Pengajaran alamiah dilakukan tanpa metode kaku tetapi dilakukan dengan cara menebak-nebak. Seperti seorang anak yang belajar bahasa ibunya dilakukan dengan mengamati, mengingat, mengulang-ulang dengan caranya sendiri. Seorang anak belajar dengan cara acak dan ibunya percaya pada intelegensi anaknya. Dalam hal ini, proses belajar menekankan pengakuan pada intelegensi anak didik yang dianggap setara dengan guru. Proses belajar ini pun menunjukkan bahwa guru yang teremansipasilah yang bisa memberi kepercayaan kepada muridnya bahwa muridnya adalah manusia seperti dirinya (6). Pengalaman anak-anak yang belajar Bahasa ibunya memberi gambaran jelas bahwa dengan metode acak, yang menekankan kehendak dalam proses pembelajaran, dapat dilakukan. Apabila ada kemauan kita bisa belajar apa pun tanpa bantuan guru penjelas. Dibalik metode acak ini, jelas yang penting adalah kesetaraan yang diandaikan sebagai titik berangkat bagi semua aktivitas pembelajaran.
Penutup
Belajar secara konsekuen telah membantu seseorang menjadi pribadi yang kritis serta menghargai realitas. Akan tetapi tidak jarang problem muncul dalam bentuk output yang tidak optimal bahkan sering kali menyimpang. Kenyataan seperti ini sering kali dipengaruhi oleh proses belajar yang kurang memadai bahkan menyimpang. Oleh karena itu, proses belajar, dalam hal ini metode pengajaran sangat penting memiliki visi dan orientasi yang tepat. Metode belajar sekiranya menyelami hasrat seorang manusia yang pada dasarnya selalu ingin belajar tidak hanya dipakukan ilmu dari luar.
Sistem pendidikan dan tenaga pendidik sepatutnya menimbang paradigma pengajaran yang ditawarkan Ranciere. Dalam proses pengajaran, paradigma alamiah, kondisi dasar manusia yang terbuka terhadap apa yang dipelajarinya memang sebaiknya dipraktikkan. Para pendidik semestinya percaya kepada muridnya, bahwa kemampuan alami manusia yang mampu memahami dan mencari inovasi-inovasi baru niscaya ada pada diri mereka.
Catatan Kaki
1. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere: Pengajaran Universal Alamiah, Basis, Nomor 11-12, Tahun ke-62, 2013, hal. 23.
2. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere,: Pengajaran Universal Alamiah, hal. 23.
3. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere,: Pengajaran Universal Alamiah, hal. 23.
4. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere,: Pengajaran Universal Alamiah, hal. 24.
5. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere,: Pengajaran Universal Alamiah, hal. 23.
5. A. Setyo Wibowo, Jacques Ranciere,: Pengajaran Universal Alamiah, hal. 25.