Mohon tunggu...
Eka Tanjung
Eka Tanjung Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Wisata Eropa

Sahabat Wisata Eropa | Pemilik Tour Serbalanda | Tetap Semangat Jangan Kasih Kendor |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buang Kebiasaan ini, Saat Pulang Kampung!

15 Juli 2015   07:54 Diperbarui: 15 Juli 2015   07:54 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar kita akan menjalani hari-hari sekitar Idul Fitri di kampung halaman. Momentum berada di tempat yang menyimpan kenangan indah masa kecil, jangan sampai dicemari kebiasaan buruk dari kota!

Belakangan ini banyak yang secara sadar maupun tidak sadar, mempunyai kebiasaan buruk. Menggunakan Smart Phone sepanjang hari untuk bermain dan bermedia sosial. Bahkan puasa Ramadan terasa lebih enteng karena ngabuburit tidak lagi jalan ke luar kampung, tetapi ber-FB dan kawan-kawan. Tahu-tahu sudah Magrib lagi. Eka Tanjung memohon kawan-kawan agar tidak membawa kebiasaan buruk selama ini ke kampung halaman.

Sudah kebablasan!
Bukan saja yang menimpa diri Anda saja.. tetapi sudah menimpa anak-anak kita. Mereka sudah kecanduan berat dengan games di tablets. Bermula dari pembiaraan anak bisa anteng main sendirian. Sampai akhirnya sekarang anak menikmati tablets sampai sudah sulit dihentikan. Mata mereka mulai rabun dan konsentrasi mulai buyar.

Wisata
Belakangan ini penulis mengamati di tempat-tempat wisata yang indah seperti di Giethoorn. Anak-anak kecil sudah tidak tertarik lagi dengan pemandangan indah yang ditawarkan sekeliling, mereka duduk di perahu dengan kepala tunduk ke bawah dan tangan memegang smat-phone. Ya Allah.. apakah dunia memang sudah selebar jangkauan jempol tangan saja? Kok ini anak-anak sudah tidak tertarik pada lingkungan. Penulis tidak menuduh semua anak remaja melakukan itu. Masih ada juga yang waras, mau bersosialisasi dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Tapi jumlah yang doyan peranti moderen itu makin hari makin meningkat.

Bicara Dengan Pohon
Dahulu di SMA Negeri I Cianjur, penulis punya kawan yang memiiki kebiasaan aneh. Dia mengucilkan diri dan tidak terlalu bisa bergaul dengan rekan-rekan di kelasnya. Hobbynya aneh, saat istirahat dia senang menyendiri dan mendatangi pohon di pekarangan sekolah SMA Cianjur yang luas itu, satu per satu. Pemandangan itu aneh bagi mayoritas kami anak-anak di sekolah. Teman ini sering menyendiri dan berbicara dengan pohon. Dia terkucilkan karena 'nyeleneh'.

Sekarang Makin Banyak
Nah fakta sekarang ini hampir sama dengan teman di zaman SMA itu. Anak-anak banyak yang menyendiri, secara lahirian berkumpul tapi secara mental menyendiri. Dan mereka berkomunikasi tidak dengan pohon tetapi dengan smart phone atau tablets. Kalau dahulu teman SMA ini melakukan sendirian bicara dengan pohon. Sekarang mayoritas yang bicara dengan 'pohon.'

Kakek di Kampung
Nah kalau sekarang ini bahayanya, sebagian besar berbicara dengan benda dan yang ingin bersosialisasi hanya beberapa orang saja, minoritas. Eka Tanjung sudah bisa membayangkan saja bahwa nanti kakek-nenek di kampung menjadi kebingungan ketika disuguhi pemandangan baru pada cucu-cucu mereka.

Pertaruhan
Kakek ingin berbincang dengan cucuknya, tetapi yang diajak ngobrol pikirannya malah ngelantur, sedang berada di dunia lain. Ketika belum ada smart-phone yang penuh dengan mainan saja, kita merasa boring ngobrol dengan kakek-kakek, apalagi sekarang dengan tawaran yang lebih bagus. Akhirnya kakek merasa kecewa dan cucunya merasa terganggu oleh kakek yang kolot. Kakeknya akan mengeluhkan kekesalannya kepada anaknya, ayah atau ibu si anak. Ketika itulah peran krusial kita dipertaruhkan.

Apa yang akan kita lakukan?

  • Merebut tablet dari si anak, dan menyuruhnya untuk mendengar cerita kakek yang diulang-ulang dan membosankan?
  • Membiarkan anak tetap main dan meminta maaf pada si kakek akan kebiasaan baru anak-anak sekarang?
  • Menyalahkan si kakek yang kuno dan ketinggalan zaman?
  • Atau mempersembahkan satu tablet kepada sang kakek supaya ikutan terjerumus dalam dunia maya?

Saran
Apapun pilihannya adalah keputusan yang berat, kalau harus diambil saat itu. Pasti ada yang dikecewakan. Penulis punya saran yang mungkin masih bisa dilakukan mumpung belum menjadi bubur, nasinya. Sebelum berangkat Pulang Kampung, semua anggota keluarga berkumpul buat kesepakatan bersama. Liburan selama beberapa hari di kampung halaman itu tidak ada yang membawa Tablets, Smart Phone dan Laptop dan sebangsanya. Hanya cukup membawa satu HP Jadul saja yang bisa dipakai untuk nelepon dan sms-an. Itupun untuk emergency bukan untuk game.

Liburan Menyenangkan
Dengan kesepakatan yang berani itu, maka akan muncul sebuah situasi liburan yang menyenangkan. Lebih hidup dan lebih 'gayeng' seperti waktu kita kecil dahulu. Kita sebagai orang tua akan dipaksa mengingat kembali dan mengulang kembali kejadian indah masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun