Mohon tunggu...
Odagoma RSJR
Odagoma RSJR Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sastra Indonesia FIB UI

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Scott Pilgrimm Vs. the World:" Sebuah Film Konyol

12 Maret 2012   14:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati-hati jika ingin berpacaran dengan perempuan yang mempunyai banyak mantan jahat”, mungkin itulah tagline yang akan muncul jika Scott Pilgrim v.s. The World (selanjutnya ditulis Scott Pilgrim) diproduksi di Indonesia dan diproduksi oleh produser-produser gagal di sini. Tapi lupakan, kalimat di atas hanyalah sebuah kalimat tidak penting yang menjadi pembuka tulisan ini.

Dunia Scott Pilgrim adalah kombinasi antara dunia video game dan komik Marvel. Menarik? Ya, tapi jangan banyangkan dan harapkan Scott Pilgrim akan menjadi sebuah film yang akan membuat kita berdecak “Wow, keren”, karena dengan aktor, aktris, kru, cerita, dan segala kompleksitas yang ada di dalamnya, Scott Pilgrim akan menjelma menjadi sebuah film yang.. konyol. Ya, Scott Pilgrim adalah sebuah film konyol yang dengan kekonyolannya bercerita tentang kekonyolan.

Scott Pilgrim bercerita tentang seorang pemuda yang mempunyai nama seperti judul film di atas. Scott yang berusia 22 tahun ternyata berpacaran dengan seorang gadis SMA bernama Knives. Namun, suatu hari Scott bertemu dengan Ramona, seorang perempuan yang unik dan menarik hatinya. Singkat cerita, Scott berkenalan dan dekat dengan Ramona. Sayangnya, kedekatan Scott dan Ramona ini tidak direstui oleh 7 mantan jahat Ramona, dan Scott ditantang bertarung dalam Liga Evil Exes, sebuah turnamen video game real action yang diikuti oleh 7 mantan jahat Ramona. Scott harus mengalahkan mereka semua untuk mendapatkan wanita yang ia cintai itu. Akhirnya, Scott harus bertarung melawan 7 mantan jahat Ramona tersebut, band-band saingannya dalam sebuah kontes band rock, dan cintanya dengan Ramona, Knives, dan Envy yang berbentuk segi empat tak beraturan. Dan, semua itu disajikan dengan kekonyolan dan ketidaknyambungan yang berujung dengan keren.

Yang menarik dari film ini adalah.. banyak. Konsep film yang digambarkan menyerupai video game dengan tabel keterangan, bar stamina, dan scorring yang sangat khas seperti games yang kita mainkan beratus-ratus tahun yang lalu, serta efek seperti komik Marvel dan games guitar hero yang begitu seru menjadikan film ini terasa sangat asyik dan seru, walaupun sekali lagi, konyol. Pada awal film, mungkin kita akan sedikit bingung dengan segala ketiba-tibaan yang ada dalam film ini, mimpi dalam mimpi yang ada dalam mimpi, pergantian scene yang tiba-tiba, agresi anti klimaks yang terjadi sepanjang film, dialog yang tidak nyambung, dan segala keunikan lainnya. Tapi seiring film yang berjalan dengan konyol, kita akan sepakat bahwa segala keunikan tadi adalah kekuatan film ini.

Ya, film ini memang memiliki segudang keunikan, begitu pun dengan aktor dan aktrisnya, pas. Michael Cera yang berperan sebagai Scott Pilgrim tampil sangat natural sebagai orang konyol yang sering bengong. Mary Elizabeth juga dapat memerankan Ramona sebagai perempuan yang berada dalam sebuah dilemma akan masa lalunya, tanpa menghilangkan sense komedi film ini. Teman-teman Scott yang diperankan oleh Alison Pill, Mark Webber, dan Johnny Simmons juga melakukannya dengan baik. Khusus untuk Johnny yang berperan sebagai Young Neil, dia benar-benar tampak seperti orang konyol yang polos dan lugu. Mungkin kalau ada yang ingin memproduksi film God Must be Crazy 7, mungkin ia cocok memerankan tokoh seorang kulit putih yang terdampar di suatu daerah di Afrika. Selain aktor dan aktris, serta segudang faktor yang telah diketik di atas, seluruh lagu yang ada dalam film ini juga patut diberi 5 jempol untuk dukungannya terhadap film ini.

Scott Pilgrim, dengan sejuta keunikaannya, menjadikan film ini sebagai sebuah visual yang segar, lebih tepatnya sebuah komedi gila untuk membuat kita sejenak menjadi orang gila yang melupakan segala masalahnya. Standing Applaus untuk Edgar Wright, sang sutradara. 8 dari 10 bintang dari saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun