Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyambut BUKA, Awal Era Baru IHSG?

5 Agustus 2021   17:18 Diperbarui: 5 Agustus 2021   18:03 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Reuters.com

Pasar modal Indonesia menjadi lebih semarak akhir-akhir ini, apalagi kalau bukan karena rencana melantainya jagoan-jagoan start up tanah air. Perusahaan rintisan teknologi pertama yang akan hadir adalah Bukalapak (BUKA) di awal Agustus 2021 ini.

BUKA digadang-gadang akan menjadi booster bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia yang bisa dibilang kinerjanya cukup lambat.

Selama 5 tahun terakhir, IHSG secara rata-rata hanya mampu tumbuh sekitar 3% per tahun. Sangat njomplang jika dibandingkan indeks saham AS seperti Dow Jones yang selama 5 tahun terakhir mampu menghasilkan return sekitar 17% per tahun.

Banyak yang berpendapat bahwa lagging-nya IHSG dikarenakan tidak adanya saham teknologi atau tech stock yang cukup kuat. Sedangkan di AS saat ini tech stock telah menjadi motor penggerak utama bursa, sebut saja Apple, Microsoft, Amazon, Google, dan Tesla.

Tahun 2021 ini menjadi pertaruhan bagi IHSG, apalagi melihat kinerja indeks Indonesia ini selama tahun ini yang bisa dibilang "masuk angin", yaitu hanya tumbuh sekitar 1% secara year to date. 

Oleh karena itu, rencana unicorn-unicorn jagoan tanah air seperti GoTo, Bukalapak, Traveloka dan J&T yang akan melantai di bursa tentu disambut gegap gempita.

Kontroversi BUKA

Menjadi startup unicorn pertama yang akan melaksanakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia, BUKA tentu memancing kontroversi. Tapi ya netizen kita kan justru suka yang berbau kontroversi, hehe.

Laporan keuangan yang masih mencatatkan kerugian dalam beberapa tahun, lalu market share dibidang e-commerce yang bisa dibilang terus tenggelam oleh persaingan Tokopedia dan Shopee. Belum lagi isu kontroversial seperti exit strategy para investor awal Bukalapak melalui pasar modal.

Realitanya, banyak masyarakat kita yang tetap optimis menyambut sang unicorn perintis ini mengepakkan sayapnya di bursa. Termasuk otoritas Bursa Efek Indonesia yang melakukan beberapa perbaikan regulasi untuk memberi jalan para perusahaan yang "dibilang terus merugi" ini untuk IPO.

Tidak dipungkiri, pasar modal kini telah berevolusi menjadi forward looking machine. Kekuatan proyeksi, momentum, dan story telling menjadi hal yang sangat mempengaruhi pasar saham.

BUKA memang masih rugi, secara prospek bersaing di e-commerce juga bisa dibilang berat. Namun story yang "dijual" oleh BUKA adalah pengembangan Warung Mitra Bukalapak yang sangat relevan dengan besarnya potensi UMKM dan populasi di Indonesia. Jangan lupakan juga hype yang muncul karena BUKA akan menjadi startup pertama yang terbuka untuk publik.

Dibalik BUKA

Gerak cepat BUKA untuk segera IPO tentu bukan aksi korporasi main-main. Beberapa investor kakap dan tokoh terkemuka tercatat ada dibalik BUKA.

Pemegang saham terbesar BUKA adalah Emtek Group, konglomerasi media milik keluarga Sariaatmadja. Emtek Group diketahui juga menaungi perusahaan-perusahaan besar lain seperti SCTV, Indosiar, Vidio, Dana, dan Sarana Medikatama (RS Omni dan RS EMC).

Emtek juga tercatat menjadi investor di Grab Indonesia. Hubungan bisnis yang simbiosis sangat mungkin terjalin diantara keduanya.

Selain Emtek, pada daftar pemegang saham tercatat ada API Investment yang merupakan perusahaan afiliasi Ant Financial, induk Alibaba.

Komisaris BEI, Pandu Sjahrir juga ada dalam deretan pemegang saham BUKA. Beberapa bulan lalu, perusahaan yang identik dengan warna merah merona ini juga mengangkat Bambang Brodjonegoro dan Yenny Wahid dalam line-up Komisarisnya.

Terlihat bahwa perusahaan yang dikomandani Rachmat Kaimuddin sangat serius mematangkan langkah menuju IPO. Hasilnya pun sepertinya cukup berhasil, kabarnya saham BUKA mengalami oversubscribed hingga 4 kali lipat dari nilai penjatahan.

Hampir bisa dipastikan, IPO BUKA terserap sepenuhnya oleh pasar. Dana segar sekitar Rp21 triliun diperkirakan masuk ke kantong Bukalapak. Ini akan menjadi rekor IPO terbesar mengalahkan Adaro yang meraih  Rp11 triliun saat IPO.

Dengan fakta bahwa BUKA menjadi startup pertama yang akan menjalani debut di bursa, tentu berbagai pihak akan berusaha mensukseskan IPO ini. Harapannya membuka jalan yang lebih lapang bagi unicorn lain untuk turut masuk dan menjadi motor penggerak IHSG.

Menarik untuk kita lihat, bagaimana BUKA dan gerbong unicorn akan membuka jalan IHSG menuju era baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun