Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Venture Capital, Para Sultan Penyuntik Modal

24 Juni 2022   15:36 Diperbarui: 25 Juni 2022   07:02 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: inc.com/getty images

Salah satu yang disebut-sebut menjadi pionir VC modern adalah Arthur Rock. Manajer investasi yang dulu menginisiasi pendanaan untuk Intel dan Apple di awal tahun era industri komputer lahir di dunia sekitar tahun 1960-an.

Kini sudah banyak nama-nama besar global seperti Sequoia Capital, SoftBank, dan Tiger Global. Di Indonesia sendiri sudah banyak VC yang malang melintang di level regional seperti East Ventures, Alpha JWC, hingga Salt Ventures.

Bahkan tidak sedikit juga VC yang didirikan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara lain MDI Ventures (Telkom), Mandiri Capital (Mandiri), dan BRI Ventures (BRI). Mereka juga sangat aktif menyuntikkan modal ke berbagai startup potensial di tanah air.

Lalu, apa ya tujuan VC ini "jor-joran" menebar uang sebanyak itu? dan mengapa lebih identik investasi tersebut ke perusahaan rintisan atau startup?

Hampir sama seperti perusahaan investasi pada umumnya, VC memiliki tujuan investasi untuk memperoleh imbal hasil. Namun bedanya, VC memiliki risk appetite investasi yang tinggi, dengan ekspektasi imbal hasil lebih tinggi pula.

Oleh karena itu, target investasi VC adalah perusahaan rintisan yang memiliki potensi dan agility untuk berkembang pesat.

Dalam bisnis konvensional, perusahaan-perusahaan yang baru berdiri dan memiliki model bisnis yang unik atau berbeda hampir pasti akan sulit memperoleh pendanaan modal dari bank atau lembaga keuangan lainnya.

Gojek misalnya, di awal berdiri, siapa yang cukup "gila" untuk berinvestasi kepada perusahaan baru yang bermodal call center untuk menghubungkan ojek dengan penggunanya?

Keuangan masih merugi, aset perusahaan hanya telepon dan komputer, manajemennya anak-anak muda semua. Logika bisnis biasa pasti akan obviously say no jika kita diminta menaruh uang di perusahaan itu bukan?

Namun logika itu tidak berlaku bagi VC. Merekalah perusahaan yang cukup gila untuk percaya dengan visi dan potensi Gojek, menyuntikkan modal, tumbuh dan berkembang bersama upaya perusahaan rintisan mendisrupsi pasar.

Dalam konteks Gojek, salah satu VC yang berani menanamkan investasi saat early stage adalah NSI Ventures, afiliasi dari Northstar Group. Pendanaan awal saat itu bernilai sekitar US$ 2 juta atau sekitar Rp26 miliar. Well, nominal itu sekarang bernilai berkali-kali lipat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun