Dengan bantuan bapak- ibu warga membersihkan rumput, mengecat lapangan, membangun tiang gawang sampai menyiapkkan gorengan maka akanlah tercipta sarana tempat bermain bola yang bisa digunakan.Â
Tentunya hal ini membutuhkan pak RT yang visioner dan revolusioner serta sedikit dana pribadi untuk berani menyuruh warganya membangun lapangan yang layak, intinya pak RT harus sedikit berkorban untuk mengalihkan dana pembangunan yang lain untuk membangun lapangan.
2) Membuat program sepakbola atau futsal mingguan.
Buat lapangan kalok kagak dipake ya jamuran jadinya ya!! Selain membangun pak RT dan tatanan nya harus membuat program sepakbola atau futsal minimal jangka pendek saja untuk kemaslahatan warga.
Program minimal seminggu sekali harus dibuat untuk merangkul pemuda bermain dan menyalurkan bakatnya dan mencari keringat, selain melahirkan pemain muda rt berbakat lewat program bermain bola tiap minggu dapat menjadi ajang mengumpulnya pemuda di komplek dapaat digambarkan yang laki-laki bermain bola yang perempuan menyaksikan bapak-bapak jadi mandor yang komen dipinggir lapangan dan ibu-ibu menyiapkan air dan gorengan untuk yang main betapa indah dan harmonisnya potret komplek atau desa bila ini benar-benar terjadi.
3) Menunjuk satu warga jadi pelatih dadakan.
Pastinya di komplek atau desa ada bapak-bapak yang hobinya ngoceh melulu tentang bola di pos kamling saat nobar berlangsung, itulah momen yang harus dimanfaatkan pak RT untuk menunjuk  pelatih dadakan untuk tim kampungnya.
Kriteria yang pas untuk jadi pelatih kampung adalah. Pertama, bisa main bola. Kedua, jago ngomong di publik. Ketiga, rajin membaca. Dengan rajin membaca maka akan mudah untuk belajar dan menerima informasi baru tentang sepakbola. Pelatih ini harus dibiayai juga secara uang pembinaan dan alat latihan agar tetapsemangat melatih talenta muda.
4) Membuat peraturan yang tegas tentang lapangan.
Sering rasanya kita mendengar atau menjadi pelaku perselisihan perebutan lapangan, yang berumur 8-12 biasanya selalu kalah dalam perebutan lapangan dengan yang remaja 15-20 tahun.
Pak RT harus menjadi penengah sekaligus regulator dalam kebijakan pemakaian lapangan, harus mengatur jam dan kapan yang muda harus berlatih dan yang tua berlatih, harus mencegah bopung sebelah "bocah kampung" bermain di area lingkugannya dan membuat list hukuman bila melanggar peraturan lapangan seperti melintasi lapangan dengan motor.