Mohon tunggu...
Cepik Jandung
Cepik Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar Kajian Budaya

Lulusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Istilah DASEIN Nama Baru untuk Manusia-Manusia: Sebuah Analisis Filsafat Eksistensial Martin Heidegger

7 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   10:11 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Heidegger pun menerangkan perbedaan mendasar kemampuan benda dan makhluk lain dengan kemampuan dasein dalam hal berelasi (Hardiman; 2003). Terdapat dua sifat hubungan dasein. Pertama, hubungan yang bersifat eksistensial; yaitu hubungan antara dasein dengan Ada itu sendiri. Sifat eksistensial ini paralel dengan ontologis. Kedua, hubungan yang bersifat eksistensil; yaitu hubungan antara dasein dengan mengada-mengada yang lain. Sifat ini paralel dengan ontis. Kejadian sehari-hari yang dialami Dasein merupakan pengalaman yang bersifat ontis. Hanya saja, kadang-kadang ada saat-saat tertentu manusia mengambil jarak dari rutinitas itu. Pada saat itulah dasein berhubungan dengan Ada-nya, yakni mempertanyakan Ada-nya. Inilah momen yang bersifat ontologis tersebut Pembahasan saat ini tentu belum terkait bagaimana dasein menyingkap keseharian dan menunggu revelasi Ada. Akan tetapi bahwa ada mengada yang mampu menyingkapkan Adanya dan mampu menunggu revelasi Ada bisa diterangkan. Dasein merupakan mengada yang mampu bertanya dan menyingkapkan Ada dan Adanya. Dasein (Manusia) dapat memikirkan dirinya, orang lain, benda-benda, alat-alat, dan beraktivitas sesuai dengan keinginan yang sudah dipilihnya.  Inilah salah satu kemampuan eksistensi yang sesungguhnya. Kemampuan manusia yang membuat manusia berbeda, dalam hal merenungkan, merefleksikan tentang makna hidupnya, sehingga ia bisa memaknai dan mengubah hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Merujuk ke (Harun: 1998) kemampuan ini secara nyata dalam peran manusia dalam menyangkal dirinya sendiri.

Penutup

          Bagaimana saya ada dan tinggal di dunia ini? Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mempertanyakan hal ini. Ia mampu merenungkan dan berefleksi tentang apa yang terjadi dan yang dialaminya. Lebih dalam lagi ia mempertanyakan mengapa ia lebih baik ada daripada tidak ada. Inilah titik tolak pencarian Ada. Pembicaraan tentang Ada merupakan salah satu pembicaraan filsafat, mencari dasar realitas dan alasan mengapa ada dan tidak ada. Dalam pembicaraan filsafat Heidegger, mengada yang menyadari dan mempertanyakan Ada ini dinamakan Dasein. Kata dasein dipilih bukan sembarang pilih melainkan untuk mewakili secara komprehensif manusia yang terlalu abstrak. 

          Mengapa membahas dasein ini penting, karena orang cenderung mengabaikan ciri primordialnya ini yang sesungguhnya menjadi modal supaya seseorang menikmati kesehariannya dan memaknai hidupnya secara mendalam dan otentik di dunia ini. Manusia ogah menikmati hari-harinya dan sibuk dengan kesehariannya. Ia lupa bahwa ia ada begitu saja sebagai seorang diri dan pada akhirnya ia akan tiada atau ia akan mati. Bisa jadi kadang-kadang ia sadar tapi ia tidak nyaman dengan itu dan pura-pura lupa, itulah Dasman (hal ini akan dibahas lebih jauh di tulisan lainnya). Kekhasannya sebagai dasein yang terbuka terhadap Ada dan yang menyingkapkan Ada diabaikannya. Padahal itulah yang menjadi ciri mendasarnya sebagai manusia bahkan sebelum ciri rasionalitasnya.

Daftar Pustaka

Hardiman, F. Budi. 2003. Heidegger dan Mistik Keseharian. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.  

Hadiwijono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.

Sambera, Richard. 2008. Rephrasing Heidegger: A Companion to Being and Time. Ottawa: The University of Ottawa Press.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun