bagi semua elemen masyarakat khususnya petinggi negara. Tetapi berkat meningkatnya sektor perekonomian yang begitu melejit di Korea, berhasil mengangkat Korea dari yang sebelumnya tergolong ke dalam negara yang lumayan miskin, yang berhasil menjadi salah satu negara maju di dunia.

Keluarga kaya yang bernama Keluarga Park sedangkan yang keluarga proletar adalah Keluarga Kim. Perbedaan yang mencolok dari Keluarga Park dan Keluarga Kim dalam memecahkan permasalahannya masing-masing. Keluarga Park meskipun keluarganya kaya raya, mereka menyelesaikan permasalahan kehidupannya dengan menggunakan uang, tetapi selalu ada rahasia yang tersembunyi di antara mereka. Berbanding terbalik dengan Keluarga Kim meskipun selalu merasa gagal dalam karier mereka, tetapi mereka saling terbuka satu sama lainnya dan saling bersatu. 

Kehidupan Keluarga Park meskipun sukses dalam segi kekuasaan dan ekonomi, tetapi cukup malang dengan nasib keutuhan keluarganya. Putra Mr. Park yang memiliki gangguan kepribadian, menjadikan dirinya selalu berbuat onar dikarenakan kurang didikan dari orang tuanya yang sibuk mencari tahta kekuasaan serta bisnis yang "membutakan" mereka terhadap kondisi keluarganya. Ini cenderung terbalik dengan suasana Keluarga Kim yang hangat karena saling kompak dan sang anak pun memiliki keterampilan yang mumpuni, walaupun mereka dicap sebagai orang yang malas. 

Kasta atas berupaya untuk menarik batas dan menetapkan aturan kepada orang-orang yang mereka anggap sebagai kalangan inferior. Dari ketidaksetaraan ini juga menimbulkan pemikiran sebagian orang menjadi egaliter. Gaya hidup Amerika tentu saja mempengaruhi kehidupan sehari-hari Keluarga Park. Rumah Keluarga Park yang menganut gaya Amerika, sedangkan rumah Keluarga Kim direpresentasikan sebagai pemukiman informal dari proyek perkotaan yang tidak disusun dengan baik.

Ketidakadilan perekonomian dan perpolitikan di Korea Selatan juga dipicu oleh ketidaksetaraan gender, yakni dimana jenis kelamin tertentu berhak untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibanding jenis kelamin lainnya. Padahal setiap orang meskipun jenis kelamin atau status gender mereka berbeda, tetap memiliki kesempatan yang sama, meskipun dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan kemampuan mereka. 

Semua orang berhak menjadi pemimpin, tanpa memandang status jenis kelamin mereka. Selain itu, terkadang ada juga kasus di sebuah perusahaan yang mewajibkan salah satu karyawan wanitanya untuk dinikahi oleh anak perusahaan karena alasan tertentu, misalnya karena untuk menutupi urusan hutang-piutang yang akhirnya terselesaikan apabila kedua belah pihak bersatu padu dalam menyelesaikan konflik mereka.

Keluarga Kim sebelumnya pernah bergabung di bisnis makanan, yakni menggeluti usaha restoran ayam goreng dan Kue Chinese Castella. Tetapi bisnis tersebut pada akhirnya gulung tikar sehingga Keluarga Kim melakukan profesi yang termasuk "kelas rendahan", yakni melipat kemasan pembungkus pizza yang dilakukan bersama-sama yang digeluti oleh seluruh anggota keluarganya serta Mr. Kim yang berprofesi sebagai seorang supir. 

Kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh kelas atas merepresentasikan dan memberi relasi terhadap kekuasaan dengan kepemilikan kekayaan. Uang memberikan keleluasaan bagi pemiliknya untuk mengakses segala hal dalam hidup yang tentu saja memberikan pengalaman baru kepada pemiliknya.  Keluarga Kim pun akhirnya bisa lolos dari jeratan keluarga Park setelah mengikuti kegiatan rekreasi piknik yang gagal. Uang juga direpresentasikan sebagai power (kekuatan) bagi seseorang dalam menguasai market (pasar), sehingga sangat erat kaitannya denga dunia politik yang mengandalkan power and money.

Ketidaksetaraan kehidupan yang melibatkan unsur absolut dan relatif ini bisa dikaitkan dengan kondisi ekonomi politik di negara China. Seperti yang kita ketahui, setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dikuasai oleh pemerintahan komunis dan Masa Revolusi Kebudayaan di bawah Presiden Mao Zedong yang begitu menyiksa perekonomian masyarakat RRT. Ketika pemerintahan tersebut runtuh, kemudian dilanjutkan oleh sistem pemerintahan Xi Jinping yang membawa RRT tumbuh menjadi negara super power dalam perekonomian dunia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun