Bulan Mei menjadi periode yang kurang mengenakkan bagi pelaku pasar modal Indonesia, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih cenderung menurun bahkan sempat anjlok hingga level 5.700-an.
Kini berita mengejutkan kembali hadir, bahkan tidak main-main, Morgan Stanley resmi memutuskan menarik diri dari bisnis sekuritas di pasar modal Indonesia.
Informasi ini menambah panjang rentetan sekuritas asing yang cabut dari tanah air, tercatat sebelumnya Nomura pada Juli 2019, Merril Lynch pada November 2019, dan Deutsche Bank pada April 2020.
Padahal, IHSG baru saja melewati badai "Sell in May", kini harus kembali waspada atas dampak hengkangnya Morgan Stanley Cs dari pasar modal tanah air.
Menarik untuk melihat lebih jauh, kenapa ya sekuritas asing justru memilih hengkang dari Indonesia?
Pamor Indonesia Turun?
Dalam berita resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Penilaian Perusahaan I Geda Nyoman Yetna Setya menyampaikan bahwa salah satu penyebab Morgan Stanley memutuskan menutup bisnis sekuritasnya di Indonesia adalah dampak penurunan weightings negara-negara Asia Tenggara di Morgan Stanley Capital International (MSCI) sehingga kurang memenuhi skala ekonomis bagi sekuritas asing.
Perlu kita ketahui, MSCI adalah grup usaha Morgan Stanley di bidang jasa investasi. Perusahaan ini aktif merilis indeks-indeks terkait investasi baik global maupun regional.
Turunnya weightings atau pembobotan ASEAN di MSCI bisa diartikan dalam beberapa hal seperti kinerja dan prospek investasi di ASEAN, khususnya di Indonesia cenderung melemah di mata investor asing.
Namun, ketika sekuritas asing memutuskan untuk hengkang dari pasar modal Indonesia, tentu tidak hanya melihat faktor prospek investasi saja.
Karena jika dilihat dari rapor kinerja IHSG selama 2020, bisa dibilang mampu bertahan dari dampak pandemi dengan cukup baik.
Pada penutupan tahun 2020, IHSG "hanya" turun 4,8 persen dari posisi awal tahun 2020, masih lebih baik dibandingkan Straits Times Index Singapore yang minus 12,5%, Stock Exchange Thailand minus 9.2%, dan Phillipine Stock Exchange Phillipine yang minus 8,9%.
IHSG hanya kalah dari Kuala Lumpur Composite Index yang "hanya" minus 1,8%.
Indonesia juga menjadi negara yang terbanyak  mencatatkan perusahaan go public baru di ASEAN dengan 51 Initial Public Offering.
Semenjak pandemi, jumlah investor domestik pun semakin banyak yang menunjukkan minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal semakin tinggi. Data dari BEI menunjukkan peningkatan investor saham mencapai sekitar 50 persen lebih.
Jadi, keputusan Morgan Stanley cs sepertinya tidak semata-mata karena pasar modal Indonesia tidak lagi menarik.
Periode Berat Keuangan Global
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi sektor ekonomi, tidak hanya satu atau dua negara, namun hampir seluruh dunia.
Berbagai negara secara bergantian mengumumkan resesi ekonomi yang dialami akibat pandemi, tidak terkecuali Indonesia.
Hal tersebut pasti turut berdampak pada bisnis lembaga-lembaga keuangan dan investasi global.
Salah satu guncangan yang cukup besar adalah kasus margin call Archegos Capital yang kabarnya merugikan banyak bank dan lembaga investasi global hingga miliaran dollar.
Credit Suisse, Nomura dan Morgan Stanley bahkan melaporkan kerugian yang signifikan, hingga berdampak pada reshuffle jajaran direksi, investigasi khusus, hingga pengetatan bisnis.
Institusi keuangan raksasa lain dikabarkan juga terdampak seperti Goldman Sachs, Deutsche Bank, dan Mizuho, meski kerugian tidak sebesar Credit Suisse.
Kasus tersebut menjadi salah satu contoh dari "turbulensi keuangan" yang cukup keras akibat pandemi Covid-19. Belum lagi dampak negatif akibat berbagai sentimen global seperti perang dagang, konflik antar negara, hingga pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda.
Jika melihat latar belakang kondisi sekuritas-sekuritas yang hengkang dari Indonesia seperti Merril Lynch, Deutsche, Nomura, dan Morgan Stanley bisa diperkirakan bahwa mereka memilih untuk melakukan rebalancing dan efisiensi bisnis.
Merril Lynch seperti kita tahu hampir bangkrut saat krisis 2008 sebelum diselamatkan pemerintah federal Amerika Serikat. Deutsche Bank melakukan efisiensi bisnis dan PHK besar-besaran pada 2019 lalu. Nomura tercatat beberapa kali mengalami kerugian investasi salah satunya kasus Archegos. Morgan Stanley juga mengalami kerugian dari kasus Archegos dan baru saja melakukan reshuffle jajaran eksekutif secara cukup drastis.
BEI sendiri sudah menyampaikan informasi bahwa hengkangnya Morgan Stanley tidak akan berdampak signifikan pada pasar modal Indonesia. Namun berita ini tentu dapat menjadi sentimen negatif yang tidak baik bagi IHSG.
Realitanya, kinerja IHSG per Mei 2021 masih negatif 0,54% dibandingkan posisi awal tahun 2021. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bagi otoritas terkait maupun pelaku pasar.
Sekuritas asing hengkang bukan berarti investor asingnya juga pergi. Morgan Stanley sendiri sudah memberikan informasi bahwa mereka akan tetap bekerja sama dengan sekuritas lain agar klien-klien mereka dapat tetap berinvestasi di Indonesia.
Mari kita lihat bersama-sama, bagaimana dinamika pasar modal tanah air setelah ini. Semoga, to the moon!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI