Mohon tunggu...
S. JIHAN SYAHFAUZIAH
S. JIHAN SYAHFAUZIAH Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Contributor http://kampusnews.com - http://kampus.co.id - http://getscholars.com II Traveler II Futures Yurist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budayakan Dialog untuk Kedamaian

27 April 2014   19:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah banyak yang membahas, dan sudah pada tau kan pasti kalo Indonesia yang luas ini terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama. Letak geografis Indonesia yang berupa kepualauan membuat akses Indonesia dari satu pulau ke pulau lainnya sangatlah jauh jika dibandingkan di negara lain yang tidak memiliki perairan seluas Indonesia. Akhirnya perbedaan pun semakin nyata terlihat ketika penduduk antar pulau satu dan pulau lainnya tidak seling komunikasi.

Hal ini bisa kita ambil contoh. Sebagai orang Jawa apa yang kalian pikirkan tentang orang Papua? Sebagai orang Sumatra, apa yang kalian pikirkan tentang orang Madura? Dan begitu seturusya. Terkadang, kita hanya melihat sekilas dan kemudian dengan cepat kita membuat kesimpulan. Padahal, tidak semua hal harus kita simpulkan  saat itu juga. Hal ini terkait dengan nila-nilai kebenaran yang ada di setiap manusia. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran dan mengatakan bahwa kebenaran itu satu? Apakah itu benar, semua tergantung pemikiran  anda. Jika saya boleh berpendapat, bagai saya kebenaran itu satu yaitu apa yang saya anggap benar. Begitu juga manusia lainnya, pasti juga menganggap kebenaran itu satu. Yaitu apa yang diyakininya benar dengan berbagai alasan dan latar belakang berfikir yang menurut dia benar. Dan dia baru menganggap salah jika rasionya sudah tidak mampu menarik benang merah dari kebenaran yang ada dalam otaknya.

Jika setiap orang memilki kebenaran masing-masing, lalu mana yang benar? Jika saya boleh berpendapat, kebenaran adalah efektifitas. Yang mana yang efektif untuk dilakukan itulah yang benar. Kalau begitu dari sekian banyak pilihan yang mana yang paling efektif? Temukan sendiri. Kita dianugrahi otak untuk mengkaji ilmu dari sumber-sumber yang ada. Baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis.

Jika setiap daerah bahkan setiap orang memiliki kebenaran yang berbeda, tentu akan menimbulkan prasangka. Prasangka kemudian akan menimbulkan suatu kecurigaan dan dugaan-dugaan yang kebanyakan bersifat negatif. Jika di dalam pikiran hal-hal negatif itu tertanam, maka segala sesuatunya yang dia lihat tentang kebenaran yang dianggap orang lain benar itu menjadi salah. Jika sudah mengatakan itu salah, munculah konflik. Dan inilah latar belakang terjadinya konflik antar suku, agama, dan berbagai perbedaan.

Sumber utamanya adalah prasangka. Untuk mengatasi prasangka tersebut, maka diperlukan strategi komunikasi yang baik untuk mendapatkan kedamaian. Indonesian Youth Dialog yang diselenggarakan oleh alumni SUSI di 6 kota berbeda di Indonesia, memperkenalkan tentang apa budaya dialog itu.

DIALOG

Dialog merupakan percakapan dengan cara berbeda namun lebih efektif dalam berdiskusi mengenai isu-isu sensitif. Deep dialogue bisa dijelaskan sebagai percakapan yang melibatkan dua atau lebih pihak, individu maupun kelompok, yang memiliki pandangan berbeda dengan tujuan utama untuk saling belajar
dari dan memahami masing-masing pihak. Dialog memberi kesempatan bagi pihak-pihak yang terlibat untuk belajar dari sudut pandang lain yang berbeda dari sudut pandang kita sendiri. Melalui mata orang lain, kita melihat hal dari bagian lain dunia yang tak kita lihat dari mata kita sendiri begitu juga sebaliknya. Dialog tak hanya cara untuk mengumpulkan informasi. Dialog merupakan cara berpikir yang baru.

INDONESIAN YOUTH DIALOG - THIS IS BALI

13985717272119417149
13985717272119417149

This is Bali merupakan jargon kita IYD regional Bali. Acara yang diselenggarakan mulai dari tanggal 9 - 12 April lalu, membuat saya berfikir bahwa selalu ada alasan dalam setiap alasan seseorang melakukan sesuatu. Kami, 15 partisipani Indonesian Youth Dialog regional Bali berasal dari berbagai daerah tidak hanya Bali dan Jawa tetapi berbagai daerah seperti Sumatra dan Kalimantan. Kami berkumpul dalam satu villa cantik dan berdiskusi tentang hal-hal sensitif terkait dengan budaya.

Setiap orang tidak diminta untuk dilahirkan sebagai muslim, kristen, atau budha. Setiap orang juga tidak minta dilahirkan sebagai Jawa, Amerika, ataupun Papua. Tapi setiap orang diminta untuk selalu berbuat baik demi kepentingan bersama. Melihat sesuatu yang salah menurut keyakinan saya, bukan semata-mata harus disalahkan juga bukan semata-mata harus dibenarkan. Kita harus tahu dulu, ada alasan apa di balik alasan itu. Semua bisa dikomunikasikan jika memang pikiran kita terbuka. Bagiku ini yang benar. Dan jika kamu mau belajarlah dari kebenaranku. Dan jika itu kebenaranmu, aku akan menghargai itu. Initinya, jangan mengejudge sebelum kamu tahu mengapa kelompok itu melakukan itu. Dan mengapa itu harus dilakukan bagi mereka.

Banyak hal yang tidak saya tahu tentang budaya daerah lain. Dan banyak hal yang saya prasangkakan tentang budaya tertentu di luar budaya saya. Dengan menggunakan metode dialog dalam diskusi ini, kita bisa saling bertanya dan bisa saling menerima pendapat atas perbedaan-perbedaan ini. Dengan pemikiran kritis dan kreatif mereka, saya belajar banyak hal.  Dari sini saya belajar Bagaimana menyikapi perbedaan dan bagaimana apa yang menurut saya benar tetap menjadi pijakan saya dan saya, akan menghargai pijakan anda. Meskipun pijakan kita beda, tapi kita bisa jalan bersama karena kita bisa menghargai satu sama lain.

BERDIALOG DENGAN KORBAN HOLOCUS

1398572435707731236
1398572435707731236
Hehehe... foto ini diambil pas yang cowok-cowok lagi sholat Jumat. Jadi, maaf ya gag ada wajah kalian... hehe. dr. Alfred Muzer yang paling kiri dia adalah seorang Yahudi yang membagi kisahnya tentang kenangan masa kacilnya yang dirawat oleh seorang pekerja rumah tangga muslim berasal dari Indonesia. Kisahnya, kurang lebih seperti ini. yang belum diceritakan dari cerita itu adalah, bagitu terkesannya dr. Alfred Muzer kepada Mima Saina yang setiap hari menyanyikan lagu Nina Bobo untuknya. Begitu indah kasih sayang yang diberikan Mima Saina di masa kecilnya, membuat ia terkenang hingga sekarang.

Dari kisah tersebut, kita bisa belajar bagaimana pebedaan tidak menghalangi kita untuk berbagi.

KATA IBU ALISSA WAHID

1398575041581983788
1398575041581983788
Di penghujung acara, akhirnya saya bertemu dengan Ibu Allisa Wahid yang memberikan inspirasi banyak kepada saya. Kalimat yang perlu saya garis bawahi dari Bu Allisa adalah, "disini kita sebagai umat muslim menjadi mayoritas maka sudah seharusnya kita melindungi yang minoritas. kenapa? Karena kamu akan tahu saat kamu di luar sana bagaimana rasanya menjadi minoritas saat itu, kamu akan memerlukan bantuan mayoritas. Bukankah dalam islam diajarkan berlomba-lombalah berbuat kebaikan? Tidak hanya untuk muslim saja tetapi untuk siapapun. Lakukan yang terbaik, jika kamu ingin golonganmu dianggap baik. Hargailah orang lain, jika kamu ingin di hargai"

Memang begitu kebaikan yang harus disebar luaskan. Ingat mengingatkan dalam hal kebenaran agar kita tidak merugi di dunia ini juga diharuskan dalam agama saya. Tapi, bagaimana kita mengkomunikasikan juga harus tahu bagaimana kondisi dan keadaan orangyang kita ingatkan. Sekali lagi, setiap orang memiliki nilai kebenaran sendiri dalam otaknya. Itu yang menurut dia benar. Dan sudah terpatok bahwa itu benar. Jika dipaksakan agar dia melakukan kebenaran menurut kita, itu yang berbahaya karena justru akan menimbulkan konflik antar umat manusia.

TERIMAKSIH TEMEN-TEMEN IYD - THIS IS BALI

1398576185787806670
1398576185787806670

Terimakasih buat Guardian Angelku Elisa, yang terus ingetin sholat, makan, dan istirahat. Hehehe. Terimakasih, buat kak ebi yang mau bagi info seputar pengalamannya ke luar negri gratis. Terimakasih kak Tata liat kak Tata jadi termotivasi buat jadi cewek simple yang smart, gag banyak ngomong, sekalinya ngomong sip banget apa yang diomong. Terimakasih ayu meskipun kamu berisik, okelah setidaknya memotivasi gue buat bikin ide-ide yang lebih realistis. Terimakasih Puji, diammu itu emas. Terimakasih kak Syara, ketlatenan kak syara dan ketekunan kak Syara buat mengkaji bidang interfaith bikin aku juga termotivasi buat tekun kaji yang lain tapi, bukan interfaith.. hehehe. Makasih Ari, atas semua penjelasan tentang budaya Bali yang bikin aku ngerti. Buat Yuni, diam-diam menghanyutkan juga. Buat Fanbul  makasih atas sharing-sharingnya tentang komunitas dan ngasi panggilan khas ke gue... oya, kisah lu juga nginspirasi banget... ttg anak yang 3 kali di DO akhirnya bikin komunitas pendidikan sendiri. Buat Kak Fadly, makasih atas semua sharing-sharingnya dan makasi juga uda nganterin ke bandara dengan kegupuhan saya. Buat Arif, makasih lu friendly banget. Buat Anan, makasih makanan dari padangnya. Gambar lu bagus nan. Buat Rizal, "suwun yo jal... ak kon dadi guardian angel-mu gek kon ngilang2 terus angel ditemu." Buat pak Jokowi, kecil-kecil cabe rawit ancenan. Buat fauzi, makasih udah perhatian sama temen-temen. Meskipun guyonanmu di awal garing... it's oklah... makasih udah nyoba ngakrab.

Dan makasih, buat semua temen2 IYD 2014 - "This Is Bali" semoga kita ketemu di Jakarta bulan Oktober dengan project sosial kita yang terlaksana dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun