"Bapak dan Ibu mau menginap sekarang, tapi lebih dulu ingin memastikan apakah teman Bapak dan Ibu menginap di sini?"
"Mas Jean-Paul pintar ini." kataku memuji.
Resepsionis itu mengangguk sambil tersenyum kepadaku. "Nama saya itu, Pak."
"Pantas tidak mau saya panggil Alain Delon, Mas." istriku nimbrung dengan nada suara menggemaskan. "Bisa berbahasa Prancis, Mas?"
Jean-Paul mengangguk mantap. "Oral dan Tulisan."
"Lulusan Sastra Prancis UI, Mas?" tanyaku menebak.
"UGM, Bapak."
"Le Magnifique!" balasku tegas, terus mengajak Jean-Paul berbicara, kali ini dalam Bahasa Prancis karena aku sangat menguasai Bahasa Prancis seperti Jean-Paul, apalagi almarhumah ibuku asli orang Prancis. Istriku merangkulku dengan bahagia. Sebenarnya istriku juga bisa berbahasa Prancis tapi tidak sehebat diriku ini tentunya.
Menurut penuturan Jean-Paul, Om Kaftan sudah satu bulan menginap di sini, tepatnya di kamar Super VIP. Aku meminta Jean-Paul untuk memesankan kamar serupa yang tidak jauh dari kamar Om Kaftan. Tanpa banyak cingcong, Jean-Paul langsung bertindak cepat melakukan proses itu dan segera meminta rekannya untuk mengantarkan kami ke kamar langsung.
"MERCI!" teriak kami berdua pada Jean-Paul yang langsung mengacungkan dua jempol kepadaku sambil berteriak penuh semangat. "ALLEZ LES BLEUS!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H