Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Latah Membangun "Lockdown Family"

16 Maret 2020   12:01 Diperbarui: 16 Maret 2020   12:18 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyap, hampir sebagian wilayah di beberapa daerah sepi tanpa lalu lalang kendaraan. Hampir seluruh aktivitas masyarakat terhenti dan memilih untuk tetap berada di rumah. Menjalankan semua aktivitas di rumah. Instruksi langsung pimpinan bedampak baik, meski ramai diberitakan media hanya segelintir kepala daerah saja yang melakukannya. Tapi langkah pemimpin ibukota tempo waktu berhasil menyihir sebagian kepala daerah lain untuk ikut mengambil langkah serius terkait kebijakan penanganan Corona.

Bukan tidak mungkin fenomena latah membangun ini sungguh berimbas baik, masyarakat menjadi sedikit teredukasi dan terbuka mata tentang apa itu Corona. Meskipun tidak bisa dipungkiri berdampak domino yaitu timbul kecemasan dimasyarakat. Langkah-langkah serius di lengkapi dengan data, dan didukung oleh cara kerja taktis bagaikan oase ditengah terombang-ambingnya kondisi panik di tengah masyarakat.

Masyarakat kemudian berangsur menyadari, semua langkah pencegahan dimulai dari dalam diri sendiri, kemudian keluarga terdekat dan selanjutnya masyakarat di lingkungannya. Adapun teknis-teknis pencegahan sudah disajikan dari banyak ahli, dari mulai cara cuci tangan yang benar, menjaga imunitas tubuh, teknis berinteraksi sosial dan masih banyak lagi.

Upaya lain yang bisa kita lakukan yaitu dengan menerapkan aturan lock down keluarga. Seluruh anggota keluarga menyepakati untuk sementara waktu beraktivitas di dalam rumah. Meminimalisir interaksi dengan lingkungan luar. Hal tersebut demi menjaga persebaran virus semakin luas. Jangan dikira semua yang menularkan adalah orang yang sudah terinfeksi saja. Dikhawatirkan orang yang masih sehat juga membawa virus ini, hal ini didasari dari karakteristik virus yang memerlukan waktu sekitar 14 hari untuk bisa diketahui terjangkit atau tidak.

Tidak usah menunggu pimpinan memutuskan untuk menerapkan lockdown nasional. Upaya kita untuk melockdown tingkat keluarga dirasa sangat besar manfaatnya.

Janganlah kesempatan sekolah libur, kantor libur kemudian malah jalan-jalan dan berwisata, atau pulang kampung menemui keluarga. Ini langkah konyol menurut saya, bayangkan semua orang berjibaku untuk tenang berada dirumah sementara yang masih belum paham bahaya berpergian asyik masyuk keluar kota berwisata. Bukankah itu usaha sia-sia? Jika semua masyarakat tidak saling bantu dan mengingatkan. 

Satu daerah menerapkakan aturan untuk tidak beraktivitas di luar rumah, meliburkan sekolah dan perkantoran, tetapi gelombang masyarakat yang keluar kota semakin banyak. jangan sampai hal ini justru memicu tingkat persebaran semakin luas, karena kekonyolan kita sendiri. 

Bersabar dan berikhtiar sebaik-baiknya adalah terpenting, selebihnya semua sudah tercatat dalam lauh mahfuz. Marilah kita bahu membahu dengan bergandengan tangan menyebarkan kesadaran dengan memproteksi diri sendiri dan keluarga terdekat, agar upaya meminimalisir penyebaran virus corona berjalan maksimal. Dan selalu doakan terbaik bagi para tenaga kesehatan yang berdiri digarda terdepan menghadapi riuhnya ujian virus corona ini.

Semoga Allah selalu melindungi kita semua. aamiin.

septi ambar

emak berdaster yang resah 

Jogja, 16 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun