Mohon tunggu...
Septiana Dwi nurrohmah
Septiana Dwi nurrohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Hobi saya adalah membaca buku, kali ini saya mencoba pengalaman baru dengan menukis sebuah artikel, hal ini juga dengan pembelajaran mata kuliah untuk menulis di kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengungkap Pesona Kebudayaan Seblang Banyuwangi Sebagai Indentitas Nasional

16 September 2024   07:45 Diperbarui: 16 September 2024   08:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
d39wptbp5at4nd.cloudfront.net

        Kebudayaan Seblang merupakan sebuah tradisi yang sakral dan mendalam di kalangan masyarakat Osing yang tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur. Tradisi ini berpusat pada ritual yang dinamakan "Seblang," yang berarti secara harfiah "mengusir kesialan" atau "menolak bencana." 

          Seblang melibatkan upacara yang menggabungkan tarian sebagai sarana utama untuk membersihkan desa dari bahaya atau energi negatif yang dapat mengancam ketenteraman dan keselamatan masyarakat. Ritual ini sangat penting bagi masyarakat Osing untuk menjaga kesejahteraan desanya.

       Sejarah ritual Seblang memiliki kaitan erat dengan asal-usul masyarakat Osing, yang merupakan keturunan dari penduduk Kerajaan Blambangan. Pada abad ke-18, Kerajaan Blambangan terlibat dalam perang Puputan Bayu melawan kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1771. Setelah kekalahan dalam perang tersebut, populasi wilayah Blambangan berkurang drastis. 

       Untuk mengatasi hal ini, pihak Belanda mendatangkan penduduk baru dari Madura dan beberapa wilayah di Jawa untuk mengisi kekosongan demografis. Meskipun ada perubahan besar dalam komposisi penduduk, masyarakat Osing berhasil mempertahankan kebudayaan dan tradisi mereka, termasuk ritual Seblang yang terus dilakukan hingga saat ini.

       Ritual Seblang diselenggarakan di dua desa utama di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, yaitu Desa Olehsari dan Desa Bakungan. Ada perbedaan dalam waktu pelaksanaan ritual antara kedua desa ini. Di Desa Olehsari, ritual dilakukan seminggu setelah perayaan Idul Fitri, dengan penari yang dipilih dari perempuan yang masih perawan. 

          Di Desa Bakungan, ritual dilaksanakan seminggu setelah Idul Adha, dengan penari yang sudah memasuki masa menopause. Pemilihan penari dilakukan melalui cara supranatural oleh seorang pawang atau "Gambuh," yang juga memastikan bahwa penari adalah keturunan dari penari Seblang terdahulu. 

           Ritual ini dimulai dengan upacara di mana mata penari ditutup dan diasapi dengan dupa, hingga penari kesurupan. Setelah itu, penari mengikuti arahan pawang dan bergerak sesuai irama musik tradisional yang disebut gendhing.

         Seblang juga melibatkan aspek-aspek budaya yang kaya, seperti ziarah ke makam leluhur, selametan (upacara syukuran), ider bumi (mengelilingi desa), tarian Seblang, dan kirab. Semua ritual ini dimaksudkan untuk melindungi desa dari bahaya. 

         Masyarakat Osing percaya bahwa jika ritual Seblang tidak dilaksanakan, desa mereka akan terkena malapetaka atau bencana. Selain itu, ritual Seblang juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti ketuhanan, kerja sama, tanggung jawab sosial, dan keharmonisan antarwarga. Kebersamaan dan gotong royong sangat diutamakan dalam pelaksanaan ritual ini.

           Dari sisi seni, Seblang diiringi oleh musik tradisional yang menggunakan alat-alat seperti kendang, gong, dan saron. Di Desa Olehsari, musik tersebut dilengkapi dengan biola, yang menambah kekayaan musikalitas dalam pertunjukan tari Seblang. Busana tradisional yang dikenakan para penari juga memiliki perbedaan antara kedua desa. 

            Di Desa Olehsari, penari mengenakan omprog yang terbuat dari bunga dan dilengkapi dengan baju serta selendang khas. Sementara itu, penari di Desa Bakungan mengenakan mahkota yang berbeda dan pakaian yang lebih sederhana, namun tetap sarat akan makna spiritual.

            Seblang, meski telah ada sejak lama, terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Upaya pelestarian budaya ini dilakukan baik oleh masyarakat lokal maupun oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 

            Pemerintah setempat aktif dalam menjaga tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Selain itu, ritual Seblang juga diangkat ke dalam berbagai karya seni, seperti pertunjukan "Antaratma Seblang," yang mengangkat tema spiritualitas dan makna penyatuan jiwa dengan doa dan harapan.

          Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia, adalah sebuah wilayah yang kaya akan kekayaan budaya dan tradisi lokal yang beragam. Terletak di antara Selat Bali dan Samudra Hindia, Banyuwangi dikenal sebagai titik pertemuan berbagai pengaruh budaya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Wilayah ini memiliki sejarah yang panjang dan beragam, yang tercermin dalam adat istiadat, seni, dan bahasa yang unik.

            Kota ini merupakan pusat kebudayaan yang menarik, dengan berbagai festival, upacara, dan ritual yang menonjolkan keanekaragaman budaya masyarakatnya. Salah satu aspek budaya yang menonjol dari Banyuwangi adalah kebudayaan sableng, yang menawarkan pandangan mendalam tentang keunikan budaya lokal.

eastjava.com
eastjava.com
              Pakaian penari sableng di Banyuwangi dihiasi dengan simbol budaya seperti motif geometris dan gambar alam yang memiliki makna khusus, melambangkan kekuatan spiritual, keberuntungan, atau hubungan dengan leluhur. 

            Setiap elemen pakaian dan aksesori sering kali mencerminkan cerita atau legenda lokal serta fungsi ritual dalam tarian.

              Penari mengenakan perhiasan seperti kalung, gelang, dan cincin yang terbuat dari logam atau batu, serta hiasan kepala seperti topi tradisional atau ikat kepala yang menonjolkan penampilan mereka dan memperkuat elemen ritual dari tarian.

              Pakaian dan simbol ini tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi visual dari identitas budaya dan nilai-nilai masyarakat Banyuwangi tetapi juga menciptakan suasana yang sesuai dengan upacara adat atau pertunjukan, menambah keanggunan dan kesakralan tarian, serta menghormati dan merayakan warisan budaya mereka.

d39wptbp5at4nd.cloudfront.net
d39wptbp5at4nd.cloudfront.net

           Ritual dan upacara dalam kebudayaan sableng di Banyuwangi melibatkan berbagai perayaan adat dan spiritual, seperti upacara musiman, kelahiran, pernikahan, dan kematian. 

          Ritual ini mencakup pemujaan dewa-dewa dan roh leluhur, pembersihan diri dari pengaruh negatif, serta penggunaan tarian, musik, dan simbol budaya yang memiliki makna khusus. 

           Upacara ini juga mempererat hubungan komunitas dan melestarikan tradisi budaya lokal melalui perayaan besar dan festival yang merayakan identitas dan kepercayaan masyarakat Banyuwangi.

Referensi 

  •  Buku "Tradisi dan Seni Budaya Banyuwangi" oleh Dr. Rini Hartati. Buku ini memberikan gambaran komprehensif tentang berbagai aspek kultural dari kebudayaan sableng, termasuk tradisi, seni, dan ritual.
  •  Artikel Jurnal "Kesenian dan Kerajinan dalam Kebudayaan Banyuwangi" oleh Prof. Budi Santosa
  • Dokumen Arsip dan Katalog dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Banyuwangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun