Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pernahkah Kita Bertanya, Kenapa Harus Ada Uang?

24 Februari 2023   10:09 Diperbarui: 26 Februari 2023   15:21 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : Unsplash.com/Alexander Grey

Semua negara dan manusia modern di dunia ini hampir pasti menggunakan uang. Meskipun sangat sering kita lihat sehari-hari, tidak banyak yang mencoba berpikir kritis, seperti misalnya kenapa harus ada uang, atau bagaimana uang terbentuk?

Uang  memiliki sejarah yang sangat panjang dan terus berevolusi sesuai perkembangan zaman. Sebagian besar dari kita pasti pernah mendengar bahwa di zaman purba, manusia memenuhi kebutuhan hidup dengan cara saling bertukar atau barter. Saat itu belum ada yang namanya uang.

Salah satu konsep penting yang mempengaruhi terbentuknya alat tukar atau uang adalah waktu dan kebutuhan.

Misalnya jika seorang peternak sapi yang ingin mendapatkan gandum, secara fisik dia bisa saja kan belajar menanam gandum. Namun peternak itu bisa saja bolak-balik gagal karena memang bertani gandum bukan keahliannya. Selain itu dia harus mengorbankan banyak waktu dan tenaga. Oleh karena itu muncul aktivitas saling bertukar atau barter, sehingga baik peternak dan petani dapat bersama-sama menghemat waktunya.

Tidak hanya pertukaran barang, namun juga dalam bentuk jasa. Misalnya saat si peternak tadi membutuhkan perkakas logam, dia bisa saja belajar membuatnya sendiri, tapi kan butuh waktu yang lama. Oleh karena itu si peternak bisa melakukan barter dengan si pembuat perkakas.

Aktivitas pertukaran berbagai barang dan jasa itu terus bergulir. Seiring makin banyaknya manusia dan makin beragamnya kebutuhan, manusia memerlukan alat tukar. Lho, untuk apa? kan udah bisa barter?

Bayangkan saja, jika kita mempunyai seekor sapi dan ingin melakukan barter dengan perahu, perkakas, atau seekor kuda, tentu sulit menentukan nilai pertukarannya. Tidak bisa kan kita memberikan kaki sapinya saja, atau kulit sapinya saja. Apalagi jika orang yang ingin kita tukarkan barangnya tidak mau menerima sapi, nah jadi makin repot kan.

Maka ketika peradaban sudah semakin maju, digunakanlah benda yang bisa menjadi alat tukar yaitu koin logam. Material yang digunakan untuk membuat koin logam adalah emas atau perak.

Kenapa harus emas dan perak? karena logam inilah yang memiliki daya tahan (durability) paling kuat dan tentu saja diterima oleh banyak pihak. Sejak zaman dulu emas dan perak telah dianggap sebagai logam mulia, sehingga digunakan sebagai media penyimpan nilai kekayaan.

Aneh kan jika material alat tukar yang digunakan justru kayu, yang mudah lapuk, atau besi, yang cukup kuat namun berat dan mudah rusak.

Salah satu koin emas paling populer di masa lampau adalah Denarius, yang digunakan di era Kekaisaran Romawi (267 SM). Denarius ini pula yang diadopsi menjadi kata uang dalam bahasa Italia (denaro), Slovenia (denar), dan Spanish (dinero). Koin emas dinar (685 M) yang mungkin lebih akrab di telinga kita juga sedikit banyak terpengaruh dari koin Denarius yang memang lebih dulu eksis.

Sumber : freepik
Sumber : freepik

Era Gold Standard

Dengan adanya koin emas dan perak sebagai alat tukar, aktivitas perdagangan semakin berkembang pesat. Bahkan terus meluas hingga perdagangan antar daerah dan melibatkan banyak pihak.

Membawa-bawa koin emas dalam jumlah banyak ke berbagai tempat tentu secara teknis mempersulit aktivitas perdagangan. Pertama, tentu makin berat, menghabiskan ruang penyimpanan, dan semakin rawan "dibegal" di tengah jalan.

Oleh karena itu, di daratan China, Dinasti Tang membuat uang kertas pertama di dunia (sekitar abad ke-7 atau 700 M). Tidak mengherankan karena China adalah daerah penemu dan pengguna kertas. Saat itu uang kertas mulai dipakai dalam perdagangan, meskipun tidak langsung menggantikan uang koin emas yang juga masih banyak digunakan.

Konsep uang kertas di China ini seperti selembar perjanjian atau jaminan membayar yang diterbitkan oleh pemerintah. Zaman dulu kan masih tradisional, teknik mencetak menjadi keahlian kelas atas. Jadi jelas yang bisa mencetak uang hanya pemerintah, tidak ada kekhawatiran adanya pemalsuan. Aset yang mendasari penerbitan uang kertas ini adalah barang-barang dagangan dan koin emas.

Di abad ke 13, Marco Polo memperkenalkan konsep uang kertas tersebut ke Eropa. Meskipun baru abad ke 17 uang kertas dari bank pertama kali diterbitkan di Swedia. Penggunaan uang kertas terus berkembang dengan berbagai dinamikanya. Gaung dalam skala besar baru terasa ketika Kerajaan Inggris atau British Empire mengumumkan akan mencetak uang kertas. 

Ketika itu British Empire sedang gencar-gencarnya ekspansi melalui perang dan dagang ke seluruh dunia. Tentu membawa emas kemana-mana menjadi kurang efisien, maka diterimalah ide uang kertas.

Penerbitan uang kertas (banknote) oleh Bank of England pun yang disambut antusias oleh publik. Apalagi di abad 17 dan 18, The Great Britain sangat powerful dan memegang kendali aktivitas perdagangan dunia.

Pada masa itu pencetakan uang kertas harus di-back up dengan emas yang disimpan di bank atau disebut dengan sistem Gold Standard. Secara sederhana uang menjadi selembar kertas yang menunjukkan kepemilikan emas, atau dapat ditukarkan dengan emas.

Seiring dengan ekspansi Britannia, pound sterling menjadi mata uang yang paling banyak digunakan di dunia pada saat itu.

Namun kejayaan sterling mulai melemah ketika Perang Dunia II, British Empire menghabiskan banyak sekali sumber dayanya untuk perang melawan Hitler. Belum lagi banyak negara koloninya yang berusaha untuk merdeka. Jadi meskipun pada akhirnya British Empire tetap keluar menjadi pemenang perang bersama The Allied Force, namun kekuatan ekonomi dan politiknya sudah jauh melemah.

Sepanjang Perang Dunia II tersebut, Amerika Serikat (AS) menjadi rising star. Tidak mengherankan setelah perang berakhir di tahun 1945, AS memposisikan diri sebagai negara adikuasa baru, menggantikan British Empire yang sedang compang-camping pasca perang.

Kenapa AS justru berjaya? karena secara sumber daya, AS baru jor-joran untuk perang di akhir-akhir Perang Dunia II. Tidak seperti Inggris yang terus-terusan berperang menghadapi Jerman dan sekutunya di Eropa. Selain itu AS dihuni kumpulan ahli teknologi  militer, tokoh politik, dan pengusaha besar yang sangat berpengaruh.

Di akhir masa perang tersebut, dibentuklah Bretton Woods Monetary System, yang menghubungkan nilai tukar mata uang antar negara dengan US Dollar yang dilandasi dengan kepemilikan emas. Saat itu US Dollar, mata uang AS, menjadi yang paling banyak digunakan di dunia, menggeser pound sterling.

Kenapa banyak negara bersedia menggunakan US Dollar? karena saat itu AS yang menunjukkan diri sebaga negara paling kuat hampir dalam segala aspek. AS juga menjalin hubungan dagang dan kerjasama dengan berbagai negara. Selain itu, sejak dulu hingga kini AS merupakan negara pemilik emas terbanyak di dunia, jadi USD diklaim sebagai mata uang paling bernilai.

Namun ironisnya pada tahun 1971, pemerintah AS yang dipimpin Presiden Richard Nixon mengumumkan bahwa US Dollar tidak lagi dijamin dengan emas. Lho ada apa? saat itu adalah masa AS harus mengeluarkan banyak biaya untuk ekspansi negaranya termasuk diantaranya perang Vietnam.

Banyak pihak menilai saat itu secara logika ya ketersediaan emas di AS memang sudah tidak seimbang dengan kebutuhan pencetakan uang.

Jika orang-orang dari berbagai negara ingin menukar US Dollar-nya dengan emas, ya saat itu emas di brankas AS tidak akan cukup.

Sumber foto: Andrew Harrer via Bloomberg.com 
Sumber foto: Andrew Harrer via Bloomberg.com 

Tentang Fiat Money

Akhirnya sejak pengumuman Presiden Richard Nixon itulah, era Gold Standard berakhir, berganti menjadi era fiat money.

Kata "fiat" sendiri itu berasal dari bahasa latin yang berarti "be done".

Jadi uang beredar saat ini tidak lagi disertai nilai suatu benda yang menjadi jaminannya, dahulu emas. Nilai uang kini berlandaskan kepercayaan kita pada penerbit uang tersebut yaitu pemerintah negara. Jika kita mempunyai USD 100 berarti kita percaya selembar kertas itu nilainya 100. Masyarakat yakin pada pemerintah AS bahwa kertas itu bisa digunakan untuk melakukan jual beli dengan nilai 100.

Nah jadi uang memang sesuatu yang sangat dinamis. Dengan fungsinya yang sangat penting yaitu alat tukar tentu akan selalu ada perubahan seiring perkembangan zaman.

Apakah US Dollar akan terus jadi mata uang terkuat di dunia?

Apakah bentuk uang akan terus seperti ini?

Apakah namanya akan tetap "uang"?

No one knows...

Teori-teori tentang uang yang saat ini berlaku belum tentu akan terus bertahan. Karena pada hakikatnya manusia berakal akan terus berevolusi, dan uang adalah sarana yang berubah mengikuti dinamika pertukaran kebutuhan manusia.

Nah sampai disini dulu ya, semoga bisa menambah wawasan dan pemikiran tentang uang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun