Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Skandal eFishery dan Sisi Gelap Industri Startup

28 Januari 2025   23:27 Diperbarui: 29 Januari 2025   15:57 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat eFeeder (Sumber foto: eFishery Impact Report 2023)

Pasca masa pandemi Covid-19, Indonesia menjadi salah satu panggung utama perkembangan perusahaan teknologi atau startup. Menurut data dari Statista (2024), Indonesia memiliki 14 startup unicorn dan menjadi negara dengan unicorn terbanyak kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Singapura yang memiliki 30 unicorn. Jumlah tersebut jauh melebihi Vietnam yang baru memiliki lima dan Malaysia yang baru menyentuh tiga unicorn.

Unicorn, istilah bagi startup yang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar USD atau 15 triliun rupiah, menjadi indikator penting pertumbuhan ekosistem industri teknologi di suatu negara. Meskipun menghadapi tech winter, di mana pendanaan cenderung menurun, unicorn yang tumbuh pesat di Indonesia menunjukkan bahwa investor global masih menaruh kepercayaan pada sektor teknologi di tanah air.

Namun di awal tahun 2025 ini, informasi mengejutkan menghiasi pemberitaan nasional bahkan hingga internasional. Bloomberg dan The Straits Times mengabarkan bahwa salah satu unicorn Indonesia yaitu eFishery diduga melakukan pemalsuan keuangan sistematis. Dari investigasi yang masih berjalan, startup yang bergerak di bidang akuakultur ini memalsukan 75% angka-angka keuangannya!

Skandal ini tidak hanya mencoreng nama eFishery sebagai unicorn, tetapi juga mengguncang kepercayaan investor global pada ekosistem startup Indonesia.

Penggunaan eFeeder (Sumber foto: eFishery Sustainability Report 2023)
Penggunaan eFeeder (Sumber foto: eFishery Sustainability Report 2023)

Dari Harapan Besar ke Skandal Besar

Didirikan pada 2013, eFishery telah cukup lama menarik perhatian masyarakat dan investor. Dengan bisnis model berupa alat pakan ikan otomatis (eFeeder) serta ekosistem digital perdagangan ikan, startup ini menawarkan modernisasi industri perikanan di Indonesia. Sebuah cita-cita yang mulia dan menarik dari sisi bisnis. Apalagi CEO eFishery yaitu Gibran Huzaifah, kerap menekankan bahwa startup-nya berorientasi pada sustainabilitas dan profitabilitas. 

Di awal operasinya, eFishery bahkan mengklaim telah mencapai profitabilitas dan tidak melakukan "bakar uang" seperti startup lainnya. 

Narasi unik ini sukses menarik minat investor nasional hingga global. Pada pertengahan 2023, eFishery resmi menjadi unicorn di dengan dukungan sederet investor ternama di belakangnya seperti Softbank, Temasek, Sequoia Capital, hingga Northstar Group. 

Namun, dibalik gemerlap kesuksesan ini, tersembunyi praktik kecurangan atau fraud yang mengguncang industri startup Indonesia. Investigasi terkini mengungkap bahwa eFishery melakukan penggelembungan pendapatan hingga 600 juta dollar AS atau setara Rp9,7 triliun. Alat pakan otomatis atau yang populer disebut eFeeder ternyata hanya ada sekitar 24.000 unit yang aktif, jauh dari yang dilaporkan sebanyak lebih dari 400.000 unit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun