Media sosial akhir-akhir ini sangat ramai dengan perkembangan teknologi. Belum selesai kita memahami blockchain dan cryptocurrency, kini marak terdengar tentang token kripto.
Duh, makanan apalagi nih?
Belum lagi berita-berita yang berseliweran terkait pemerintah sedang getol memerangi binary option dan robot trading yang ditetapkan ilegal.
Jadilah masyarakat makin bingung mana yang bisa dipercaya mana yang tidak. Mirisnya, realitanya masih banyak orang juga yang tanpa pikir panjang hanya mengikuti influencer atau konten media sosial untuk membeli, dan berujung rugi.
Takut ketinggalan tren atau fear of missing out (FOMO) menjadi ironi yang ada di tengah berkembangnya pemahaman investasi di masyarakat. Ingin cuan instan tapi tidak siap rugi, membeli karena ikut-ikutan, membentuk gambling mindset yang justru bisa merugikan.
Kembali ke token, ini adalah bentuk pengembangan dari teknologi blockchain dan crypto. Nah agar tidak terjebak gambling mindset dan hanya ikut-ikutan tren, kita perlu tau nih apa sih sebenarnya token itu?
Tentang Tren Token
Hmm, bicara tentang token di Indonesia, mungkin Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah yang pertama kali mempopulerkan frasa tersebut sebagai token listrik. Bisa dibeli di e-commerce maupun berbagai toko retail modern, hehe.
Nah tapi token yang kali ini heboh bukan token PLN, tapi token kripto. Adalah artis Anang Hermansyah dan Ashanty yang bikin heboh saat memperkenalkan ASIX token. Jelas, ini barang yang berbeda.
Secara sederhana token adalah benda digital yang merupakan pengembangan dari teknologi  blockchain dan cryptocurrency. Lalu apakah kripto dan token adalah hal yang berbeda? Ya, meskipun bisa dibilang hampir sama namun dua hal ini memiliki beberapa perbedaan.
Cryptocurrency adalah alat pertukaran digital yang dibangun dengan teknologi blockchain secara langsung (native), dengan fitur dan fungsinya masing-masing. Contohnya Bitcoin, Ethereum, Solana, Binance, dan Cardano. Masing-masing kripto tersebut memilik use case spesifik yang berbeda-beda.
Sedangkan token, dikembangkan diatas teknologi cryptocurrency yang sudah ada dengan menggunakan smart contract. Biasanya token dirilis dalam rangka mendukung project tertentu. Sebagai contoh Polygon dan Axie Infinity yang dikembangkan di jaringan Ethereum, atau Tether dan Chainlink di jaringan Solana.
Dalam hal ini, token ASIX yang dirilis Anang dan Ashanty dikembangkan di jaringan Binance Smart Chain, salah satu exchanger kripto internasional yang berasal dari China.
Gagap Godaan Cuan
Peluncuran token ASIX bisa dibilang cukup sukses, apalagi dengan didukung kalangan artis yang juga tampil membeli. Harga ASIX melesat hampir 25 kali lipat dalam waktu sepekan. Namun ketika Bappepti merilis informasi bahwa ASIX belum terdaftar resmi harganya langsung terjun bebas sekitar 50% dalam sehari.
Saat itulah banyak orang yang langsung berteriak karena tiba-tiba merugi.
Terlihat gambling mindset masih sangat erat dengan kebiasaan masyarakat kita dalam menempatkan uangnya atau berinvestasi. Godaan cuan berlipat-lipat membuat mata banyak orang silau dan melupakan risiko.
Perlu kita pahami, membeli aset kripto sejatinya adalah membeli "mimpi" pengembangan teknologi dari sang developer. Ethereum (ETH) misalnya, jaringan kripto yang bisa dibilang paling populer ini memiliki misi yang sangat luas, mulai dari pengembangan ekosistem teknologi blockhain, smart contract, web3, decentralized finance, hingga digital marketplace.
Saat kita membeli ETH, berarti kita percaya bahwa misi pengembangan Ethereum akan terwujud yang diharapkan juga tercermin dari peningkatan harga dan value-nya. Misi-misi itu bisa terwujud, namun bisa saja juga ada yang gagal, tentu saja memiliki konsekuensi pada pergerakan harga kriptonya.
Logikanya hampir sama dengan ASIX, sang bos Anang Hermansyah mengutarakan bahwa misi ASIX adalah mengembangkan ekosistem Play to Earn (P2E) game tradisional seperti Congklak dan Bola Bekel, membuat NFT marketplace, hingga membangun Nusantara Land Metaverse.Â
Misi itu bisa saja sukses terwujud, tapi juga bisa saja gagal atau berubah di tengah jalan.
Sebenarnya selain ASIX, ada beberapa token lain asal Indonesia yang lebih dulu meluncur seperti Toko Token (TKO), Litedex Token (LDX), maupun IDM Token (IDM). Bahkan baru-baru ini keluarga Ustad Yusuf Mansur dan artis Raffi Ahmad juga berencana merilis token dan metaverse versi masing-masing.
Coba saja cari informasi sekalian kita belajar, apakah mimpi dan misi digital mereka realistis atau halu semata, hehe.Â
Satu yang pasti, risiko akan selalu ada, jadi selalu gunakan ilmu untuk menempatkan uang. Semoga gambling mindset tidak menjadi sesuatu yang laten, dan kita bisa belajar memanfaatkan peluang dengan lebih bijaksana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI