Yang saat ini sudah tinggal bersama istri barunya yang pada saat itu ayah juga duduk diteras rumah dan tak sengaja menyuruh dirinya duduk di dekat Ayahnya. Ayah yang pada saat itu duduk sambil meminum air alkohol di botol itu sambil melamun "Ayah mau ketemu ibumu tapi Ayah baru ingat kalau hari ini ibumu libur berjualan, ya?" Dari kata-kata ayahnya barusan, ialah tetap seorang ayah yang baik dan peduli kepada anaknya. Â
"Sebelum kamu pergi, terimakasih kamu sudah menjadi anak yang kuat. Kamu menji ibu dengan sangat baik Li. Ayah bangga seketika ayah menangis. Ayahnya memang sebuah kabut, Ali sangat mencintai kabut.Â
Ia bahkan tak sengaja memburu kabut setiap kali mendaki gunung. Bahkan ia selalu membayangkan bisa bermain dengan kabut yang telah menyelimuti lembah dan pohon-pohon yang menjulang, namun setiap kali saat ingin merengkuhnya dalam telapak tangan hanya ada kekosongan.Â
Setelah saat Ali pulang kerumahnya disaat itu ibu memberitahukan bahwa rumah Ayahnya telah dikepung oleh polisi dikarenakan sang Ayah ada pengedar narkoba itula alasan ibu menceraikan sang Ayah. Akhirnya sang Ayah telah menjelma menjadi sebuah kabut.Â
2. Kritik karya sastra dari Nilai-nilai Sosial dalam Kumpulan Cerpen karya Ade Ubaidil
Sahut Kabut sendiri merupakan cerpen yang diperuntukkan bagi pembaca dari berbagai kalangan, yang di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan sosial yang tersampaikan secara sederhana. Salah satunya adalah nilai sosial yang menjelaskan bagaimana kaitannya hubungan manusia dengan lingkungannya.Â
Didalam kumpulan cerpen Sahut Kabut Nilai sosial merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna memperoleh kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis
Menurut Sukatman dalam floklor Indonesia banyak ditemukan nilainilai sosial seperti kebaktian antar manusia, kebersatuan hidup, dan adil terhadap orang lain.Â
Kemudian menurut Sumarjdo (1987), dalam khasanah sastra Indonesia modern nilai-nilai sosial dapat ditemukan dalam sastra Indonesia dari peroide balai pustaka sampai periode tujuh puluhan yang banyak mengungkapkan nilai-nilai sosial Indonesia, terutama kelas sosial menengah ke bawah. Untuk memahami nila-nilai sosial dalam sebuah cerpen maka perlu digunakan pula pendekatan sosiologi sastra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H