Mohon tunggu...
Septiah Elidiami
Septiah Elidiami Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu rumah tangga

Wanita, suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Stunting

30 Juli 2024   19:00 Diperbarui: 30 Juli 2024   19:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

STUNTING

Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Stunting dapat disebabkan oleh kekurangan gizi yang dialami ibu saat hamil, maupun anak pada masa pertumbuhannya.

Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usia. Jumlah besaran kasus stunting di Indonesia masih tergolong jumlah tinggi yaitu sekitar 3 dari 10 anak. Oleh karena itu, stunting masih menjadi masalah yang harus segera diatasi dan dicegah.

Namun perlu diketahui bahwa anak yang tinggi badannya di bawah rata-rata belum tentu mengalami gizi buruk. Sebab, tinggi badan bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi jika kedua orangtuanya pendek, maka anak juga bisa mengalami kondisi yang sama.

Selain itu, perkembangan anak stunting biasanya terhambat secara signifikan. Sedangkan di sisi lain, anak yang sehat umumnya tidak mengalami keterlambatan tumbuh kembang meski bertubuh pendek.

Hal Penyebab Stunting

Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi jangka panjang (kronis). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anak kurang gizi adalah:

• Ibu mengalami malnutrisi atau tertular infeksi selama kehamilan

• Anak tidak menerima ASI eksklusif 

• Kualitas gizi MPASI yang buruk

• Anak menderita penyakit yang menghambat penyerapan nutrisi, seperti alergi susu sapi atau sindrom malabsorpsi 

• Anak menderita infeksi kronis, seperti TBC atau cacingan 

• Anak mempunyai penyakit bawaan, misalnya penyakit jantung bawaan atau talasemia

Faktor peningkat stunting

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami stunting, antara lain:

• Lahir prematur

• Lahir dengan berat badan rendah

• Mengalami hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR)

• Tidak mendapatkan vaksin lengkap

• Hidup di bawah garis kemiskinan

• Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mempunyai akses terhadap air bersih

Gejala Stunting

Gejala stunting umumnya sudah terlihat saat anak berusia 2 tahun. Namun hal ini seringkali tidak disadari, atau bahkan disalahartikan sebagai perawakan pendek yang normal.

Gejala dan tanda yang dapat menandakan anak mengalami stunting adalah:

Tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak seusianya

Berat badan tidak bertambah secara konsisten

Keterlambatan tahap perkembangan dibandingkan anak seusianya

Tidak aktif bermain

Seringkali lemah

Rentan terhadap penyakit, terutama infeksi

Penting untuk di ingat

Pastikan untuk rutin mengukur berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh anak Anda di posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat. Bila hasil skrining menunjukkan pertumbuhan anak Anda tertinggal dibandingkan anak seusianya, lakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter.

Segera periksakan anak Anda ke dokter jika ia mengalami gejala penyakit yang dapat meningkatkan risiko stunting, seperti:

• Batuk lebih dari 2 minggu

• Demam atau diare berulang

• Kesulitan menyusui

• Sesak napas

Diagnosis Stunting

Dokter akan memulai diagnosis stunting dengan sesi tanya jawab dengan orang tua. Pertanyaan yang diajukan antara lain:

• Pemberian ASI dan asupan makanan anak

• Kondisi saat kehamilan dan persalinan

• Lingkungan hidup

• Vaksinasi yang telah dilakukan

Setelahnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk mencari tanda-tanda stunting pada anak. Dokter juga akan mengukur:

• Panjang atau tinggi

• Berat

• Lingkar kepala

• Lingkar lengan anak.

Anak dapat dicurigai mengalami stunting apabila rasio tinggi badan terhadap umur berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan buku KIA (kesehatan ibu dan anak).

Jika anak berisiko tinggi mengalami stunting, dokter juga akan melakukan beberapa tes penunjang untuk mengetahui penyebabnya. Pemeriksaan ini meliputi:

• Tes darah, untuk mendeteksi gangguan kesehatan, seperti tuberkulosis, infeksi kronis, atau anemia

• Tes urin, untuk mendeteksi sel darah putih dalam urin yang dapat menjadi tanda adanya infeksi

• Pemeriksaan feses, untuk mengetahui adanya infeksi parasit atau intoleransi laktosa 

• Ekokardiografi atau USG jantung, untuk mendeteksi penyakit jantung bawaan

• Rontgen dada, untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru

• Tes Mantoux, untuk mendeteksi adanya penyakit TBC

Pengobatan Stunting

Pengobatan stunting adalah dengan mengobati penyakit penyebabnya, memperbaiki asupan gizi, memberikan suplemen, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Berikut tindakan yang dapat dilakukan dokter:

• Mengobati penyakit yang mendasarinya, misalnya memberikan obat anti tuberkulosis jika anak menderita TBC

• memberikan suplemen vitamin A, zinc, zat besi, kalsium dan yodium

• Memberikan konseling kepada orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi anak

Keberhasilan penanganan stunting pada anak juga sangat bergantung pada upaya orang tua dan keluarga. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah:

• Memberikan nutrisi yang tepat dan lengkap melalui MPASI atau makanan pokok, berupa makanan kaya protein hewani, lemak dan kalori

• Bawalah anak Anda untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter jika ia menderita penyakit kronis

• Periksa tinggi dan berat badan anak secara rutin

• Meningkatkan sanitasi di rumah dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mewujudkan keluarga sehat

Komplikasi Stunting

Jika tidak ditangani dengan baik, stunting dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

• Gangguan perkembangan otak yang mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasi masa depan anak

• Penyakit metabolik di usia dewasa, seperti obesitas dan diabetes 

• Sering sakit dan mudah tertular

Cara Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting adalah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

• Penuhi asupan nutrisi yang cukup sebelum merencanakan kehamilan dan selama hamil 

• Mencukupi asupan nutrisi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun

• Berikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

• Membaca buku KIA untuk mengetahui pedoman menyiapkan asupan makanan yang tepat untuk anak

• Melakukan pemeriksaan rutin di posyandu untuk memantau tahapan tumbuh kembang anak

• Pastikan anak menerima imunisasi lengkap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun