Mohon tunggu...
Abdul Muholik
Abdul Muholik Mohon Tunggu... Guru - Honorer Swasta

Saya suka membaca bacaan seperti cerpen novel artikel berita dan lain-lain, serta saya suka musik, listrik, astronomy, teknik.. fisika, religius.. ngetik tulisan Arab di komputer / laptop dan lain lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berobat ke Dokter atau ke Bidan?

31 Juli 2024   21:33 Diperbarui: 31 Juli 2024   22:09 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

# # #

Sesampai di klinik, Fahri langsung menyerahkan kertas pendaftaran tadi ke petugas, lalu Fahri dipersilahkan duduk di kursi tunggu untuk mengantri di panggil.

Selama beberapa menit menunggu, ada banyak pasien yang lain yang mulai berdatangan. Kebanyakan pasien
perempuan. Namun ada juga beberapa pasien laki-laki.

Fahri  tetep sabar menunggu sambil sesekali memperhatikan layar monitor yang menampilkan nama  dan nomor antrian.

Setelah menunggu sekitar 10-15 menitan, Fahri merasa aneh. Lama kelamaan Fahri mulai heran.

"ko nama saya belom di panggil-panggil juga ya, padahal nomor antrian sudah nomor 4. Mungkin dokter lebih mendahulukan pasien perempuan kali ya, lebih-lebih pasien yang sedang hamil." Ujar Fahri dalam hati.

Awalnya Fahri kira ada kesalahan biasa, namun lama kelamaan Fahri merasa kesal juga. Lalu, Fahri mencoba protes dan mendatangi petugas.

"Maaf dok, ko nama saya belum di panggil-pangil juga ya? Nomor antrian saya kan nomor 2, sedangkan sekarang sudah nomor 4?" Tanya Fahri ke petugas itu, sambil tangan dan wajahnya menunjuk kearah  layar monitor yang tergantung di dinding.

"Maaf, nama mas siapa?" Tanya si petugas itu. Fahri bertanya dia malah berbalik nanya.

"Fahri , Pak!"

"Oh maaf mas, tampaknya ada kesalahan dalam data pendaftaran." Ujar si dokter sambil mengamati ulang kertas pendaftaran berwarna coklat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun