Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Cinta dari Madina

16 April 2017   22:03 Diperbarui: 17 April 2017   07:00 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup adalah sebuah perjalanan yang terkadang tidak pernah kita duga, salah satunya adalah perjalanan saya dan istri untuk umrah ke tanah suci. Meskipun kami sering berbincang tentang keinginan untuk menjadi tamu Allah SWT, melihat keindahan kota kelahiran Islam, dan berdoa di Baitullah, sungguh syukur Alhamdulillah kami bisa diberi kesempatan mengunjungi Makkah dan Madina. 

Mengutip salah satu ucapan pak Ustadz pembimbing, mungkin di luar sana banyak orang yang lebih kaya, lebih sehat dan lebih berilmu shalih dibanding kami para jamaah, namun tidak semua digerakkan dan diberikan jalan untuk berkunjung ke rumah-Nya, sungguh Allah SWT Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu. Perjalanan ini memberi kami banyak pelajaran tentang kehidupan, keindahan akan cinta Islam, dan kesempatan untuk berdoa tanpa bisa menahan air mata.

Kami berangkat bersama-sama satu rombongan tur travel dari Indonesia, bertemu di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, dan kami mulai mengenal satu sama lain. Sungguh ada benarnya kata pak Ustadz tadi bahwa mungkin banyak orang yang lebih-lebih dari kita, namun kami harus sangat bersyukur karena digerakkan dan ditunjukkan jalan menuju Bait Allah. 

Teman-teman satu rombongan sangat beragam, ada yang supir truk, tukang sayur, tukang bubut, dan ada juga juragan batik, dokter maupun pegawai kantoran tua maupun muda. Mungkin untuk berangkat umrah memang perlu biaya yang tidak sedikit, tapi mengalami perjalanan bersama mereka membuat kami sadar bahwa dengan izin dan kuasa-Nya, apapun bisa terwujud.

sumber: foto pribadi
sumber: foto pribadi
Nuansa Saudia

Perjalanan kami dimulai saat menginjakkan kaki di pesawat Saudi Arabia Airline (Saudia), jujur ini pengalaman pertama kami naik maskapai negeri Arabia, berasa seperti naik pesawatnya Raja Salman, hehe. Disambut pramugari berjilbab topi bundar, dan pria/pilot orang arab menambah suasana timur tengah. Ternyata setelah dilihat-lihat pramugari-nya sebagian besar orang Indonesia, hehe. Ya mungkin karena pesawat ini memang untuk rute penerbangan umrah jamaah Indonesia ya. Saudia Airlines adalah maskapai penerbangan nasional milik negara Saudi Arabia, jadi fasilitasnya Alhamdulillah sangat nyaman, hampir sama seperti pesawat Garuda. Selain Saudia dan Garuda, perjalanan Umrah juga bisa menggunakan maskapai Etihad, Emirates atau Lion Air, hehe.

Nah yang unik di pesawat Saudia nih makanan nya ala timur tengah, ada nasi Briyani-nya, hehe, semacam nasi kare kuning gitu, masih relatif enak sih, lalu ada kue-kue, jus buah dan puding juga. Selama sekitar 8 jam penerbangan Jakarta-Madina kita dapat 2 sesi makan. Sedangkan di entertainment onboard, pilihannya banyak banget, seperti video-video islami, lantunan pembacaan Al Qur’an oleh ulama-ulama Saudi, tips haji/umrah, hingga movie-movie blockbuster terbaru, serials, kidsshort video, dan musik berbagai genre.

 Sayangnya sih di semua video yang tersedia, subtitle nya bahasa arab, ga bisa diganti, hehe. Fasilitas toiletnya juga cukup bagus dan bersih, tapi ada yang lucu karena di tombol flush kadang sampai ditempelin kertas oleh pramugarinya bertuliskan “Siram tekan disini”, hehe mungkin karena orang Indonesia banyak yang polos-polos jadi habis buang air ga disiram.

Saran saya jangan lupa bawa masker, karena di pesawat sebesar ini sangat banyak orang dan tidak sedikit yang sedang batuk/flu, jadi kita bisa mencegah penularan penyakit dan bisa menutupi mulut kita yang ngowoh saat tidur, hehe. Secara overall, penerbangan dengan Saudia cukup menyenangkan dan membawa nuansa timur tengah selama perjalanan.

sumber: hdimagelib.com
sumber: hdimagelib.com
Madina Al-Munawarrah

Sekitar jam setengah 11 malam WAS, Alhamdulillah kami tiba di Prince Mohammad bin Abdulaziz Airport, Madina, lalu langsung menuju imigrasi dan conveyor untuk pengambilan bagasi. Sungguh tidak berhenti mengucap syukur dan haru saat kami menginjakkan kaki di salah satu dari dua kota suci, Madina Al-Munawarrah.

Proses baggage handling memerlukan waktu cukup lama sekitar 1 jam jadi cukup melelahkan juga nunggu di tengah malam, apalagi bagi jamaah yang sudah tua. Ada yang unik di Bandara Madina ini, beberapa dari jamaah termasuk saya dan istri sempat merasakan setruman-setruman kecil saat memegang benda, zzzttt 1-2 detik gitu, aneh memang, hehe. Infonya sih, sensasi setruman itu karena banyak hal antara lain kekurangan kalsium dan magnesium atau kelebihan vitamin B6, mungkin efek penerbangan cukup panjang, badan yang kurang fit dan perubahan suhu/cuaca. 

Ada juga yang bilang jika penerbangan ke Madina melewati Jabal Magnit atau dataran yang mengandung magnit, Waallahu'alam. Setelah selesai urusan di Bandara kami berangkat menuju hotel di dekat Masjid Nabawi. Selama perjalanan menuju Masjid Nabawi, menyusuri jalan-jalan kota Madina yang sepi, hingga akhirnya terlihat cahaya yang sangat terang di tengah gelapnya kota.. ya itu cahaya Masjid Nabawi yang sangat indah, hangat dan bersahaja. Allahuma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad.

Sampai di hotel sekitar pukul 02.00 WAS kami baru bisa masuk hotel, dan jam 03.00 para jamaah pria diminta berkumpul untuk bersama-sama pergi ke Masjid untuk berdoa di Raudlah. Sering kami mendengar cerita tentang Raudlah, taman surga yang merupakan suatu tempat di Masjid Nabawi, terletak diantara mimbar Rasulullah SAW dengan makamnya, tapi merasakan akan mengunjunginya akan membuat kita bergetar, gugup, senang dan penuh syukur. 

Jam 03.00 kami berangkat menuju Masjid Nabawi, kebetulan lokasi hotel cukup dekat dengan Masjid, sekitar 10 menit berjalan kaki. Nuansa Masjid Nabawi saat waktu subuh akan sangat melekat dalam ingatan, angin sejuk berhembus, perasaan damai menyelimuti hati, dan kekaguman cahaya terang Masjid Rasulullah.

sumber: ainulmalik.com
sumber: ainulmalik.com
Pesona Cinta Masjid Nabawi

Masjid Nabawi berdiri megah di tengah kota Madina, pelataran masjid membentang sangat luas dihiasi payung-payung raksasa yang berjajar rapi menaungi para jamaah. Luas Masjid Nabawi saat pertama kali dibangun Nabi Muhammad SAW sekitar 50 meter x 50 meter, seiring perkembangan zaman, serta makin banyaknya jamaah, kini luas kompleks masjid mencapai sekitar 135.000 meter persegi dan dapat menampung lebih dari 500.000 jamaah

Masjid Nabawi memiliki kurang lebih 250 payung raksasa yang biasanya terbuka saat selepas waktu subuh dan menutup di saat senja menjelang maghrib. Bangunan masjid memiliki sekitar 25 pintu yang sangat indah, berdiri tinggi dengan material sepuhan emas, serta ukiran-ukiran indah membuat siapapun tak henti mengucap syukur dan salam ketika memasuki kompleks Masjid.

Setelah masuk ke bangunan masjid kami langsung menuju Raudlah yang terletak di diantara mimbar Nabi dan makam Nabi, ditandai dengan karpet berwarna hijau.

“Diantara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga” (H.R. Bukhari-Muslim).

Dihiasi ornamen emas, hijau dan putih, nuansa di Raudlah begitu indah, kami tak henti mengucap salam menandai kerinduan kami pada Rasulullah SAW. Suasana di Raudlah selalu ramai dipenuhi jamaah, saling dorong menjadi pemandangan yang biasa, dengan mengucap Bismillah, dengan kesabaran dan perjuangan kita masih bisa berjuang untuk bisa sholat dan berdoa di tempat ini. 

Jangan heran bila disini banyak jamaah yang melintas di depan orang sholat, hingga saling dorong demi lebih dekat dengan makam Nabi Muhammad SAW. Air mata tak sanggup dibendung saat sholat dan berdoa di tempat ini, membayangkan bagaimana dahulu perjuangan Rasulullah hijrah ke Madina, membangun islam dengan kesederhanaan dan kecintaan pada umatnya.

Terbayang dahulu Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya memperjuangkan Islam di tengah terik panasnya padang pasir, berjalan ribuan kilometer dari Makkah ke Madina, hingga darah mengalir saat berjuang membela Islam.

Terbayang di atas mimbar, Rasulullah yang mulia menyampaikan ayat-ayat suci dengan lembut di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.

Bersamanya ada Abu Bakar As Shidiq yang jujur dan benar, Umar bin Khattab yang tegas dan pemberani, Utsman bin Affan yang penyantun dan dermawan, serta Ali bin Abi Thalib yang alim dan pandai.

Sedangkan kami manusia saat ini, perjuangan kami sangatlah kecil, namun masih banyak mengeluh, bahkan berbuat dosa dan penuh khilaf. Astagfirullaahal’adzim…

Disamping makam Nabi Muhammad SAW namun diluar area Raudlah ada makam sahabat Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khattab. Ditandai pintu besi yang cukup besar berhias ukiran islami, saat yang baik untuk kita mengucap salam kepada sahabat yang begitu dekat dengan Nabi saat berjuang menegakkan agama Islam.

Kami sangat menikmati hari-hari beribadah di Masjid Nabawi, sangat damai, sejuk dan indah, diiringi kicauan burung yang terkadang mampir di sela-sela kubah. Mengaji dan mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur’an dari para jamaah dan majelis, berjalan di lorong-lorong yang indah, serta meminum air zamzam yang bagai tak henti mengalir di setiap sudut masjid. Alhamdulillah ya Rabb.

sumber: prophetbuh.com
sumber: prophetbuh.com
Serba Serbi Masjid Nabi

Saat beribadah, saya juga sesekali membaca sejarah dan informasi-informasi mengenai Masjid Nabawi dan kota Madina. Beberapa hal atau info menarik mengenai Masjid Nabawi antara lain :

- Masjid Nabawi dibangun sekitar tahun 622 M (tahun 1 Hijriyah), dahulu lantai masjid masih tanah berbatu, atapnya pelepah kurma dan terdapat 3 pintu, sementara sekarang Masjid Nabawi berdiri sangat besar, indah dan megah.

- Luas Masjid Nabawi saat ini lebih luas daripada kota Madina di zaman Rasulullah, terlihat dari makam Baqi yang dahulu ada di pinggir kota, saat ini berada persis di samping Masjid Nabawi.

- Dahulu Rasulullah berkhutbah diatas potongan pohon kurma, namun kemudian sahabat membuatkan mimbar.

- Rumah Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar dan  Sayyidina Umar dahulu ada disamping Masjid, namun setelah beberapa kali perluasan Masjid saat ini berada di lokasi dalam Masjid. Rumah Rasulullah saat ini menjadi area Raudlah.

- Ketika Kesultanan Utsmaniyah memperkenalkan teknologi listrik dan lampu di Jazirah Arab, sekitar tahun 1909, Masjid Nabawi menjadi salah satu yang pertama menyala oleh cahaya lampu.

- Kubah utama Masjid yang kini berwarna hijau dulu sempat berwarna biru dan ungu. Pergantian warna karena pengecatan yang dilakukan oleh Pemimpin Muslim yang sedang berkuasa.

- Payung raksasa di desain dan dibuat oleh seorang mualaf asal Jerman bernama Mahmoud Bodo Rasch, dan pengerjaannya merupakan kerjasama perusahaan Jerman Liebherr dan perusahaan Jepang Taiyo Kogyo. Payung tersebut dilengkapi teknologi pita biru berbahan khusus yang bisa menurunkan suhu panas kurang lebih 8°C.

Sungguh masjid Nabawi merupakan perwujudan Masjid yang sangat indah dan lengkap, tidak hanya sebagai rumah ibadah, namun juga sebagai tempat belajar, berdiskusi, dan bersosialisasi di tengah masyarakat muslim yang beragam. Di tengah-tengah arsitektur masjid Nabawi yang menakjubkan, perpaduan arsitektur Arabia, Turki, hingga kecanggihan modern membuat semua orang tak akan berhenti mengagumi keindahan masjid ini. 

Tidak hanya bangunannya, jamaahnya juga sangat aktif dan dinamis, keberagaman jelas terlihat di hiruk pikuk ribuan jamaah. Meski sebagian besar jamaah berasal dari dataran Arabia, namun juga ada jamaah asal Asia, Afrika, Eropa, Amerika semua ada disini. Kita akan bisa melihat banyak jamaah asal Arabia, Asia dan Afrika, namun tidak jarang juga ada jamaah bule atau chinese

Bahkan ada beberapa jamaah yang berpakaian santai dengan baju bola, Ronaldo atau Messi kadang terlihat berjalan santai bersama jamaah lainnya. Kalau ada jamaah yang memakai sarung, hampir bsia dipastikan itu adalah jamaah asal Indonesia, hehe.

Tur Penuh Berkah

Selain beribadah di Masjidil Nabawi, kami juga diberi kesempatan berziarah ke beberapa lokasi bersejarah antara lain Masjid Quba, Jabal Uhud, kebun kurma, Masjid Jinn dan Masjid Qiblatain. Dalam perjalanan kita akan bisa menyaksikan hiruk pikuk kota Madina yang sibuk, beberapa melintas bus-bus yang membawa jamaah umrah, lalu pertokoan dan kantor yang warnanya hampir seragam (cream desert) identik dengan warna gurun. Kota ini juga dikelilingi bukit dan gurun pasir, mungkin hanya ada pohon kurma dan beberapa rerumputan/tanaman yang tumbuh menghiasi kota ini.

Masjid Quba, sumber: pinterest.com
Masjid Quba, sumber: pinterest.com
Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW saat hijrah dari Makkah ke Madina (Tahun 1 Hijriyah). Lokasinya sebenarnya terletak sekitar 5 km diluar sebelah tenggara kota Madina, yang berada di jalur hijrah Nabi. Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi, terutama renovasi besar oleh Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Bangunan masjid ini didominasi oleh warna putih yang terang dan sejuk, di luar kita akan banyak bertemu pedagang coklat arab, sari kurma, biji2an dan pernak pernik lainnya.

Kurma Ajwa, sumber: pinterest.com
Kurma Ajwa, sumber: pinterest.com
Di kota Madina ada banyak kebun kurma, dan salah satunya bisa kita kunjungi. Seperti buah-buahan di supermarket, kurma juga banyak jenisnya, mungkin bisa ada 10 macam lebih, hehe. Jenis kurma yang paling terkenal tentu saja kurma Ajwa yang biasa disebut juga kurma Nabi. Warna nya agak gelap, bertekstur lembut dan manisnya pas. Kurma inilah yang sering dimakan oleh Rasulullah sehari-hari.

Jabal Uhud, sumber: pinterest.com
Jabal Uhud, sumber: pinterest.com
Jabal Uhud adalah salah satu dari sekian tempat bersejarah di Madina, tempat ini adalah lokasi perang Uhud yang berlangsung pada tahun 3 Hijriyah. Saat itu pasukan Quraisy berjumlah sekitar 3.000 orang menyerang Madina, dihadapi oleh 700 pasukan Muslim. Rasulullah dengan strateginya memanfaatkan perbukitan Uhud bisa memaksa pasukan Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan terdesak dan hampir mundur. 

Namun di saat pasukan Quraisy sudah hampir terkalahkan, pasukan pemanah muslim yang berada di atas bukit Uhud turun untuk mengambil harta pemenang perang, padahal sejak Subuh sebelum perang Uhud, Rasulullah telah mengatakan bahwa pasukan pemanah yang berada di bukit agar tidak meninggalkan posnya baik ketika pasukan muslim menang maupun ditimpa kekalahan. 

Pasukan Quraisy yang melihat celah di bukit tersebut berputar mengelilingi bukit dan merebut pos atas bukit Uhud, dari sana mereka memukul balik pasukan muslim sehingga mengalami luka perang yang cukup berat. Saat itu Rasulullah pun terluka cukup berat, dan tokoh muslim yang gugur syahid antara lain Hamzah Radiyallahuanha (paman Nabi) dan Mush'ab bin Umair Radiyallahuanha. Sungguh pelajaran yang sangat penting bagi umat Islam, bahkan hingga kini dan nanti.

Pertokoan, sumber: hanientour
Pertokoan, sumber: hanientour
Ramainya Kota Madina

Seperti kota-kota besar yang banyak dikunjungi orang, kota Madina juga ramai dengan pertokoan. Di sekeliling kompleks Masjid kita akan dengan mudah menemukan banyak toko-toko, mulai dari toko cenderamata hingga mall. Pedagang Arab banyak mengerti kata-kata bahasa Indonesia, bisa dibilang bahasa Indonesia lebih populer dibanding bahasa Inggris di Madina. Kalau kita ajak ngomong bahasa Inggris dijawab malah bahasa Indonesia, jadi ya sudahlah, hehe..

Disana frasa paling populer adalag "Halal.. halal.. murah.. murah.. lihat dulu.. "

Beragam jenis cenderamata tersedia, mulai dari baju gamis, sajadah, sorban, hiasan, gantungan kunci/kulkas, hingga parfum khas arab. Menurut saya, harga pernak-pernik di Madina agak lebih mahal dibanding Makkah, tapi pertokoan nya lebih rapi dan nyaman. Oiya kalau beli baju gamis lebih baik di Madina karena kita bisa lebih nyaman memilih, dan harga juga relatif murah, jika kita jeli malah kita bisa dapat harga yang lebih murah daripada di Indonesia.

Bagi perempuan sebaiknya sangat hati-hati dalam belanja dan selalu ditemani  suami atau rombongan. Pedagang-pedagang Arab kadang sifatnya kurang sopan kepada wanita, dan sebaiknya kita jangan terlalu jauh masuk ke dalam toko karena beberapa pedagang cenderung kadang bersikap aneh/berlebihan jadi carilah barang yang kita perlu saja, hehe.

Bakso Madinah, sumber: umrahkubest.blogspot.com
Bakso Madinah, sumber: umrahkubest.blogspot.com
Kuliner Gurun Pasir

Madina, khususnya di kompleks Masjid Nabawi adalah pusat masyarakat berkumpul jadi tidak heran kalau banyak toko/warung makanan di sepanjang jalan. Jangan salah sangka juga, berjalan beberapa langkah dari pintu Masjid Nabawi kita sudah disuguhi deretan toko moderen seperti KFC, Dunkin Donuts hingga Starbucks, serta toko-toko khas arab lainnya.

Di toko-toko makanan arab itu agak sulit mencari makanan yang cocok di lidah Indonesia, jadi kalau ikut rombongan tur umrah ya lebih enak makan di hotel, hehe. Tapi kalau kita mau coba, ada banyak makanan khas yang menarik seperti Kebab, olahan Ayam, kue bundar Arabia, hingga bakso sapi ala Arab, hehe. 

Kami sempat mencoba bakso sapi disana, dan rasanya... wah Alhamdulillah, aneh, hehe, asin banget karena kuahnya entah dikasih bumbu apa itu, dan pedasnya bukan main, padahal kita ga kasih sambal apa-apa. Sebenarnya kalau ingin bakso dengan citarasa Indonesia ada banyak di kota Jeddah. Kalau Kebab nya lebih enak, tapi di Arab itu Chili Sauce nya encer dan agak menyengat, kurang cocok di lidah Indonesia, hehe, Ya untuk pengalaman sih patut dicoba.

Cinta, sumber: foto pribadi
Cinta, sumber: foto pribadi
Cinta Penuh Syukur

Perjalanan kami ke tanah suci ini salah satu langkah syukur kami mengingat usia pernikahan saya dan istri sudah 1 tahun, kadang terasa waktu berjalan cepat sekali, baru kemarin bertemu lalu menikah dan membentuk sebuah keluarga kecil. Cinta kami kepada-Mu telah mempertemukan kami dalam satu ikatan pernikahan, meskipun kami sebagai manusia biasa penuh ketidaksempurnaan, dengan restu-Mu kami selalu akan belajar dan berusaha menjadi lebih baik. 

Perjalanan ini sangat amat berkesan, banyak pelajaran yang didapat dan banyak keindahan yang kami rasakan selama berada di tanah suci. Petualangan ke negeri gurun pasir akan selalu menjadi cerita manis di tengah perjalanan cinta kami. Semoga kami selalu bisa bersyukur, berdoa dan berusaha untuk mendapat izin-Mu kembali berkunjung ke tanah yang indah nan damai, Madina dan Makkah.

Madinah Al Munawarrah akan selalu menyimpan sejuta cerita, kilas balik sejarah Nabi akan membuat kita sangat rindu berada di sana. Kesejukan Masjid Nabawi membuat siapapun akan merasa damai saat bersimpuh disana. Sebenarnya masih banyak lokasi dan cerita yang menarik selama disana, seperti Pemakaman Baqi, Masjid Jinn dan Masjid Qiblatain, tapi nanti malah kepanjangan, hehe. 

Semoga ada kesempatan untuk bercerita dan berbagi makna suatua saat nanti. InsyaAllah selanjutnya saya akan tuliskan cerita lanjutan di Makkah, sesungguhnya bagi saya menulis adalah bentuk penghayatan terdalam dari sebuah makna perjalanan. Semoga kita bisa kembali ke Madinah suatu saat nanti, dan rindu Rasulullah selalu ada di hati.

Septian Ananggadipa

Jakarta, 16 April 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun