Malam harinya di rumah, istriku tengah memasak misoa sementara aku membaca novel The Ipcress File karya Len Deighton, salah satu novel favoritku. Sepanjang aku membaca, sang tokoh utama ini tidak pernah memakai nama, padahal aku tahu pada film adaptasinya sang tokoh utama ini bernama Harry Palmer, pemerannya Michael Caine saat masih muda dan ganteng lagi tahun 1965 dulu. Begitu asyiknya membaca, aku sampai tidak menyadari istriku sudah selesai memasak misoa.
"Makan malam dulu, Kangmas."
"Oh ya. Wah sedap sekali tampaknya."
"Jangan bilang tampaknya, coba dulu pasti lezat."
"Oh siap, Diajeng."
Telepon rumahku berdering kencang. Aku dan istriku saling tertegun. "Kangmas makan dulu. Biar kuterima teleponnya."
Aku makan misoa dengan lahap karena begitu nikmatnya. Selesai makan misoa, aku minum air putih sampai habis dan bersendawa cukup keras sampai istriku menjerit. Semula kupikir dia menjerit karena jijik melihatku bersendawa, tapi jeritannya tidak berhenti sambil mengacungkan gagang telepon kepadaku. Sesuatu yang buruk telah terjadi.
Istriku memelukku erat sambil menangis saat gagang telepon kupegang dan kuucapkan kata halo dan selamat malam. Jawaban dari seberang langsung membuatku lemas. "Barusan kubunuh Kaftan Karamba. Berani mengejarku, Detektif?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H