Identitas Novel
Judul: Kupu-Kupu Pelangi
Penulis: Laura Khalida
Penerbit: Gema Insani
Edisi: Cetakan pertama, Shafar 1427 H / Maret 2006 M
Tebal: 216 halaman
ISBN: 979-56-0081-8
Tentang Penulis
Laura Khalida perempuan berparas cantik yang lahir pada tanggal 7 April 1976, ia memiliki garis keturunan Jogya- Padang. Menjadi seorang penulis merupakan cita-citanya sewaktu ia SMU dulu, tetapi ia sendiri mengaku tumbuh menjadi remaja yang minder dan tidak punya keahlian apa-apa. Memasuki bangku kuliah ia masih tetap menjadi remaja yang minder, sampai ia sadar kalo mau maju harus bisa mengalahkan sifat egonya, dari sini ia mulai bergabung dengan Remaja Masjid dekat rumahnya di Jakarta Barat.Â
Kepribadiannya berubah dari Introvert menjadi Ekstrovert, dari remaja masjid ini Laura mengenal sebuah perkumpulan penulis Forum Lingkar Pena (FLP), ia bergabung dan berhasil menyabet 'Peserta Akhwat Terbaik' pada Workshop penulisan artikel, cerpen, dan novel islami yang diadakan FLP di LIA Pengadegan, Pasar Minggu, sekitar tahun 2001. Hasil karya cerpen yang pernah dimuat di FLP antara lain: Annida, Sabili, Noor, Muslimah, dan Tabloid Fikri. Melalui FLP pula Laura akhirnya memiliki pekerjaan sebagai reporter, lewat pekerjaannya ini pun Laura dapat mengenal orang banyak. Karya-karyanya antara lain: Novel Sang Penari (2003), Celline, Bisikan Hati dari Dusun Sunyi (2005), Operasi Double T (2005).
Sinopsis Novel Kupu-kupu Pelangi Laura Khalida
Novel yang berjudul Kupu-kupu Pelangi ini di dalamnya mengisahkan tentang perjuangan seorang gadis cantik yang ingin menaikkan derajat keluarganya dengan tidak melakukan pekerjaan yang dianggapnya sangat hina, perempuan merupakan aset berharga yang dianggap mampu menaikkan derajat keluarga. Dengan cara yang salah, kampung tempatnya dilahirkan mempunyai pandangan yang buruk, kampungnya ini dianggap sebagai salah satu kampung yang tiap bulannya selalu memasok gadis-gadis untuk dijadikan PSK (Pekerja Seks Komersil).
Isi Novel Kupu-kupu Pelangi Laura KhalidaÂ
Novel ini dimula dengan menceritakan kehidupan keluarga lilis, ia merupakan anak pertama dari kedua orang tuanya, ia memiliki 3 orang adik bernama dadi, syarif dan irgi. Lilis saat itu masih berumur 14 tahun dan masih duduk di bangku sekolah SMP, dengan umur yang belum dikatakan remaja, lilis selalu didesak oleh emak nya untuk bekerja dengan mamangnya. Lilis sering kali mendengar percakapan emak nya dengan mamang perihal pekerjaan yang ditawari mamang nya kepada lilis, tapi dengan pendiriannya yang sangat kokoh lilis selalu menolak setiap kali mamang nya mengajaknya untuk bekerja, berkali-kali mamang nya menawari lilis untuk bekerja pun jawabannya tetap sama, tidak mau.Â
Sampai suatu ketika ia sedang mencuci pakaian, samar-samar ia mendengar mobil mamang nya yang menuju ke arah rumahnya, lilis yang sedang mencuci pakaian di dekat sungai pun sempat kaget ada apa mamang nya datang ke sini lagi, ternyata mamang nya sudah berbicara terlebih dahulu kepada emak nya lilis, lilis tau apa sebetulnya percakapan emak nya dengan mamang, perihal kerjaan pastinya.Â
Dengan hati yang masih deg degan sebab mamang nya menghampirinya, tanpa aba-aba apapun ia langsung diseret sang mamang untuk ikut ke Jakarta bekerja dengannya, emak nya yang melihat itu bersikap biasa saja dan malah enggan membantu lilis yang sedang diseret oleh mamangnya, lilis yang melihat itu pun sempat berkata dalam hati mengapa emak bersikap seperti itu, enggan menolong anaknya yang sudah berteriak untuk meminta pertolongan kepadanya, dari sini Lilis begitu kecewa kepada emaknya, karena emaknya tetap bersikeras untuk Lilis ikut ke Jakarta dan bekerja dengan mamangnya.Â
Kekecewaan kepada emaknya tidak berlangsung lama, sebab emaknya akhirnya meminta maaf kepada Lilis perihal kejadian yang berlangsung tadi pagi, Lilis pagi tadi berhasil kabur dari mobil mamangnya yang ia tumpangi, ia bersembunyi di dalam kandang kerbau sampai dirasa mobil mamangnya sudah pergi jauh dari kampungnya.
Hari-hari berlalu, tawaran yang ditawari mamangnya tetap sama, perihal pekerjaan. Di sekolah Lilis dapat dikatakan sebagai salah satu murid yang memiliki prestasi cukup banyak, di kelas nilai-nilai yang ia dapatkan juga cukup baik, dengan nilai-nilainya yang cukup baik di kelas, ia bertekat setelah lulus SMP nanti ia akan melanjutkannya ke jenjang SMU/SMK, tetapi pilihannya untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi ditentang oleh kedua orang tuanya, katanya untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi kalau nanti ujung-ujungnya tetap ada di dapur.
Begitulah jawaban dari sang emak jika Lilis berbicara tentang keinginannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi ia tidak putus asa ia tetap mencari cara bagaimana ia bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa harus membebani kedua orang tuanya. Sampai akhirnya pembayaran ujian untuk siswa kelas 3 memasuki 3 hari terakhir, di sini Lilis bingung, ia belum mendapatkan uang untuk membayar ujian, sampai di pilihan terakhir ia bertekat untuk meminjam uang dengan sena, sena pacar Lilis yang satu sekolah dengannya. Sebenarnya Lilis enggan meminjam uang kepadanya, sebab ia tahu sena akan meminta satu syarat kepadanya jika ia meminjam uang kepadanya, karna kemungkinan Lilis tidak bisa mengganti uang sena secepatnya, maka sena meminta ia harus tidur bersama sebagai gantinya.
 Syarat yang sena ajukan ditolak mentah-mentah oleh Lilis, ia tidak mau dan tidak akan pernah mau, dari situ ia memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan sena, dan memilih menjauh darinya. Mengapa laki-laki selalu seperti itu? Menjadikan perempuan sebagai objek hanya untuk memuaskan hawa nafsunya. Lilis tidak berhenti sampai di situ, ia kembali ke sekolah untuk memberitahu perihal uang ujian yang ia belum dapatkan, tetapi dengan sangat baik hati Pak Markus (wali kelasnya) telah membayar uang ujian akhir Lilis, ia sangat bersyukur wali kelasnya sangat berbaik hati dan membantunya.Â
Permasalahan ujian telah berakhir, kini muncul masalah baru lagi. Lilis didesak oleh keluarganya untuk tetap berhenti sekolah, tapi karena Lilis tidak mudah putus asa ia selalu mencari jalan keluar agar ia bisa melanjutkan sekolahnya, Lilis bisa dibilang siswa berprestasi di sekolah, maka dari itu pihak sekolah akan mendaftarkan ia untuk mendapatkan beasiswa, Lilis yang mengetahui hal itu sangat-sangat bersyukur karena pihak sekolah selalu membantunya, katanya kalau ia mendapatkan beasiswa itu ia akan melanjutkan sekolahnya di Bandung, dan memilih SMK agar ia bisa cepat bekerja.Â
Sampai di mana hari terakhir keputusan kelulusan siapa saja yang mendapatkan beasiswa, tanpa disangka-sangka namanya masuk dalam daftar siswa yang mendapatkan beasiswa, ia sangat amat bangga dan bersyukur dengan dirinya atas pencapaian yang telah ia capai, tak lupa juga ia mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang selalu membantunya, akhirnya cita-cita ia untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi dapat terwujud, ia melanjutkan sekolahnya di SMK negeri di kota Bandung.
Lilis sekarang sudah menjadi gadis SMK yang cantik, setelah SMK ia jadi jarang bertemu dengan kedua orang tuanya dan adik-adiknya, karena Lilis tinggal di asrama dekat sekolahnya dan meninggalkan kampungnya untuk beberapa tahun, tetapi ia juga tidak jarang pulang ke kampung halamannya jika libur sekolah, kampung halaman tempat ia tinggal. Di mana ia dilahirkan di sana dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya di sana, tetapi kampungnya dapat dikatakan tidak membawa pengaruh yang baik kepadanya.
Kampungnya di kenal sebagai kampung dengan pemasok para PSK di bawah umur, atas dasar tuntutan ekonomi, banyak orang tua dari anak-anak tersebut yang memaksa anaknya untuk bekerja secara tidak halal, terlebih lagi bagi anak perempuan, mereka banyak yang menjadi tulang punggung keluarganya padahal mereka masih di bawah umur, karena itu banyak dari mereka yang bersekolah hanya sampai tamat SD saja, dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tetapi Lilis beruntung, walaupun ia dilahirkan di sana ia mampu menguatkan pendiriannya agar tidak ikut ke jurang yang salah, ia bangga dengan dirinya karena mampu melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, ia berharap setelah lulus nanti ia akan melanjutkan ke jenjang kuliah dengan menggunakan beasiswa tentunya, maka dari itu ia harus giat belajar agar cita-citanya untuk duduk di bangku kuliah tercapai.
Selain itu ia juga akan mensosialisasikan perjalanannya dalam menuntut ilmu ke kampung halamannya, agar anak-anak di kampung halamannya memiliki masa depan yang cerah dengan pendidikan yang ditempuh, dan tidak bergantung dengan selalu melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan. Tiga tahun berlalu, Lilis akhirnya lulus dari sekolah SMK nya, ia lulus dengan nilai yang baik, dan ia mampu melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang ia terima, ia kuliah dengan jurusan akuntansi, tanpa disangka-sangka ia pun langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah.
ia bekerja di sebuah perusahaan akuntan publik di Jakarta. Kehidupan yang ia jalani sekarang sudah dibilang hampir sempurna, semua cita-cita untuk bersekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi dapat terwujud, ia sudah bekerja, dan ia dapat membelikan segala sesuatu yang diminta adiknya dengan cukup mudah, dulu untuk makan saja susah, tapi sekarang iya bisa membelikan ketiga adiknya mainan yang dinginkan, selalu menyisihkan uangnya untuk kedua orang tuanya, terutama emak yang melihat pencapaian lilis sekarang sangat bangga dengannya, ia menyesali perbuatannya yang selalu memaksa lilis hanya untuk menyenangkan dirinya.
Kelebihan Novel
Topik yang dibahas dalam novel ini cukup menarik, tentang seorang perempuan yang memperjuangkan pendidikannya, agar tetap menempuh pendidikannya sampai ke jenjang yang lebih tinggi, dalam ceritanya ia tinggal di kampung yang dikenal sebagai kampung dengan para pekerja di bawah umur yang rata-rata banyak dari kalangan perempuan, para pekerja di bawah umur tersebut didesak oleh para orang tuanya atas dasar tuntutan ekonomi. Dalam novel tersebut juga banyak nilai moral yang bisa kita dapatkan, seperti kerja sama, peduli, pemaaf, menghormati orang lain, serta selalu bijaksana atas keputusan yang diambil. Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut juga mudah dipahami, dan mampu memberikan definisi yang lebih mudah bagi para pembacanya.
Kekurangan Novel
Alur yang dibuat kurang kompleks, mungkin dapat ditambah agar menjadi cerita yang lebih kompleks lagi serta memberi pandangan baru kepada para pembacanya.
Saya merekomendasikan novel ini menjadi salah satu bacaan untuk kalian, dengan novel ini kita dapat belajar bahwa perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata, perempuan bukan dijadikan sebagai objek pemuas nafsu, tetapi tolong ratukan perempuan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H