Bicara tentang film superhero, ada dua kutub besar yang saling bersaing, itu adalah Marvel dan DC. Kita tahu Marvel dengan gemilang mampu membangun Marvel Cinematic Universe sejak 2008, sedangkan DC baru memulainya merajut DC Extended Universe-nya pada 2013.
Baru-baru ini, DC merilis kembali film multi hero andalannya yaitu Justice League di platform HBO, namun dengan nahkoda sutradara yang berbeda. Jika di tahun 2017 lalu film ini dipimpin Joss Whedon, kini Justice League dibesut oleh Zack Snyder.
Sejak awal, Justice League bisa dibilang film yang sarat kontroversi. Pada tahun 2017, digadang-gadang akan menjadi senjata utama DC untuk mengejar kesuksesan Marvel, namun realitanya justru flop dan malah memberi reputasi buruk bagi DC Extended Universe.
Padahal pamor jagoan-jagoan DC seperti Superman, Batman, dan Wonder Woman tidak kalah dari punya Marvel. Film Justice League versi bioskop saat itu dihujani kritik, bahkan dari kalangan penggemar DC sendiri.
Penyebabnya? tidak lain karena kekacauan internal pada saat proses produksi.
Kontroversi Justice League
Sebenarnya sejak awal, Zack Snyder sudah ditunjuk untuk membesut Justice League versi bioskop (2017). Sutradara yang lebih dulu dikenal lewat film 300 dan The Watchmen ini mengatakan tidak ingin membuat film dengan "mengekor" gaya Marvel. Snyder lebih cenderung memiliki gaya cerita dan visualisasi yang gelap dan misterius.
Kisruh memang sudah terlihat saat proses produksi, suara-suara sumbang di DC dan Warner Bros yang meragukan visi Zack Snyder akan mampu menyaingi Marvel terus berhembus kencang. Puncaknya, saat terjadi tragedi meninggalnya putri Snyder di tengah proses produksi, sang sutradara pun memutuskan untuk mundur.
Warner Bros dan DC pun bertindak cepat mencari pengganti, yaitu Joss Whedon, yang tidak lain adalah sutradara The Avengers. Nah lho.
Joss Whedon seperti menerima suara-suara petinggi DC dan Warner Bros yang menginginkan agar Justice League memiliki ramuan yang sama dengan The Avengers. Jadilah konsep film ini banyak dirombak, diubah jadi lebih "berwarna", diselipi lebih banyak gurauan, dan durasinya dipotong "hanya" 2 jam saja.
Setelah resmi dirilis pada November 2017, film ini ternyata gagal diterima pasar. Hujan kritik dari berbagai media, bahkan penggemar DC pun banyak yang tidak suka. Film ini seakan serba dipaksakan, tidak jelas alur ceritanya. Padahal film multi hero harusnya memiliki kekuatan di sisi konektivitas cerita.
Penggemar DC pun banyak menjerit, meminta Warner Bros dan DC untuk memperbaiki ini semua, atau bahkan meminta Justice League versi Snyder yang asli ditayangkan. Namun Warner Bros dan DC tampak cuek saja, kabarnya pendapatan Justice League jauh dari ekspektasi membuat para petingginya kesal.
Kejutan Snyder's Cut
Di tengah masa pandemi, Warner Bros dan DC memberi kejutan akan hadirnya film Justice League Zack Snyder's Cut. Melalui platform streaming, film berdurasi 4 jam (ya literally non stop 4 jam!) ini disambut riuh penggemar.
Perlu diketahui, premis cerita utama Justice League Snyder's Cut ini tetap sama dengan versi bioskop 2017, yaitu usaha Batman (Ben Affleck) mengumpulkan superhero bumi untuk melawan invasi Steppenwolf, makhluk luar angkasa yang ingin mencari sebuah senjata kuno bernama Mother Box.
Namun, dengan durasi 4 jam, Snyder's Cut mampu memberikan "cukup" banyak hal baru. Beberapa adegan cerita baru, scoring musik yang lebih greget, dan yang paling terasa adalah character development yang lebih jelas.
Dulu, Justice League versi bioskop hanya punya waktu 2 jam, jadi bisa dibilang maklum jika character development-nya sangat "kentang" dan agak maksa. Kini Snyder's Cut mampu memberi kesan yang lebih dalam dan realistis.
Karakter yang sangat terbantu di Snyder's Cut ini tentu saja Cyborg dan Flash. Dua tokoh ini memang belum punya film sendiri, maka dari itu diberikan porsi cerita yang lebih mengalir. Di versi Snyder, Cyborg dan Flash memiliki background cerita yang lebih jelas dan banyak mendapat peran menentukan di aksi-aksi Justice League, tidak lagi hanya seakan seperti figuran saja.
Hal yang paling menarik tentu saja hadirnya super villain dari DC Extended Universe, yaitu Darkseid. Big boss yang bisa dibilang setara Thanos-nya Marvel ini kehilangan panggungnya di tahun 2017 lalu, namun kini di Snyder's Cut, Darkseid memegang peranan penting.
Selain itu, ada juga tambahan satu superhero yang sayangnya masih agak "kentang" perannya.
Meskipun menawarkan banyak hal yang menarik, namun tetap saja ada kritik atas Justice League Snyder's Cut. Durasi yang selama 4 jam membuat tayangan ini kurang menarik bagi penonton yang bukan penggemar DC. Beberapa tambahan adegan gimmick yang tidak terlalu penting memberi sedikit rasa bosan ketika menonton, apalagi premis storyline utamanya sama dengan versi bioskop 2017.
Nasib kelanjutan cerita Justice League versi Snyder's Cut ini juga masih belum jelas, mengingat hubungan Zack Snyder dengan Warner Bros dan DC juga panas dingin. Versi Snyder's Cut ini dirilis memang untuk memperkuat positioning DC di media streaming, sedangkan untuk film layar lebar itu bisa jadi urusan lain.
Menarik melihat perkembangan DC Extended Universe ini, apakah Snyder's Cut akan mampu merangkai lagi proyek dunia superhero DC yang terbengkalai? Satu yang jelas, hadirnya tayangan ini memberi bahan bakar dalam persaingan sengit DC dengan Marvel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H