Meskipun telah banyak prestasi yang diraih, Galvani tetap menganggap bahwa dirinya masih perlu banyak belajar. Masih banyak kompetitor lain yang harus ia saingi dan melalui partisipasi di berbagai kompetitisi, ia banyak memperoleh pembelajaran dan pengalaman baru sebagai seorang gitaris. Baginya, kompetisi menjadi ajang dalam mengembangkan kebolehannya bermain gitar.
Guitar and My Syndrome
Ibarat seorang ksatria, Galvani adalah seorang anak laki-laki yang tidak kenal rasa takut. Prestasi dalam berpiawai bersama gitarnya cukup menggugah hati orang-orang yang mungkin merasa aneh dengan dirinya, lebih tepatnya secara fisik. Galvani mengalami sindrom yang bernama Ichthyosis Vulgarisatau Kulit Sisik Ikan di mana ia mengalami kecacatan pada kulit yang membuatnya seolah-oleh memiliki sisik ikan.
Penyakit yang sejak lahir melekat pada dirinya secara medis tidak dapat dan tidak mungkin untuk disembuhkan namun kendati demikian Galvani tidak pernah merasa pesimis untuk bisa berunjuk diri dan selalu 100% bangga dengan dirinya sendiri. “Kan sudah bisa bermain gitar, ngapain minder?” ujarnya sambil memainkan melodi Resah Payung Teduh. Gitar menjadi coveruntuk menutup kelemahan yang ia miliki, bahkan dengan bermain gitar, ia merasa beruntung karena memiliki karakteristik kulit yang lebih kebal terhadap gesekan senar.
Salah satu musisi favorit yang Galvani idolakan adalah Steve Vai, seorang gitaris handal asal New York, Amerika Serikat yang terkenal dengan langgam berjudul “For the love of God”. Tidak hanya itu, Galvani juga mengidolakan band dunia papan atas seperti Dream Theatre serta band Nusantara yaitu Payung Teduh. Dan seperti musisi pada umumnya, Galvani bercita-cita bisa me-launching mini album, mendapatkan endorse serta mengembangkan industri musik di Indonesia dengan menyajikan musik-musik tradisional secara kontemporer.
Sebagai seorang musisi cilik, Galvani tidak melulu mengorbankan sebagian waktunya untuk bermain gitar. Galvani yang saat ini menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas tetap mengemban tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Prestasi belajarnya pun tidak kalah dibandingkan dengan prestasinya bermain gitar.
Rutinitas yang Galvani lakukan tidak jauh berbeda dengan kebanyakan pelajar yang pada usia tersebut sedang mengalami masa peralihan. Galvani tidak disibukkan dengan pergaulan yang tidak baik, malah ia selalu memanajemen waktunya agar ia tahu kapan waktunya untuk belajar, bermain dan menciptakan cover dengan instrumen gitarnya dari lagu-lagu yang sedang populer saat ini sehingga ada keseimbangan antara prestasi belajar dan bakat bermain gitar.
Hingga saat ini Galvani masih aktif sebagai pemain gitar berbakat di komunitas musik D minor. Tidak hanya berunjuk di kancah kompetisi, Galvani juga rutin mengunggah kepiawaiannya bermain gitar di media sosial serta jejaring Youtube. Dan untuk mengenal lebih jauh bagaimana permainannya bisa cek Youtube di IBANEZ FLYING FINGERS INDONESIA 2016 – VOCASO GALVANI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H