Kirana, Keponakanku.. Disini aku berfoto bareng dengan seseorang, dulu dia idola Ibumu. Ibumu dulu tahun 1998 tidak mau aku jemput pulang dari kampus UI Salemba. Karena dia kekeuh mau turun kejalan untuk ikut aksi unjuk rasa mahasiswa yang mungkin yang terbesar yang pernah terjadi di era orde baru. Dia hanya minta dibawakan baju dan celana jeans untuk baju gantinya. Sehari setelah itu, aku menerima telpon dari RS Jakarta yang mengabarkan kondisi ibumu yang katanya tertembak dibagian kepala.Â
Panik, kaget dan tak karuan rasanya, segera aku, Pakdhe Iqbal dan Ayah Ario mencari ibumu diantara ratusan mahasiswa dan mahasiswi dan bergeletakan dari mulai lobby hingga seluruh pojok kamar pasien yang ada di RS Jakarta. Â Aku akhirnya menemukan Ibumu terbaring diatas ranjang salah satu kamar di sana, masih menggunakan kaos milikku yang dia pinjam saat dia menolak kujemput pulang sehari sebelumnya, yang berhias noda lumuran darah dari pelipisnya plus bonus memar cap sepatu tentara dipunggungnya. Ibumu sendiri tidak ingat apa yang terjadi sesungguhnya, dia cerita kepadaku, yang dia ingat hanyalah dia bergabung berunjuk rasa bersama tim medis dari UI, tiba tiba suasana tak terkendali, dia hanya ingat menarik jaket dari orang yang posisinya terdekat dia saat itu tapi hanya jaketnya saja, orangnya entah kemana. Ibumu melihat oknum yang mengarahkan senjatanya jarak dekat ke kepalanya, syukurlah peluru hanya mampir melintas disisi kepalanya tapi setelah itu dia tidak ingat apa apalagi.Â
Sejak siang Ibumu tergeletak di RS tanpa bisa mendapatkan obat sakit kepala atau penawar rasa sakit yang dia minta dari rumah sakit. Mungkin karena situasi begitu tak karuan saat itu dan banyaknya pasien yang ada disana hingga untuk sebutir obat sakit kepalapun belum dia dapatkan. Kalau saja dini hari saat itu Pak Mar'ie Muhammad tidak datang bercelana pendek dan melihat keadaan semua mahasiswa mahasiswi disana yang terluka, mungkin ibumu tidak bisa diobati maksimal. Jelang subuh ibumu di evakuasi ke RSCM, masih dengan kaos yang sama, aku duduk diambulans menemani ibumu, melintasi jalan Jenderal Sudirman yang masih diselimuti asap tebal dari ban ban mobil yang dibakar dan sampah sisa unjuk rasa. Sepi,.. Ngeri... Gelap,... Mencekam... Alhamdulillah Ibumu masih bisa kami temukan diantara ratusan yang terluka disana, dan akhirnya bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik di RSCM. Ibumu juga dulu pernah menjenguk orang ini di LP Cipinang, karena dia dulu adalah aktivis penentang orde baru yang paling juara. Foto ini diambil saat dia menerbitkan buku yang berjudul Anak-Anak Revolusi.
<a href="http://www.sepotongkue.com/home/wp-content/uploads/2014/06/BS.jpg"><img class="aligncenter size-full wp-image-311" src="http://www.sepotongkue.com/home/wp-content/uploads/2014/06/BS.jpg" alt="Budiman Soedjatmiko" width="540" height="720" /></a>
.
Namanya Budiman Soedjatmiko, dia bilang dia masih akan terus mengingat sejuta duka dan perjuangan semua aktivis jaman itu. Semoga ya Kirana, semoga pitak dikepala ibumu itu tidak sia sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H