Begitu persiapan telah usai, saya langsung bergegas menuju bus yang akan saya tumpanngi menuju Klenteng Sam Poo Kong di hari kedua ini. Bus pun berangkat dengan estimasi waktu kira-kira 20 menit menuju tempat tersebut karena memang jaraknya sangat dekat dari hotel. Akhirnya saya tiba setelah menunggu kurang dari 15 menit.
Klenteng Sam Po Kong adalah suatu area yang pertama kali disinggahi oleh seorang Laksamana Tiongkok yang beragama islam yaitu bernama Cheng Ho. Bangunan ini memiliki desain arsitektur yang unik karena menggabungkan budaya Tiongkok dan islam. Banyak pengunjung yang antusias untuk berfoto ria di depan bangunan bersejarah itu.
Hari semakin siang dan matahri pun mulai terik, membuat saya untuk menyingkir dan istirhat sembari mencari momen untuk tugas saya. Momen tersebut pun akhirnya saya dapatkan ketika melihat deretan penjual yang kelelahan berada di luar pagar dari bangunan ini, kesempatan ini pun kembali tidak akan saya sia siakan.
Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, saatnya saya pergi ketempat terakhir di kota Semarang ini, yaitu Lawang Sewu yang jaraknya juga tidak jauh dengan Klenteng ini. Langkah demi langkah saya lalui untuk kembali ke bus yang saya tumpangi. Akhirnya saya pun tiba di bus tersebut dan pak supir menancapkan pedal gas untuk berangkat menuju Lawang Sewu.
Tidak lama untuk saya menunggu, saya pun tiba di destinasi terakhir di kota ini. Bangunan kuno yang ditinggalkan oleh kolonial Belanda ini memiliki desain yang sangat kokoh dengan bentuk jendela dan pintu yang terbuat dengan kayu adalah suatu ciri khas dari bangunan eropa. Tempat ini memberikan kesan seperti pada stasiun Ambarawa yang membawa saya seperti di tahun lawas yang membuat saya tambah terpesona lagi lagi dan lagi terhadap kota ini.
Dan saya melihat pemandangan yang unik , berasa seperti berada di Italia karena melihat pengamen jalanan yang bergaya seperti pengamen berkelas di eropa dan tidak lupa sebuah kendi untuk meminta sumbangan seikhlasnnya. Ini momen yang sangat baik untuk menjadi dokumentasi tugas saya yang tidak boleh dilewatkan. Hari semakin petang dan sudah waktunya saya kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan.
Kota selanjutnya adalah kota Pekalongan yang terkenal dengan produksi batiknya, akan tetapi saya akan menempuh perjalanan kurang lebih 3-4 jam lamannya. Saya menikmati perjelanan dengan senyuman karena melihat hasil jepretan saya yang lumayan baik dan yang terpenting mengandung unsur Human Interest.
Karena kelalahan saya merasa waktunya untuk istirahat sejenak karena hotel yang berada di Pekalongan jaraknya masih lumayan jauh. Tidak butuh waktu lama untuk memenjamkan mata karena saya langsung tertidur pulas. Hari sudah gelap saya pun terbangun dan tiba-tiba sudah sampai di hotel tempat untuk istirahat saya.
Hari terakhir pun tiba,di hari tersebut jadwal saya hanya untuk pergi ke pusatnya penjualan batik pekalongan. Saya bersiap dan langsung menuju ke bus untuk melanjutkan perjalanan dengan check out hotel dulu tentunya. Tidak lama perjalanan menuju tempat itu, setibanya disana saya hanya mengambil gambar berbagai macam penawaran potongan harga serta harga yang miring karena cuci gudang.
Pada saat disana saya membeli sebuah baju batik yang harganya relatif murah yaitu dengan hanya Rp. 25.000,00 sudah bisa mendapatkan batik tersebut. Harga yang sangat bershabat bukan ? hehehe. Habis itu saya kembali ke bus untuk pulang kembali menju Jakarta yang jaraknya masih sangat jauh. Tidur “lagi” sepertinya menjadi pilihan yang terbaik, mengingat perjalanan masih sangat jauh.
Karena dari Pekalongan pada siang hari, maka saya tiba di Jakarta sudah larut malam. Sekitar pukul jam 12 malam saya sudah menginjakan kaki di Jakarta lagi. Banyak kenangan yang masih tersisa di pikiran saya ketika mengingat tempat-tempat wisata yang saya kunjungi . Rasa bahagia , lelah dan beruntung menjadi campur aduk yang harus saya nikmati.