Uniknya, ada juga suntikan modal ke Indonesia Tourism Development Corporation sebesar Rp500 miliar, yang kabarnya akan digunakan untuk pengembangan wisata Mandalika dan persiapan MotoGP 2021.
Beberapa ekonom antara lain Faisal Basri dan Mohammad Faisal mengkritik skema PMN ini karena dinilai timpang dibanding anggaran untuk stimulus UMKM, selain itu skema PMN rawan moral hazard.
Jika dilihat lebih dalam, ketiga program stimulus ini bisa jadi akan lebih banyak tersedot untuk meng-cover utang-utang BUMN yang akan jatuh tempo. Contohnya, Garuda dan Krakatau Steel yang harus jatuh bangun merestrukturisasi utang-utang jumbonya. Lain lagi, BUMN seperti PLN, Adhi Karya, Waskita Karya yang memiliki obligasi akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah, memetakan permasalahan dan mengukur sejauh mana dampak Covid-19 bagi keuangan BUMN.
Apalagi pandemi belum jelas kapan akan berlalu, jadi BUMN harus punya strategi yang adaptable dan terukur dalam menghadapi perubahan iklim pasar.
Stimulus dari pemerintah mungkin membantu kondisi keuangan, namun agar berjalan efektif, semua pihak harus sama-sama mengawal kinerja BUMN dalam melalui badai pandemi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H