Seperti meraih apa yang tak teraih,
seperti itulah rasanya menggenggam angin.
Ketika ku buka tangan ini ia tiada.
Aku bisa merasakannya,
namun ia tetap tiada.
Ia pergi bebas ke mana pun ia suka.
Aku merasa telah menggenggam harapan,
namun ternyata harapan itu hanya berlalu di hadapanku,
dengan angkuhnya ia tak mempedulikan aku yang sudah berjuang mati-matian untuknya.
Apakah aku harus menyerah?
Tidak jawabku.
Menyerah hanya untuk dia yang membenci harapan.
Meskipun aku ditinggalkan harapan,
aku akan tetap mencintainya,
karena meskipun aku tidak bisa memiliki angin,
ia telah memberikan aku nafas kehidupan yang akan terus menuntun aku pada harapan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H