Selama lebih dari dua puluh hari melakukan aktifitas yang memerlukan fisik wajib dalam kondisi prima, emosi yang stabil yang tentunya sulit dilakukan dalam keadaan lelah dan bukan hanya lelah, tapi berada dalam situasi emosi yang naik turun karena menemukan hal hal yang belum pernah ditemukan, dilihat, dilakukan sebelumnya bukanlah hal yang mudah.
Ya pertama kali saya pergi ke Jazirah Arab adalah di tahun 2012, bukan hanya untuk berumroh, tapi juga berhaji. Pengalaman yang rasanya tidak akan pernah dapat dilukiskan, dituangkan, diceritakan dengan lengkap karena memang akan menjadi cerita yang sangat panjang untuk ditulis,. Mungkin pelan pelan saya akan menuliskan bagian bagian yang setiap detiknya itu akan selalu teringat dalam sepanjang kehidupan saya, karena sampai sekarangpun saya masih belajar memaknai, mengerti, mensyukuri, menikmati ataupun menerapkan apa yang saya dapat ataupun apa yang tersirat dari setiap detik perjalanan spritual yang indah itu dalam kehidupan saya sehari hari.
Tapi satu hal yang menarik untuk diingat adalah setelah melalui perjalanan panjang itu saya mendapat kesempatan untuk melepas lelah, penat, juga melakukan perenungan lebih dalam soal perjalanan itu di sebuah tempat yang sangat indah.
Hari itu kami dan rombongan tidak menyangka akan dibawa ke tempat seperti apa, atau tepatnya pasrah saja akan dibawa kemana, karena mengingat perjalanan panjang yang dimulai dari sebuah apartemen yang sederhana tapi konon ratenya lebih dari hotel bintang lima di daerah Aziziah, karena pada musim haji daerah ini bagaikan lokasi emas bagi para jamaah. Dari situ perjalanan di lanjutkan denga bermalam di Mina, kawasan yang memang menjadi sentral kegiatan berhaji, disinilah kami bergabung dengan jutaan umat muslim dari seluruh penjuru dunia, tinggal di salah satu tenda besar diatas padang pasir yang dikelilingi oleh gunung bebatuan, dimana keberadaan Air Conditioner di sana terasa menjadi tidak penting lagi, plus antrian kamar mandi yang rasanya lebih dari antri sembako ditanah air tapi tetap meninggalkan sejuta kenangan indah. Melempar jumrah, wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, satu persatu kegiatan kami lalui, kemudian berangkat ke salah satu hotel di Madinah yang dekat dengan Masjid Nabawi, masjid yang akan selalu meninggalkan kerinduan di hati setiap jamaah yang pernah datang dan shalat atau bahkan melantunkan doa dengan khusuk dimakam Baginda Rasulullah SAW. Lanjut ke sebuah hotel di Mekkah dimana setiap detiknya terasa mengaduk aduk perasaan kami karena menyaksikan langsung jutaaan jamaah yang sepertinya tiada henti melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dan bukan hanya karena kemegahan dan aura dari Masjidil Haram, tapi kesempatan untuk melakukan Shalat Fardhu disetiap sudut atau lantai masjid, Shalat Jenazah, Multazam, Hajar Aswad, Rukun Yamani, Hijr Ismail, suara Muadzin, lantunan ayat ayat suci dari Imam besar disana, rasanya sudah menguras habis seluruh energi lahir dan bathin yang berbalut kepasrahan, keringat dan airmata, tapi terbayar dengan semua rasa syukur bahwa satu persatu rukun haji sudah terlaksana dengan baik. Ya karena tentu itulah tujuan utama kami para jamaah yang berangkat kesana.
Sebenernya sih, setelah melakukan rangkaian perjalanan yang luar biasa itu dibawa kemanapun kami para jamaah pasti akan merasa tempat itu indah, karena yang terpenting buat kami dan saya tentunya adalah niat utama sudah tertunaikan dengan baik.
Jeddah adalah persinggahan terakhir kami sebelum kembali ke tanah air. Penyelenggara haji kami memilihkan sebuah tempat yang menurut mereka pantas untuk didatangi setelah melakukan perjalanan panjang yang indah itu.
Bus kami memasuki kota Jeddah, pemandangan yang sangat berbeda dengan kota Mekkah, jalanan yang besar, bangunan bangunan megah, mobil mobil mewah terparkir di pinggir jalan, kota yang modern, dan laut merah. Kami sempat terbengong-bengong melihat banyaknya mobil mobil mewah, motor besar wara wiri dijalan besar dan mulus, juga bangunan rumah yang pantas disebut istana mewarnai perjalanan kami di kota itu . Konon Guardian pernah mengutip dari Wikileaks bahwa ada beberapa kediaman Pangeran disana yang memiliki bar di bawah tanah, bahkan klub pribadi untuk para muda mudi jet set disana menghabiskan malam. Bus kami berhenti disebuah hotel yang letaknya persis menghadap laut merah, bangunannya berbentuk bulat dan eksteriornya terlihat megah dan mewah. Tentu saja kami semangat 45 turun dan bus dan memasuki lobby, bahkan beberapa teman sempat berfoto didekat mobil mewah yang terparkir di lobby hotel. Bukan karena hasrat narsis yang membara saja, tapi hari itu memang terasa berbeda, beban yang ada dipundak terasa sudah terlepas, dan kami hanya ingin menikmati hari itu dengan segala keceriaan. Rosewood Corniche Hotel, itu nama hotelnya.
Di lobby kami disambut oleh staff yang sangat ramah dan professional, mereka menyapa dengan ramah juga langsung menawarkan welcome drink yang dingin dan terasa sangat nikmat karena perjalanan panjang yang sudah masuk hitungan dua puluh hari lebih itu, bahkan salah satu dari mereka ada yang berasal dari Indonesia tentu saja langsung diberondong dengan sejuta pertanyaan dari teman teman yang memang masih ternganga dengan kemegahan hotel ini yang terlihat jelas dari dalam. Sebelumnya pihak penyelenggara perjalanan kami memang sudah membocorkan bahwa hotel yang kami singgahi ini memang bintang lima tapi fasilitasnya masuk dalam kategori diamond.
Kami menghabiskan waktu beberapa saat disebuah lounge megah yang juga merangkap salah satu restaurant sambil menunggu daftar kamar dan kunci dibagikan. Akhirnya kunci sudah ditangan dan kamipun langsung sibuk menuju kamar masing masing.
Saya dan suami mendapat kamar yang tipenya setelah pulang saya baru tahu dari website hotel ini jenis kamar itu adalah : Danah Room. Begitu kamar terbuka saya langsung kegirangan bukan saja karena kamarnya yang begitu luas bernuansa arab kontemporer. King size bed dengan sentuhan kanopi diatasnya membuat saya serasa tidur di kamar Aladdin, dua flatscreen tv berukuran besar dengan berbagai pilihan channel, akhirnya kamipun bisa menonton channel HBO disini tanpa sensor hehehe. Kamar mandinya pun sangat luas, 2 washtafel, satu closet duduk, satu urinoir, bath tube berbentuk oval dengan tombol whirpool dilengkapi dengan garam mandi dan sabun madu untuk berendam, dan di sudutnya ruang shower bukan hanya shower tapi juga shower steam yang dilengkapi dengan fasilitas untuk mandi uap, tidak ketinggalan satu unit TV flatscreen membuat saya bisa menghabiskan waktu berjam jam dikamar mandi ini, ah rasanya begitu sempurna.
Satu set sofa empuk bahkan terasa memanggil manggil saya untuk leyeh leyeh sejenak menikmati sajian buah dan beberapa majalah yang tersedia dimejanya. Satu set mesin pembuat kopi berstandar internasional dan beberapa jenis kopi pun siap menemani kami disana