Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa itu Tapering dan Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

19 Januari 2022   13:58 Diperbarui: 28 Maret 2022   21:29 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Federal Reserve Bank of New York.| Sumber Foto: Shutterstock via Kompas.com

The Fed juga berupaya lebih komunikatif dengan harapan memberi cukup waktu bagi para pelaku pasar untuk price-in secara bertahap.

Namun banyak juga yang mengingatkan bahwa pemerintah dan pelaku pasar harus tetap memantau bagaimana The Fed merealisasikan pengurangan stimulus tersebut. 

Dilansir dari Bloomberg, The Fed siap untuk mempercepat pengurangan pembelian obligasi dari sebelumnya US$15 miliar menjadi US$30 miliar, serta dilanjutkan dengan rencana kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali di tahun 2022 ini.

Melihat berbagai tantangan itu, Indonesia harus menjaga optimisme dengan tetap waspada atas berbagai downside risk yang dapat memengaruhi outlook ekonomi. Apalagi gelombang Covid-19 varian Omicron juga mulai menyebar secara global.

Secara fundamental, ekonomi tanah air saat ini dinilai lebih resilient dibanding tahun 2013 lalu saat taper tantrum terjadi. Cadangan devisa berada pada level sekitar US$144 miliar, tertinggi sepanjang sejarah. Dengan begitu, bank sentral memiliki "amunisi" yang memadai untuk melakukan intervensi pasar apabila terjadi gejolak nilai tukar rupiah.

Selain itu neraca transaksi berjalan RI yang positif serta semakin berkurangnya komposisi investor asing di surat berharga Indonesia menjadi modal yang baik untuk menghadapi tapering.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan pada tahun 2013 lalu porsi Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan (SBN tradeable) mencapai 32%, kini turun menjadi sekitar 20%. 

Selain itu data Bursa Efek Indonesia juga menggambarkan porsi kepemilikan investor asing di pasar modal tanah air juga berkurang, dari 60% pada 2013 menjadi sekitar 40% pada 2020.

Indonesia juga dinilai memiliki daya tarik dengan commodity super cycle yang berpotensi mendorong ekonomi tanah air berkembang lebih cepat. Selain itu ekosistem perusahaan rintisan teknologi yang semakin matang dan bahkan banyak yang berencana untuk IPO, sangat menarik bagi investor luar negeri.

Tidak kalah penting sinergi Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam lingkup Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) semakin solid. Sinergi ini semakin diperkuat dengan adanya kebijakan strategis seperti triple intervention, burden sharing, serta berbagai kebijakan moneter dan fiskal lainnya.

Secara fundamental ekonomi dan perangkat pemerintahan, Indonesia sudah jauh lebih siap. Namun di era ekonomi terbuka seperti saat ini, kewaspadaan serta penetapan kebijakan atas perkembangan terkini akan sangat menentukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun