Mohon tunggu...
Septi Aisyah
Septi Aisyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Halo! Saya Septi. Saya tertarik pada pelestarian lingkungan dan hukum-hukum fikih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal-Usul Kehidupan: Teori Abiogenesis, Biogenesis, dan Fakta Al-Qur'an

1 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 1 Agustus 2024   09:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak dahulu, para ilmuwan disibukkan dengan penelitian mengenai asal-usul kehidupan, "apakah asal-usul suatu makhluk? dari manakah mereka tercipta?" "mana dulu yang ada, induk ayam atau kah telur?" dan sederet pertanyaan lainnya.

 Ada dua teori mengenai asal-usul makhluk. Teori pertama mengatakan bahwa kehidupan dapat secara spontan muncul dari benda mati atau disebut sebagai teori abiogenesis. Teori kedua mengatakan bahwa organisme hidup tidak dapat berkembang dari benda mati dan dapat muncul hanya dari bentuk kehidupan lain. Teori kedua ini dikenal dengan teori biogenesis.

 Teori abiogenesis ini dikemukakan oleh Aristoteles yang kemudian diyakini oleh beberapa ilmuwan seperti, John Needham dan Antonie Van Leeuwenhoek. Teori ini ditemukan pada abad pertengahan dan diterima secara luas sampai abad ke-17. Teori ini berlaku karena kesalahan pengamatan dimana orang mengira bahwa belatung di atas permukaan daging di ruang terbuka merupakan makhluk yang muncul dari benda mati (daging). 

Teori ini dipatahkan oleh suatu eksperimen yang dilakukan oleh Fransisco Redi (1688) yang menunjukkan bahwa belatung tersebut tidak muncul dengan sendirinya, melainkan berasal dari lalat yang bertelur di atas daging tersebut.

Kemudian pendukung 'abiogenesis' membuat pernyataan bahwa yang dihasilkan dari benda mati bukanlah organisme berukuran besar seperti belatung, tetapi mikroba yang tak kasat mata. Teori ini pun disangkal oleh Louis Pasteur pada dua abad berikutnya.

Menurut Louis, suatu materi tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Suatu organisme tidak dapat hadir di dunia tanpa orang tua atau nenek moyang dan tidak ada seorangpun yang menyatakan bahwa makhluk mikroskopis muncul tanpa sel. 

 Namun, para ilmuwan evolusionis dan para pendukung abiogenesis kemudian memperkenalkan gagasan 'evolusi kimia' yang menentang kenyataan yang sudah jelas. Menurut Alexander Oparin dan J. B. Haldane, abiogenesis tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi dalam periode yang lama. 

 Dalam Al-Qur'an asal-usul kehidupan telah dibahas 1400 tahun silam dimana saat itu umat manusia belum mengenal ilmu pengetahuan dan mengetahui penelitian. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan pada benda mati dan satu-satunya yang dapat menciptakan adalah Allah Swt. 

Artinya : "Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?" (Al An'am, 6:95)

Menurut Buya Hamka dalam tafsirnya (Al- Azhar), "Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup" adalah umpama sebuah kelapa yang sudah tua dan masak akan kelihatan sebagai benda mati. Namun, dari buah kelapa yang mati itu kita akan melihat timbulnya sesuatu yang hidup (tunas kelapa).

Jika kita melihat kepada pohon kelapa yang menjulang, kita mengetahui bahwa itu adalah makhluk hidup dan akan menghasilkan buah kelapa yang mati. Bersambunglah terus diantara hidup dengan mati dan mati dengan hidup yang semuanya menakjubkan. Tak lain dan tak bukan, sumber kehidupan di alam semesta ini adalah Allah SWT.

Munculnya kehidupan dari sesuatu yang mati semata-mata bukan muncul secara spontan atau natuur. Karena sejatinya suatu materi tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Begitupun kita tidak dapat mempercayai teori biogenesis secara mutlak. Memang secara zahir yang kita lihat adalah bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup yang lain. Namun dibelakang itu semua ada zat Maha Agung yang mengatur dan memberi kehidupan pada makhluk tersebut.

Dalam surat Al Hadid ayat 2 disebutkan: "Kepunyaan-Nya Lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." 

Mengenai penelitian yang dilakukan oleh para kaum materialis selama berpuluh-puluh tahun demi mendukung teori asal-usul kehidupannya tersebut, Harun Yahya mengatakan dalam karyanya 'Al-Qur'an dan Sains', "Seandainya masyarakat ilmiah memulai dengan kesadaran bahwa kehidupan diciptakan oleh Allah, dan hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan kehidupan, maka semua waktu, yang dan sumber daya manusia yang terbuang itu dapat dihindarkan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun